Sudah satu minggu berlalu. Dan di sinilah Vanessa berada, di ruang pengantin dengan dia yang memakai gaun pengantin.
Saat ini Vanessa tengah duduk menghadap cermin besar. Dirinya telah selesai di make up lima menit yang lalu.
Harusnya Vanessa tersenyum hari ini. Namun, ironis sekali. Ia harus menikah dengan orang yang begitu menjengkelkan. Vanessa benar-benar tidak tahu harus apa sekarang. Menerima dengan lapang dada atau harus kabur saja?
Tapi opsi kedua sangat berisiko.
Suara deritan mengalihkan atensinya dari cermin. Ia menatap keluarganya yang memasuki ruangan dengan pakaian senada.
Aletta tersenyum haru. Ia memeluk putrinya lalu memberi kecupan ringan di kepala. "Mami gak nyangka kamu bakal minta nikah muda gini. Andai Mami tau, pasti Mami bakal habisin waktu bareng kamu terus."
Andai saja Aletta juga tahu bahwa ia menyesal meminta permintaan itu apakah ini akan tetap terjadi?
"Bocil SD udah pacar-pacaran, ini yang baru SMA malah kebelet kawin," sindir Gara yang di hadiahi tatapan sinis Vanessa.
Aletta yang sedang tidak ingin terjadi keributan di hari bahagia kembali membuka suara, "kamu yang nurut sama Pangeran. Jangan bangkang sama suami, dosa."
'Gue belum nikah aja udah pernah bangkang, gimana kalo udah nikah? Otw rumah bakal sering terjadi guncangan, Mi.' Vanessa ingin berkata seperti itu. Tapi kembali tertelan di tenggorokan sebab bibirnya terasa kelu hingga ia hanya mampu menjawab, "iya Mi."
Aletta mengangguk lantas tersenyum. "Acara nya bentar lagi mulai. Mami sama Bang Gara keluar dulu kalo gitu," pamitnya pergi, meninggalkan Vanessa berdua di ruangan bersama Damian.
Setelah kepergian Aletta dan Gara. Vanessa memeluk lengan Damian erat karena pintu akan segera terbuka. Takut-takut nanti ia akan jatuh karena high heels yang tinggi.
Bertepatan pintu terbuka Damian berkata, "Papi seneng bisa merawat kamu sejak bayi dengan baik. Dan Papi gak pernah tau bakal melepas kamu secepat ini, Vanessa."
Vanessa mendongak, menatap wajah Papinya dari bawah yang masih tetap fokus ke depan tanpa melihat dirinya saat mengucapkan kalimat itu.Entah mengapa mendengar itu Damian membuatnya hanya bisa tersenyum getir di balik tudung.
Damian menggandeng lengan Vanessa erat. Mereka berjalan di atas altar yang di lapisi karpet berbulu putih. Seluruh tamu undangan yang hadir menatap Vanessa yang memukau hari ini.
Gadis itu memakai gaun dengan model ball gown dan berwarna gold dengan ukiran bunga yang menghiasi gaun. Pada bagian atas gaun itu bermodel sabrina. Mempertontonkan setiap lekukan indah tubuhnya.
Rambut Vanessa hanya di gerai dengan mahkota bunga yang melekat di balik tudung putihnya. Meskipun tamu yang hadir hanya sanak saudara dan rekan bisnis Papinya dan Ayah Pangeran, Aletta dan Diana mempersiapkan semuanya dengan sebaik mungkin. Karena acara ini untuk kedua anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Teen Fiction"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...