Di depan sekolah SMA Pelangi, Vanessa hendak turun dari mobil sebelum tangannya di cekal. Ia menoleh, menatap Pangeran yang balas menatapnya.
Sejak berangkat dari rumah keduanya juga tidak terlibat percakapan apapun. Hanya diam dan hanyut dalam pikiran masing-masing.
"Pulang sekolah gue jem---," nada dering ponsel memotong ucapan Pangeran. Dia menatap ponselnya kemudian menatap kembali Vanessa.
Vanessa menaikkan alisnya, "angkat."
Pangeran akhirnya mengangkat telepon itu. Dalam hati ia mengutuk si penelpon yang menelponnya tidak kenal waktu dan tempat.
Melirik kecil kearah Vanessa yang masih menatapnya ia menjawab singkat si penelpon lalu mematikan sambungan sepihak.
Setelah sambungan terputus Pangeran menghembuskan napasnya pelan.
"Sorry. Gue nanti gak bisa jemput lo, Dil."
Vanessa menoleh, menganggukkan kepala saja. "Gapapa. Gue bisa nebeng pulang sama Dira."
"Serius gapapa nih?" tanya Pangeran memastikan.
"Lah lu maunya apa dah?" Vanessa mulai nyolot. Hari ini ia sedang dalam mode senggol bacok. Mungkin karena hari ini ia sedang kedatangan bulan.
"Ya ampun galak amat," ujar Pangeran. "Yaudah sana masuk, gerbangnya mau di tutup tuh."
Vanessa melihat ke arah luar jendela. Benar saja gerbang hampir di tutup. "Aishhh," decaknya sambil membuka pintu mobil tanpa pamit langsung keluar kemudian membanting pintu mobil membuat Pangeran yang berada di dalam kaget.
Setelah memastikan Vanessa mulai menjauh Pangeran kembali menelpon orang yang menelponnya tadi. Tidak membutuhkan waktu lama, dering kedua orang itu menjawab teleponnya.
"Jangan telpon gue kalau gue gak telpon lo duluan." katanya dingin dan langsung mematikan sambungan telepon.
Pangeran melihat jam tangannya, setelah itu mobilnya melaju meninggalkan sekolah Vanessa setelah memastikan gadis itu benar-benar masuk.
-ooOoo-
Vanessa duduk di bangkunya. Setelah menaruh tas ia membuka ponselnya. Memainkannya sambil menunggu bel berbunyi.
Dari arah luar kelas Dira berjalan memasuki kelas seperti biasanya. Ia duduk di sebelah Vanessa yang masih fokus memainkan ponselnya.
"Liat apasih? Serius amat mukanya mbak," kata Dira menggoda, menyenggol lengan Vanessa.
"Apasih, Dir. Gue nyari jokes doang di twitter." balas Vanessa.
"Masa?" Dira mengerutkan kening tak percaya. Sejak kapan Vanessa punya twitter?
Tiba-tiba bel berbunyi. Dalam hati Vanessa merasa lega karena Dira tidak kembali bertanya. Kali ini dia tidak ingin Dira kembali terlibat dalam masalah rumah tangganya.
Ia ingin mencari tahu sendiri alasan jelas Pangeran akan sikap aneh akhir-akhir ini. Dan dia yakin ada sesuatu di antara mereka yang tidak Vanessa ketahui.
Apapun itu Vanessa akan mencari jawaban dari segala rasa penasaran dan pertanyaannya.
Di sisi lain seorang perempuan tengah repot mengurus balita yang rewel. Balita itu menangis sejak tadi pagi. Entah apa yang di tangiskan hingga membuat wanita beranak satu itu pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Teen Fiction"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...