"Ayo pulang," saat hendak membawa Pangeran berdiri tiba-tiba tangannya di cegah oleh dua orang laki-laki.
"Lo siapa?" tanya salah satu pemuda itu.
"Perlu banget kamu tahu siapa aku sekarang?" tanya balik Putri.
Fikri hendak menyahut namun lenganny lebih dulu di tarik Zaky agar mundur.
Melihat kedua laki-laki itu diam Putri kembali memapah Pangeran keluar dari club ini meskipun agak susah.
Fikri dan Zaky 'pun hanya melihat tanpa ada niatan membantu gadis itu yang terlihat kesusahan membawa Pangeran keluar sendiri.
"Gila sih Pangeran," komentar Fikri menggelengkan kepala melihat Pangeran yang semakin jauh. Sedangkan Zaky hanya menatap dua punggung itu tanpa suara.
Sesampainya di luar Pangeran memberontak. Ia melepaskan tangan Putri yang memapahnya, menunjuk gadis itu yang menatapnya diam. "Harusnya lo gak pulang lagi ke Indonesia!" teriak Pangeran. "Gue gak bakal gini kalau aja lo gak muncul di depan gue! Setelah lo ngilang bertahun-tahun kenapa lo harus muncul lagi, hah?! Lo balik setelah gue udah nikah sama orang lain!"
"Kalau lo balik cuma minta pertanggung jawaban gue, kenapa gak dari dulu aja?!" frustasi Pangeran. "Lo pikir setelah lo pergi bertahun-tahun dan tiba-tiba pulang lo bakal dapet apa yang lo mau sekarang?!"
Pangeran menggeleng lalu tertawa sendiri, "enggak lo gak bakal dapat itu." ia menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri di depan wajah Putri yang tetap diam dan tak lama tubuhnya ambruk karena terlalu banyak meminum cairan alkohol.
-ooOoo-
Gara membuka pintu kamar adiknya. Dia pikir Vanessa sudah tidur, tapi gadis itu masih terjaga dan duduk di meja belajarnya. Ia berjalan mendekati gadis itu yang masih belum sadar akan kehadirannya.
Gara mengintip apa yang Vanessa tulis, ternyata gadis itu sedang belajar. "belum tidur?" tanya Gara membuat Vanessa kaget dan segera menoleh ke belakangnya.
"Ngagetin aja abang," katanya lalu kembali menulis lagi.
"Tumben belajar?"
"Besok gue ada ujian kelulusan,"
Gara menarik kursi rias lalu duduk di sebalah adiknya. "Gak kerasa lo mau lulus aja. Padahal dulu lo masih kecil, cuma balita cengeng." Gara menerawang masalalunya bersama Vanessa, "lo inget? Lo pernah nangis gara-gara gue tinggal pergi sekolah. Gue mau nongkrong sama temen lo selalu ngerengek mau ikut. Tapi sekarang lo udah gede bahkan udah punya suami hahaha. Waktu emang secepat itu ya?" ujar Gara.
"Dulu abang juga pernah nangis waktu gue di rawat di rumah sakit setelah di ajak main hujan-hujanan sama lo. Saking ngerasa bersalahnya lo bela-belain datang ke rumah sakit habis pulang sekolah padahal lo belum sempet pulang kerumah buat ganti baju ataupun makan dan lo lebih milih jagain gue seharian penuh."
"Ya, iyalah gue milih jagain lo. Yang bikin lo masuk rumah sakit 3 hari itu gue. Masa gue enak-enak nongkrong sedangkan lo di rumah sakit dan itu gara-gara gue, tega banget gue." balas Gara.Vanessa hanya terkekeh kecil membuat Gara mengusap kepala adiknya, lalu berujar lembut. "Jangan sedih lama-lama. Gue gak suka liat adik kesayangan gue sedih cuma gara-gara cowok brengsek itu."
Vanessa mengangguk dan tersenyum kearah Gara. "Yaudah abang balik kamar. Jangan tidur malam-malam," pesan Gara.
Setelah itu Gara keluar dari kamarnya. Meninggalkan Vanessa yang kembali termenung karena mengingat masalahnya. Padahal, alasan ia belajar adalah untuk sejenak melupakan masalahnya dengan Pangeran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Teen Fiction"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...