Pangeran mengerjapkan matanya saat sinar matahari menerpa wajahnya. Perlahan-lahan matanya terbuka, ia memilih menyenderkan punggungnya pada sandaran ranjang.
Kepalanya menoleh ke samping, ingin memastikan cewek gila itu masih tidur atau tidak. Namun, sialnya ia di buat terkejut hingga terjungkal ke belakang saat melihat penampakan perempuan dengan rambut menjuntai ke bawah, menutupi seluruh wajahnya.
Dengan takut-takut Pangeran melongokan kepalanya dari bawah kasur. "Ness, itu lo atau arwah halus yang keluar dari tubuh lo?" tanyanya sedikit takut menarik-narik selimut di dekat perempuan itu.
Kepala wanita itu terangkat pelan. Ia menoleh kearah Pangeran dengan mata pandanya. Pangeran merasa lega karena ternyata Vanessa, tapi kenapa dengan mata cewek itu?
"Mata lo jelek banget, sumpah." ejek Pangeran kemudian tertawa yang mendapatkan lemparan bantal di pagi hari.
"Semua ini gara-gara lo ya! Gue gak bisa tidur semalaman cuma denger lo ngorok! Lo mau tau suaranya kayak apa?! Kayak kodok minta kawin!" bentak Vanessa.
Pangeran menatap Vanessa yang menatapnya garang, "masa sih? Muka ganteng gini masa ngorok? Gak banget," narsis Pangeran, mengusap rambut depannya ke belakang dengan tengil.
Vanessa mendelik, kemudian bangkit dari ranjang. "Matamu ganteng!" sungutnya sebelum meninggalkan Pangeran sendiri di kamar yang menatap cewek itu protes.
-ooOoo-
Vanessa terlihat tergesa-gesa memakai sling bagnya. Ia memakai baju santai hendak menuju rumah Dira, meminjam seragam karena semua bajunya ada di dalam kamarnya yang terkunci.
Dengan langkah cepat ia berjalan menuju pintu hendak keluar sebelum suara mengintrupsi gerakannya.
"Mau kemana lo buru-buru?"
Vanessa berbalik, menatap Pangeran yang sudah rapi dengan pakaian anak kuliahan. "Mau ke rumah Dira," jawabnya hendak keluar namun terurung lagi saat Pangeran bersuara kembali.
"Gue mau makan."
"Ya tinggal masak. Gue buru-buru banget ini." melas Vanessa menampilkan puppy eyesnya.
Pangeran menggeleng, tidak membiarkan Vanesaa pergi. "Masakin gue dulu baru boleh pergi." perintahnya mutlak.
"Terserah, gue tetep bisa pergi tanpa izin lo!" kekeuhnya.
Vanessa kembali berjalan. Namun seruan Pangeran mampu menghentikan langkahnya kembali, "lo maju selangkah lagi, lo yang bakal gue makan pagi ini!"
Wajah Vanesaa memerah hingga ke telinga. Bukan karena malu, namun menahan kejengkelannya pada cowok satu itu.
Vanessa akhirnya memilih berbalik. Menaruh kasar sling bagnya di meja makan. Dengan hati dongkol ia menumpangkan teplon untuk memasak telur dadar yang paling cepat.
Tak membutuhkan waktu lama, masakan Vanessa siap untuk di santap. Cewek itu telah mengambilkan nasi dan telurnya tanpa di suruh, agar dapat cepat pergi dari sini.
"Ini makanannya Baginda Yang Mulia," sindirnya ketika melihat Pangeran yang duduk sembari bersedekap dada, menyodorkan piring terisi di hadapannya.
Pangeran menurunkan tangannya, kemudian memakan sarapannya dengan santai. Mendapati Pangeran diam menikmati sarapannya membuat cewek itu hendak pergi sebelum lengannya di cekal dan di tarik pelan hingga duduk di kursi samping Pangeran.
Vanessa handak protes, Pangeran yang mengetahui itu langsung saja menyuapkan satu sendok penuh ke mulut cewek itu, membuat Vanesaa terpaksa mengurungkan protesnya.
Dua orang berbeda gender itu saling berhadapan. Pangeran mengunyah makanannya sembari memperhatikan cewek itu intens.
Yang di tatap intens 'pun merasa tak nyaman. Vanessa memilih menghadap depan, menghindari tatapan Pangeran.
