LWF| TUKANG PIJAT DADAKAN

660 87 3
                                    

"Yang itu .... eumm yeah enak."

Pangeran membuka bajunya, mempertontonkan tubuh mulusnya di hadapan Vanessa yang menelan salivanya susah payah. Ia jadi parno sendiri melihat tubuh polos laki-laki itu. Punggungnya putih bersih, lebar dan tega--ahh sudahlah! Sadar Vanessa!

Jika biasanya ia sering melihat idolanya membuka baju dari layar monitor, namun kali ini berbeda .... ia melihat yang sesungguhnya. Nyata euy!

"Kenapa diem aja? Terpesona lo sama tubuh gue?" Pangeran melirik ke arah Vanessa yang terdiam. "Lanjutin lagi," perintahnya.

"Gue-e harus mulai dari mana?" suara Vanessa terdengar seperti orang gugup. Gimana gak gugup kalo di dalam kamar berduaan .... jadi tukang pijat dadakan. 'Kan sama aja dia harus pegang-pegang tubuh polos Pangeran saat ini.

Pangeran meraih tangan Vanessa lalu menuntun tangan itu ke bahunya. "Gerakin tangan lo memutar,"  instruksinya yang di ikuti cewek itu.

Pangeran terus menuntun tangan Vanessa dengan gerakan memutar. Setelah Vanessa mulai mengerti baru ia membiarkan cewek itu melakukannya sendiri.

"Kenapa gue yang suruh mijitin lo? Lo bisa aja nyuruh tukang urut yang lebih pinter dari gue sebelum badan lo remuk semua," saran Vanessa.

Pangeran menggeleng sambil memejamkan matanya, keenakan. "Gue gak suka badan gue di sentuh-sentuh tangan orang lain."

"Tapi gue juga orang lain."

"Lo istri gue bukan orang lain," ucap Pangeran dengan nada serius.

Spontan Vanessa menghentikan pergerakannya. Ia menatap Pangeran dari belakang karena tubuh cowok itu posisinya tengkurap. Istri? Vanessa masih sering kali tidak percaya jika dia sudah menjadi istri cowok di hadapannya saat ini.

"Ah .... iya ya, gue suka lupa kalo udah jadi istri lo hahaha." Vanessa tertawa sumbang, kembali melanjutkan memijat tubuh Pangeran di bagian pinggang.

"Durhaka banget lo jadi istri."

"Ini udah belom sih? Capek gue mijitin lo dari setengah jam yang lalu," keluh Vanessa, menghiraukan ucapan Pangeran barusan. Masalahnya dia sudah capek memijat Pangeran dari tangan turun ke kaki naik ke atas lagi.

"Belum. Ini hukuman lo karena bawa temen ke apartemen."

"Dira 'kan sahabat gue. Masa gitu aja lo hukum gue gini sih?" protes Vanessa tak terima.

"Ya salah lo kenapa gak izin dulu sama gue." balasnya tak mau kalah.

Sudahlah. Berdebat dengan Pangeran tetap ia yang akan kalah nantinya. Pangeran always win and be right!

Tiba-tiba Pangeran membalikkan badan, menghentikan pijatannya. Ia menatap Vanessa yang menatapnya juga, tersenyum manis. "Apa mau ganti hukuman yang lebih enak?" ucapnya menaik turunkan alisnya.

Perasaan Vanessa langsung tidak enak saat melihat senyuman Pangeran yang lebih terlihat tengil di matanya. "Apa?"

"Buat anak?"

Vanessa refleks melototkan matanya galak. Ia melempar bantal yang berada di dekatnya hingga mengenai wajah Pangeran. "Dasar mesum lo daki simpanse!" teriaknya nyaring, langsung berlari keluar dari kamar Pangeran.

Pangeran tertawa keras, merasa berhasil mengerjai Vanessa kemudian berteriak. "HAHAHA siapa juga yang mau buat anak sama lo kpopers gila!"

"Bodo amat! Telinga gue di sewa orang!"

-ooOoo-

Saat ini Vanessa tengah berada di dapur, membersihkan paha ayam. Kali ini dia akan membuat ayam krispi dan tumis kangkung.

Living With FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang