LWF| FOTO

418 71 9
                                    

Sumpah! Teriakan-teriakan nyaring sejak tadi membuat kupingnya pengang, belum lagi ia harus ikut berdesak-desakan bersama yang lainnya. Jika bukan karena kata 'maaf' dari Vanessa, Pangeran tidak akan pernah mau datang kesini apalagi ikut bergabung seperti ini.

Saat ini mereka sedang berada di acara festival kpop, keduanya tengah berdiri di depan panggung kecil di mana orang-orang menampilkan bakatnya. Entah menjadi dancer, ataupun menyanyi dalam bahasa Korea.

Di sampingnya Vanessa sudah berteriak heboh, bahkan ikut bernyanyi bersama yang lain kecuali Pangeran yang hanya diam, sedikit kesal karena sejak tadi menjadi korban yang ikut terdorog-dorong kesana kemari.

Tau gini dari awal gue pake cara jedotin kepala aja buat dapet maaf. Nyesel banget gue pake cara pertama, udah gagal apes juga, gerutunya dalam hati sebal.

Tapi dalam lubuk hati paling dalam, Pangeran tidak bisa menyembunyuikan perasaannya yang merasa meringan begitu saja. Melihat Vanessa yang bersorak riang dan tertawa membuatnya melega. Setidaknya ia bisa menggantikan tangis kemarin dengan tawa bahagia hari ini.

Ia harap ia bisa melihat tawa itu untuk waktu jangka paling lama. Menjadi alasan atas setiap tawa gadis itu dan menjadi alasan jatuhnya air mata bahagia bukan alasan mengapa adanya tangis menyakitkan.

Semoga saja.





-ooOoo-







Pangeran menyodorkan sebotol air mineral yang telah di buka tutup botolnya kepada Vanessa yang duduk di sebelahnya, "makanya jangan teriak-teriak." nasehatnya.

Vanessa meneguk air itu hingga tersisa setengah. Sedangkan Pangeran jarinya tergerak sendiri untuk mengelap ujung bibir cewek itu yang tertinggal jejak air. "Liat gini kalau gak teriak gak lengkap." katanya membalas santai.

Pangeran mendengus, yasudahlah. Ia berdiri, menyodorkan sebelah tangannya pada Vanessa untuk di genggam. "Ayok pulang," ajak cowok itu.

Vanessa ikut berdiri, membenari tataan rambutnya sejenak sebelum pergi berlalu tanpa balas menerima uluran tangan Pangeran itu.

Menatap sejenak telapak tangannya, pemuda itu menghembuskan napasnya pelan. Kemudian menurunkannya dan menyusul Vanessa yang sudah pergi kearah parkiran.

Dia harus lebih berusaha lagi agar mendapatkan kata maaf sepenuhnya dari gadisnya itu.






-ooOoo-







Sejak pagi tadi Vanessa sudah sibuk sendiri, ia harus mencari satu pena yang entah dimana keberadaannya.

Vanessa membuka laci meja belajarnya mencari pena Dira yang ia pinjam kemarin. Sejak semalam cewek itu terus mengiriminya pesan, mengingatkannya agar membawa penanya itu yang katanya benda kesayangannya.

Tak menemukan di laci Vanessa membuka seluruh bukunya siapa tahu terselip di sana, namun hasilnya tetap nihil. Vanessa menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Dimana sih penanya?! Perasaan kemarin gue pake buat nyatet," ujarnya berdecak tak dapat menemukan.

"Ahhh, mungkin di meja Pangeran." katanya tiba-tiba menjentikkan jarinya tahu pada diri sendiri lalu beralih membuka laci meja Pangeran.

Pertama ia menggeledah isi laci yang berisi alat tulis namun tak ada satupun pena milik Dira di sana. Cewek itu beralih mengecek buku-buku Pangeran tanpa terkecuali.

Saat membuka salah satu buku sesuatu terjatuh dari sana. Vanessa menunduk lalu berjongkok mengambil barang itu, sebuah foto polaroid. Ia membalik foto itu, melihat foto tiga remaja mengenakan seragam SMA yang saling tersenyum bebas seakan tanpa beban dengan posisi satu cewek di tengah yang merangkul kedua leher pemuda di sisi kanan dan kirinya.

Living With FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang