LWF| MENDIAMKAN

411 78 11
                                    

Vanessa masih diam, enggan membuka suara, menyahuti ucapannya ataupun candaan yang bisa di bilang garing pun tidak.

Pasti Vanessa marah sekali. Jelas, siapa yang tidak akan marah jika di sebut sebagai wanita murahan? Sekalipun dia adalah pelacur pasti tetap akan merasa tersinggung.

Pangeran sudah berusaha mencairkan suasana saat ini namun tetap saja Vanessa hanya diam tidak menanggapi. Mungkin juga enggan mendengar dia berbicara.

"Ness berangkat gue anter ya? Hari ini gue libur," tawar Pangeran sambil memakan sarapan paginya.

Walaupun marah Vanesaa masih berbaik hati mau menyiapkan sarapan untuk Pangeran. Mendesah pelan tak mendapatkan respon, Pangeran buru-buru menghabiskan sarapannya.

Vanessa juga sama, setelah selesai ia langsung menyambar tas dan berlalu meninggalkan meja makan. Tanpa pamit ataupun debat seperti biasa, benar-benar seperti orang asing yang di paksa tinggal bersama.

Melihat Vanessa sudah jauh Pangeran segera menyusul. Saat di parkiran Pangeran langsung menarik tangan Vanessa sampai gadis itu menghadapnya.

"Gue anter," katanya final.

Vanessa tak tinggal diam. Ia menghempaskan tangannya sampai pegangan Pangeran terlepas. "Mending lo urus urusan lo itu daripada ngurusin gue," ucapnya dingin. Menatap sekilas Pangeran kemudian pergi.

"Gue harus apa biar lo maafin gue, Ness?" Pangeran menghalangi jalan Vanessa membuat gadis itu menatap jengah Pangeran.

"Gue males bahas masalah semalem. Minggir lo," dadanya kembali sesak mengingat kejadian semalam. Vanessa masih kecewa, amarahnya belum mereda. Melihat Pangeran saat ini hanya membuat hatinya semakin sakit saja.

Vanessa mendorong Pangeran menyingkir, gadis itu melambaikan tangan memberhentikan taksi yang lewat.

Melihat taksi yang di tumpangi Vanessa melaju membuat Pangeran menggeram tertahan di tempatnya. Ia mengacak rambutnya frustasi kemudian memilih pergi, melajukan mobilnya menuju suatu tempat.







-ooOoo-







"Lo kenapa deh Ness? Dari tadi pagi mukanya di tekuk terus," tanya Dira seraya menyeruput es jeruk dan duduk di pinggir lapangan.

Hari ini cuaca panas sekali. Duduk di pinggir lapangan, memandang cowok-cowok bermain futsal sambil meminum es adalah hal lumrah yang sering di lakukan para murid sekolah. Sekalian cuci mata 'katanya'.

Sedangkan Vanessa hanya menekuk lututnya lalu dagunya bertumpu di sana, melihat bola yang di oper kesana kemari.

Dira menoleh, memandang Vanessa yang sejak tadi terus diam jika di ajak berbicara. "Heh," Dira menyenggol lengan Vanessa sampai cewek itu terhuyung kesamping dengan tangan yang menumpu agar tidak jatuh lalu kembali pada posisi awal.

"Kalo ada masalah cerita jangan diem aja. Ngeri gue liat lo mendadak jadi pendiem gini."

Vanessa masih diam, ucapan Dira hanya di anggap seperti angin lalu. Karena saat ini ia hanya ingin diam dan termenung tidak ingin memikirkan apapun.

Dira menghela napas, tidak kembali bertanya lagi. Mungkin Vanessa butuh waktu untuk bercerita. Ia kembali tatap kedepan namun sebuah bola melayang kearahnya membuat gadis itu reflek menutup mata takut.



DUGGG


Bola itu mendarat namun tidak pada Dira melainkan pada gadis yang duduk di sebelahnya, Vanessa.

Living With FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang