Malam ini air hujan turun dengan derasnya mengguyur kota Jakarta. Namun, mobil BMW i8 melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, menyalip mobil-mobil yang menghalangi jalanan di depannya tanpa takut. Di dalam mobil Pangeran kalang kabut memikirkan bagaimana jalan keluar dari masalah ini? Bagaimana membujuk Gara agar membiarkan ia berbicara dengan Vanessa?
Atau, bagaimana caranya agar Putri berhenti mengharapkan dirinya lagi?
Mobil Pangeran berhenti tepat di depan pagar kediaman rumah mertuanya. Dalam hati ia berdoa semoga kali ini usahanya berhasil meskipun hanya beberapa persentase keberhasilannya.
Pangeran membunyikan klaksonnya, satpam datang namun tidak langsung membuka gerbang dan malah berteriak bertanya. "Siapa?"
Pangeran membuka kaca mobil balas berteriak, "saya Pangeran Pak."
"Aduh maaf atuh den, saya teh gak di izinin den Gara buka pagar kalau itu den Pangeran. Sekali lagi maaf atuh ya," Satpam itu pergi tanpa membukakan pagar setelah mengatakan itu.
Pangeran mendesah lelah di dalam mobil. Ia memutuskan keluar tanpa payung sehingga tubuhnya terguyur oleh air hujan. Pangeran berdiri di depan pagar, berteriak keras supaya Vanessa mendengar suaranya. "NESSA GUE DATANG! TOLONG KELUAR NESS!"
"GUE GAK BAKAL PERGI SEBELUM LO KELUAR NESS! GUE BAKAL BERDIRI DI SINI NUNGGU LO SAMPAI LO KELUAR DAN TEMUIN GUE!"
Di dalam rumah Gara keluar dari kamarnya setelah di telfon satpam bahwa Pangeran datang. Gara berjalan kearah jendela dekat pintu.
Ia mengintip Pangeran yang sudah bayah kuyup dan berteriak-teriak memanggil nama adiknya. "Bodoh," gumam Gara di tunjukkan untuk Pangeran.
Mana mungkin Vanessa dapat mendengar teriakan Pangeran di sana jika Vanessa sendiri berada di dalam kamarnya yang terletak di lantai dua?
Dan dugaan Gara salah. Tadinya Vanessa berdiri di dekat balkon kamar untuk melihat air hujan turun. Ketika hendak masuk ke kamar lagi ia melihat mobil yang familiar berhenti di depan pagar membuat Vanessa mengurungkan niatnya.
Gadis itu mengamati dalam diam sejak awal bahkan saat Pangeran turun dan berteriak dalam keadaan hujan tanpa memakai payung.
"NESSA GUE TAHU LO DENGER GUE! TOLONG TURUN DAN KITA SELESAIKAN MASALAH KITA! KALAU LO GINI TERUS MASALAH INI GAK BAKAL SELESAI, GUE GAK MAU LAMA-LAMA GAK BISA KETEMU LO!"
"TOLONG TURUN, NESS!" untuk kesekian kalinya Pangeran berteriak memohon agar Vanessa menemuinya. Namun tidak ada tanda-tanda Vanessa akan datang.
Pangeran mulai putus asa. Hampir setengah jam ia menunggu kehadiran gadisnya sampai tubuhnya mulai terasa menggigil.
Sedangkan di balkon pendirian Vanessa mulai goyah ketika melihat Pangeran memeluk lengannya kedinginan.
Vanessa menatap sendu Pangeran lalu memilih turun untuk menemui Pangeran dengan satu payung yang telah di bawanya.
Pangeran menunduk sambil berbalik badan hendak pergi, namun suara pagar di buka membuatnya berbalik cepat, memandang Vanessa yang berdiri menatapnya sedih dengan payung di tangan kanannya.
Pangeran menghampiri Vanessa dengan tubuh basah. Gadis itu tak tinggal diam, ia ikut memayungi tubuh laki-laki itu.
"Kenapa hujan-hujanan?"
