Kalongers suaranya mana???
Happy Reading!
+62853********
|Masih inget gue dan malam itu?
Pangeran terdiam. Ia menatap layar ponsel itu dan merematnya kuat. Vanessa yang menyadari perubahan Pangeran ikut diam. Raut wajah itu kentara sekali tengah menahan emosi.
"Siapa?" tanya Vanessa setelah lama terdiam.
Pangeran langsung menutup ponselnya mendengar suara Vanessa. Dengan cepat ia memasukkan kembali benda pipih itu dalam saku celananya.
"Bukan siapa-siapa," alibi Pangeran. Merebut es balok itu agar dapat menghindari tatapan curiga yang di layangkan Vanessa untuknya.
"Masa?" Pangeran mendelik menangkap intonasi suara yang di buat-buat seolah tak percaya. Sengaja ia menekan balok es itu hingga sang empu medesis sakit.
Vanessa balas menabok lengan Pangeran kemudian melirik sinis cowok itu.
Kemudian bel apartemen berbunyi membuat dua insan berbeda gender itu menoleh ke arah pintu bersamaan.
"Siapa yang datang?" gumam Vanessa, memiringkan kepalanya.
"Mana gue tau," Vanessa melirik Pangeran malas. Dia juga tahu kalo cowok itu tidak tahu siapa yang datang. Orang pintunya belum di bukan!
"Bukain pintunya sana. Gue mau ke kamar dulu," perintah Pangeran, melenggang memasuki kamarnya.
Vanessa beranjak dari duduknya. Ia melangkah ke arah pintu lalu membukanya. Terlihat Diana yang berdiri memakai dress motif bunga-bunga dengan rantang di tangan kanannya.
Diana tersenyum melihat Vanessa. Wanita paruh baya itu mendekap menantunya lalu berganti mencium pipinya.
"Mama gak di suruh masuk?" Diana tersenyum geli saat Vanessa masih berdiri mematung setelah perlakuannya tadi. Ahh, mungkin gadis itu belum terbiasa karena ini baru pertemuan ketiga kalinya.
Vanessa mengerjap, tersenyum tak enak pada Diana kemudian menggeser tubuhnya agar mertuanya lewat, mempersilakan masuk. "Masuk dulu, Bun."
Diana tersenyum lalu mengucapkan terimakasih sebelum memasuki apartemen anaknya dan menantunya.
Vanessa sendiri mengikuti Diana yang duduk di sofa ruang tv. Wanita itu meletakkan barang bawaannya di meja lalu menggesernya hingga berada di hadapan Vanessa.
"Bunda di rumah masak banyak, jadi Bunda bawain sekalian buat kalian berdua." katanya.
"Aduh makasih Bun. Jadi ngerepotin Bunda," ringisnya tak enak.
Diana menggeleng pelan melihat raut wajah Vanessa yang merasa tak enak padanya. "Bunda gak merasa di repotkan. Kebetulan masaknya banyak aja, Sayang." jelasnya. "Oh ya, Pangeran mana?" tanyanya tak melihat batang hidung putranya sejak tadi.
"Tadi pamit ke kamar, Bun. Mau Nessa panggilin gak?"
"Gak usah. Nanti juga keluar," tolak Diana.
Vanessa mengangguk saja, mengikuti kata Diana. Kemudian keduanya sempat terdiam karena fokus pada televisi, yang sempat Vanessa nyalakan agar tak terlalu sunyi.
Diana yang datang untuk memastikan sesuatu menghentikan acara menonton berita yang tengah tayang.
"Kamu .... sekamar 'kan sama Pangeran?"
Vanessa yang awalnya fokus pada televisi menggulirkan matanya menatap balik lawan bicara. Bertepatan dengan itu Pangeran keluar dari kamarnya, masih dapat mendengar pertanyaan sang Bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Teen Fiction"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...