Pangeran mengepalkan tangannya saat memasuki kawasan kampus. Bahkan panggilan kedua temannya saat di parkiran tadi ia hiraukan.
Ia berjalan cepat menuju belakang kampus. Semalam ia telah membalas pesan itu dan membuat janji bertemu hari ini juga.
Pangeran menghentikan langkahnya dari jarak tiga meter di hadapan laki-laki yang masih dapat tersenyum lebar ke arahnya. "Gimana kabar lo, bro? Baik-baik aja kayaknya gue lihat," ucapannya mengandung sarat tersembunyi membuat Pangeran muak hanya sekedar melihat wajah itu.
Pangeran kembali mengambil langkah lebar. Tanpa basa-basi ia langsung melayangkan kepalan tangannya ke wajah menyebalkan itu hingga sang empu terjatuh di atas rerumputan yang tumbuh.
Cowok itu masih bisa terkekeh. Ia mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah segar. Kemudian melirik Pangeran kecil lalu bangkit dan membalas pukulan pada wajah Pangeran.
Pangeran sedikit limbung, kepalanya tertoleh ke samping akibat pukulan itu.
"Sambutan bagus untuk pertemuan kembali," kata Logan memperhatikan gerak-gerik Pangeran.
Ya, dia adalah Logan. Orang yang selama ini mengirimnya pesan, juga kekasih dari Disya.
Pangeran menatap tajam Logan. Lantas ia menarik kasar kerah baju cowok itu, "maksud lo apa, Brengsek?!" bentaknya dengan mata yang menujukkan kilatan amarah.
"Yang lo maksud itu apa ya?" Logan kian memancing emosi Pangeran. Selama ini Pangeran terlalu santai, membuatnya kehabisan akal untuk memancing emosi cowok itu.
"Lo yang hamilin Disya, kan?!" hardik Pangeran, memukul perut Logan hingga membungkuk dan terbatuk.
Bayangan wajah Disya yang berderai air mata tempo hari mampu membuat sisi emosional Pangeran kembali muncul.
-ooOoo-
Pangeran melepaskan pelukannya dengan Disya. Ia menatap wajah itu yang basah akibat air mata dengan pandangan redup. "Lo kenapa? Cerita sama gue, Dis." desaknya menatap bola mata Disya yang berair, juga menghapus bulir-bulir air mata cewek itu yang turun.Disya menundukkan kepalanya. Tak sanggup menatap mata Pangeran lebih dalam lagi. "Gue tidur sama Logan," katanya mengaku setengah berbisik dan semakin terisak pelan.
Gigi Pangeran bergemelutuk. Tatapan redup yang ia tunjukan seketika berubah menjadi tajam.
Pangeran mencengkram erat bahu Disya yang bergetar. "Gimana bisa, hah?!" bentaknya tak percaya.
Disya yang selama ini ia awasi dari jauh ternyata telah tidur bersama Logan. Orang yang benar-benar membuatnya muak. Dan sekarang laki-laki brengsek itu telah mengambil harta berhaga yang Disya miliki.
"Jangan marah." suaranya kian melirih, "gue ngelakuin itu karena kita sama-sama cinta," Disya masih terisak di tempat. Kepalanya yang tertunduk di angkat paksa oleh Pangeran supaya mendongak dan menatap kedua matanya.
"Definisi cinta apa yang lo maksud, hah?!" geram Pangeran. Merasa Disya terlalu bodoh sampai mau menyerahkan harta berharganya pada cowok itu. "Cinta itu menjaga bukan merusak, Disya! Lo itu umur berapa sampe gak ngerti hal ini? Lo mikir gak setelah ini apa yang bakal terjadi kedepannya? Lo bisa aja hamil, Dis!"
Air matanya semakin luruh. Ia menutup matanya saat Pangeran membentaknya tepat di depan wajah. "Gue cuma sekali tidur sama Logan," ujarnya membela diri.
Pangeran melepaskan cekalannya pada dagu Disya hingga cewek itu kembali tertunduk. Ia menghela napas, menggusar wajahnya kasar melihat Disya yang masih terisak.