"Salting lo?" pertanyaannya jelas terselip nada cibiran cowok itu.
Namun tanpa di duga, pipi Vanessa justru memerah. "Nggak usah copslay jadi sotoi lo ya!" elaknya, memalingkan wajahnya begitu saja, refleks di buat salah tingkah.
Dengan cepat Vanessa berdiri dari duduknya, berjalan meninggalkan meja makan. Namun, Pangeran tiba-tiba menghentikan pergerakannya membuat jantungnya berdetak tidak normal saat cowok itu menarik pelan tangannya keluar apartemen.
Vanessa berniat melepaskan cekalan itu, tapi sayang cekalannya semakin kuat saat hendak ia lepaskan. "Jangan geer, gue megang tangan lo biar cepet sampe loby," ujarnya
Pangeran memelankan langkahnya. Menunduk dan menatap Vanessa yang tingginya hanya sampai sebatas dadanya. "Beli seragam baru aja, gak usah minjem-minjem. Gue gak semiskin itu sampe beliin lo seragam gak sanggup."
-ooOoo-
Vanessa berjalan di sepanjang koridor dengan menundukkan kepalanya malu. Seluruh pasang mata tengah menatapnya aneh saat ini.
Jelas saja di tatap aneh, Vanessa yang biasanya memakai seragam ketat berubah memakai seragam yang sedikit lebih longgar. Semua ini salah Pangeran yang melarangnya memakai seragam ketat, mana cowok itu mengatai dirinya cabe-cabean ketika keluar dari ruang ganti.
Dan sekarang Vanessa harus memakai seragam yang telah di pilihkan cowok itu. Sial!
Dari arah berlawanan, Rega berjalan dan terus memperhatikan Vanessa yang berjalan menunduk dengan tampilan berbeda. Karena berjalan menunduk juga Vanessa menabrak dada bidang seseorang.
Vanessa mendongak, menatap wajah tegas itu yang tetap menghadap depan. Tanpa di duga Rega menundukkan kepalanya, menyisakan jarak wajah mereka yang tinggal sejengkal. Dan semua siswi yang memperhatikan keduanya sampai menahan napas, melihat ketua osis yang tegas di mata mereka tengah mendekatkan bibirnya di telinga Vanessa, berbisik.
Hanya Vanessa yang tahu Rega membisikkan apa. Namun kalimat itu cukup membuat dirinya menegang di tempat. Rega yang melihat Vanessa hanya diam memilih melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Tiba-tiba Dira datang menepuk pelan punggungnya, menyadarkan Vanessa kembali. "Rega ngomong apa sama lo?"
Vanessa menoleh kemudian menggeleng. "Bukan apa-apa," jawabnya.
Dira menelengkan kepalanya menatap Vanessa, kemudian menoleh kebelakang melihat punggung Rega yang semakin menjauh.
"Dir, gue aneh gak sih pake baju gini?" Dira kembali memfokuskan dirinya pada Vanessa. Ia yang baru sadar dengan penampilan Vanessa, memperhatikan dari atas sampai bawah.
"Gak ada yang aneh sih. Tapi kalo lo yang make keliatan aneh," ujarnya dengan wajah meyakinkan.
Vanessa berdecak, menatap seragamnya sendiri. "Ini tuh gara-gara Pangeran! Masa gue pake seragam yang kayak biasanya di katain cabe-cabean!"
Dira di buat bingung, menaruh tangannya di depan Vanessa. "Maksud lo ini baju pilihan Pangeran?" tanyanya dan Vanessa mengangguk. "Kok bisa?" bingung Dira.
Vanessa melengos, menghembuskan napasnya kasar. "Panjang ceritanya," jawabnya. "Ke kelas aja yuk. Malu gue di liatin murid lain." ajaknya, menarik tangan Dira tanpa persetujuan.
Tanpa mereka sadari, Rega sempat menghentikan langkahnya dan berbalik arah karena ada barang yang tertinggal. Tidak sengaja mendengar percakapan antara Vanessa dan Dira membuat cowok itu menghentikan langkahnya.
"Siapa Pangeran?" gumamnya pelan.
________BatasSuci________
Padahal belum ada tiga hari ya setelah hari update part sebelumnya. Tapi gak papa.
Absen dulu ya zeyeng!
With love♡
Rara masa depannya Treasure:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Teen Fiction"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...