Pangeran tak mengidahkan pertanyaan Vanessa barusan. Ia mendekap erat tubuh gadis itu sambil bergumam, "akhirnya lo nemuin gue. Gue hampir gila karena susah buat ketemu lo."
Mereka lama berpelukan, tapi Vanessa tidak membalas pelukan Pangeran. Vanessa mundur membuat pelukan Pangeran terlepas.
"Gue turun karena ada hal yang emang harus gue bilang ke lo,"
Pangeran menatapnya penasaran. Sesaat Vanessa menarik napas pelan dan menghembuskannya.
"Mari berpisah."
Ucapan Vanessa barusan mengundang pertanyaan dalam diri Pangeran, "kenapa?" tanyanya setelah sekian lama terdiam.
"Setelah gue pikir-pikir mana lagi yang harus kita pertahankan dalam rumah tangga ini? Lo punya anak, bukan dari rahim gue tapi rahim perempuan lain. Lo pilih gue tapi apa mungkin lo tega anak lo hidup tanpa Ayah di sisinya?"
Pangeran protes, dia tidak mau Vanessa membuat keputusan sendiri dan menurutnya ini bukanlah keputusan terbaik.
"Gue gak mau!" tolaknya langsung.
"Jangan kayak anak kecil please," mohon Vanessa. "Kita harus berfikir dewasa Pangeran."
"Lo mau mempertahankan gue dan anak lo. Tapi apa lo tega misahin anak itu dari ibu kandungnya? Terlepas dari masalalu lo sama perempuan itu dia tetap anak lo."
"Tapi masih banyak jalan keluar yang lain Ness selain satu itu. Gue gak bisa kehilangan lo." Pangeran menjeda kalimatnya.
"Gue cinta sama lo," sambungnya.
Vanessa mengangguk mengerti, "gue harap lo bisa memilih. Bukan tentang lo cinta sama gue atau enggak. Tapi bagaimana dengan masa depannya?"
"Gue rasa keputusan gue udah tepat. Gue nyerah, cukup sampai sini ya sebelum lebih banyak lagi hati yang terluka." ucap Vanessa tersenyum penuh luka.
Malam ini kata perpisahan telah keluar dari bibirnya. Tidak ada lagi yang perlu di perjuangkan.
Sejak awal Pangeran bukanlah laki-laki yang di kirimkan Tuhan untuknya. Dia hanyalah perantara, menjaga jodoh orang lain sebelum akhirnya mereka di pertemukan kembali.
-ooOoo-
Vanessa menangis tersedu di belakang pintu kamarnya. Berkali-kali ia memukul dadanya yang terasa sangat sesak.
Usai mengucapkan kata perpisahan tadi ia menahan air matanya agar tidak jatuh lagi di hadapan Pangeran.
Rasanya sangat sesak saat kata itu terucap. Namun ia bisa apa?
Keadaan yang memaksanya seperti ini.
Di lain tempat Pangeran berteriak keras di jalanan sepi. Laki-laki itu menjambak rambutnya frustasi.
Air matanya tanpa sadar meluruh mengalir di pipinya. Baru kali ini, baru kali ini ia merasa kehilangan seseorang dalam hidupnya.
Vanessa hadir tanpa di rencanakan lalu bertemu dengannya. Setelah itu gadis pecinta korea mengisi hari-harinya hingga perasaan itu muncul dengan sendirinya.
Perlahan kebahagiaan mengelilingi hubungan mereka, namun kebahagiaan itu hanya singgah sementara.
Pangeran menyesal, kenapa ia baru merasa kehilangan padahal sebelumnya ia sudah tahu ini akan terjadi.
Menyesal pun sudah tidak ada lagi artinya.
Ketika kau merasa kehilangan di situlah kau tahu bagaimana perasaanmu yang sesungguhnya.
________BatasSuci________
Lama ya? Maaf ya.
Satu minggu sebelum lebaran aku sakit:(
Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir batin. Maafin aku ya kalau terkadang buat kalian kesal, marah ataupun sedih baik di sengaja mau nggak di sengaja.
Big love♡
Rara masdep Watanabe haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Teen Fiction"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...