"Walaupun cuma sekali itu gak menjamin lo gak hamil!" Tatapan Pangeran meneduh. Ia mensejajarkan tingginya dengan Disya agar mampu melihat wajah itu. "Sekarang gue tanya ngapain lo ke apotik tadi?"
"Gue beli testpack, soalnya gue telat datang bulan." cicitnya merasa takut jika sewaktu-waktu Pangeran kembali meledak.
Tanpa babibu Pangeran merebut kantung plastik yang sedari tadi Disya pegang. Ia merogoh isinya lalu melihat benda kecil itu yang menunjukan dua garis biru, yang artinya Disya positif hamil.
Pangeran menatap Disya dan benda kecil itu bergantian dengan tatapan tak bisa di artikan. Cowok itu meremat kuat testpack dan menarik kasar tangan Disya masuk ke dalam mobil. "Ikut gue lo!"
-ooOoo-
"Oh, jadi gara-gara Disya lo baru mau ketemu gue di sini." kekeh Logan. "Kenapa gak dari dulu aja ya gue kayak gini biar lo mau ketemu gue, berdua."
Rahang Pangeran mengeras. Menatap jengah Logan yang terlalu bertele-tele. "Gue tanya maksud lo apa, Brengsek?!" tanya Pangeran menggertak Logan tak sabar.
Sontak Logan langsung memukul lagi wajah Pangeran hingga cowok itu kali ini tersungkur dengan darah yang mengalir dari ujung bibirnya. "Bisa lo gak usah ngomong brengsek lagi!" hardik Logan.
"Lo emang brengsek, Logan!" sahut Pangeran cepat.
Logan berdecih. Ia memandang remeh Pangeran di bawahnya. "Lebih brengsek siapa lo sama gue?! Gue yang hamilin Disya atau diri lo di masalalu?! Brengsek teriak brengsek!"
"Itu udah masalalu! Semua cuma kesalahan!" tampiknya.
Pangeran mengepalkan tangannya saat mengingat masalalu itu. Masalalu yang selama ini ia coba kubur dalam-dalam dengan mudahnya kembali di gali lagi.
Logan terkekeh. Ia memalingkan wajahnya tak percaya dengan ucapan Pangeran. "Itu emang masalalu dan itu emang kesalahan. Tapi lo tau kenapa lo lebih brengsek dari gue? Lo lari dari masalah saat itu Pangeran, sedangkan gue enggak!" cerca Logan. Tak membiarkan Pangeran menyela ucapannya. "Lo sembunyi dari masalah sampai dia pergi jauh! Dan saat itu lo keliatan seperti cowok pecundang!"
Logan memberi jeda, "lo menghilang dan biarin semua hancur tanpa kejelasan! Bahkan persahabatan kita yang udah lama juga ikut hancur!" kali ini suara Logan merendah. Memori tiga remaja saling tertawa dengan raut wajah yang bahagia tanpa beban kembali berputar ulang seperti kaset rusak.
Pangeran menggeram, ia kian menatap Logan tajam. "Gue butuh waktu! Dia yang pergi sendiri! Gue gak nyuruh dia pergi! Gue cuma butuh waktu buat mencerna semuanya!"
"Semakin lo membela diri, maka semakin terlihat brengsek lo di mata gue!" desis Logan.
Logan menghampri Pangeran yang masih terduduk. Ia menarik kerah Pangeran agar bangkit dan membabi buta cowok itu hingga babak belur. Sedangkan Pangeran juga tak tinggal diam, saat Logan lengah ia membalas pukulan cowok itu.
Keduanya terlibat perkelahian tak terhentikan, setelah sekian lama saling melemparkan tatapan permusuhan dan kebencian.
________BatasSuci________
Oke, sebenarnya kenapa dua cowok ganteng itu gelud? Ada yang tahu? Ya karena rebutan aku hahahah. Tebak sesuka kalian aja ya! Btw feelnya dapet gak? Aku gak bisa ngerasain huhuhu.
Jangan lupa vote dan komen kalian ya! Kalau ada kata yang terulang atau typo bertebaran komen aja biar aku revisi, kapan-kapan.
With love♡
Rara masa depan Tr34sur3.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Teen Fiction"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...