LWF| USAHA BERBAIKAN

399 82 9
                                    

"Lo gak papa Ness? Ada yang sakit gak?" tanya Dira ketika baru masuk.

Vanessa mengangguk, "gak papa, gue baik-baik aja."

Dira menghembuskan napasnya lega. Ia menyodorkan tas kepada Vanessa, "gak usah masuk kelas. Ini pelajaran terakhir, 15 menit lagi bel pulang."

Vanessa mengangguk, menerima tasnya. "Makasih,"

"Kalau ada apa-apa tuh cerita sama gue. Jangan di pendem, gunanya gue jadi sahabat lo apa kalau gak bisa jadi tempat berbagi?" Dira duduk di sebelah Vanessa memandang Vanessa menyamping.

Vanessa menunduk, memainkan tali ranselnya. "Gue gak papa," jawab Vanessa ragu.

Dira menghela nafasnya pelan. Sepertinya Vanessa memang belum bisa terbuka untuk masalah ini. Biasanya ia selalu menceritakan masalahnya, tak seperti ini.

Menepuk bahunya pelan, Dira tersenyum. "Kalau belum mau cerita gue gak maksa. Santai lah," katanya mencairkan di balas senyuman Vanessa.


TRINGGGG

Bel pulang sekolah berbunyi. Kedua gadis itu beranjak dari duduknya kemudian keluar dari uks, menyeruak di antara murid-murid yang juga bertujuan sama.










-ooOoo-








Pangeran duduk di dalam mobil, mengamati sekolah Vanessa yang sudah bubar sejak 5 menit yang lalu. Matanya bergerak liar mencari keberadaan Vanessa, ketika menangkap sosok yang sedari tadi ia cari tengah bersama sahabatnya langsung saja Pangeran menghampri mereka.

Kedatangan Pangeran yang turun dari mobil BMW i8 mengundang banyak pasang mata yang melirik kearahnya. Bahkan banyak murid-murid yang menunda kepulangannya hanya untuk melihat siapa laki-laki itu.

Pangeran berhenti di hadapan Vanessa yang mendongak keatas guna menatapnya, "ayo pulang. Gue punya kejutan buat lo." ujar Pangeran membungkuk, mensejajarkan tinggi mereka agar Vanessa tak pegal mendongak.

"Dir gue ikut lo pulang ya," Vanessa tak menghiraukan ucapan Pangeran. Ia lebih memilih menarik tangan Dira pergi dari sana.

Dira tertarik pasrah. Ia menoleh ke belakang mendapati Pangeran yang mengejar mereka. Yang akhirnya ia paham alasan Vanessa menjadi pendiam di sekolah.

"Ness," panggil Pangeran menarik pergelangannya.

Vanessa berbalik, melepaskan cengkraman Pangeran. "Gue mau pulang ke rumah Dira dulu, denger gak sih lo? Atau budek?" sahut Vanessa cepat, menatap kesal Pangeran.

"Gue denger, pulang dulu makanya." Pangeran masih membujuk, tidak ingin menyerah dulu.

Melihat adegan itu membuat orang-orang di sekitarnya semakin merasa penasaran, ada hubungan apa antara Vanessa dan laki-laki itu?

Mendapati Vanessa hanya diam tak merespon membuat Dira turun tangan. "Bener kata Pangeran, mending lo pulang dulu. Nanti lo bisa main kerumah gue gimana? Kita bisa main ke mall juga, yang penting lo pulang dulu sama Pangeran." usul Dira.

Vanessa menatap protes Dira, "gue maunya kerumah lo dulu." Vanessa masih keras kepala.

"Ness," mohon Dira menatap Vanessa.

Vanessa mendengus, langsung pergi meninggalkan kedua orang itu menuju mobil Pangeran yang terpakir.

Setelah melihat Vanessa masuk kedalam mobil Pangeran menatap Dira tersenyum, "thanks." ucapnya lalu berlari menuju mobilnya.







-ooOoo-







Mobil Pangeran terpakir di lobi apartemen. Vanessa lebih dulu keluar di ikuti Pangeran yang menyusul. Keduanya berjalan beriringan namun saling diam.

Diam-diam Pangeran menipiskan bibirnya, bingung harus memulai dari mana. Bahkan tanpa sadar keduanya sudah sampai di depan pintu masuk. Vanessa hendak masuk kamar namun tangannya di tahan, membuatnya mau tak mau menoleh.

Pangeran merogoh sakunya, mengambil handphone dengan tangan satu yang masih memegang pergelangan tangan Vanessa. Laki-laki itu menscroll beranda instagram lalu menunjuk info yang ia simpan beberapa jam lalu.

"Ayo kesini," katanya mengajak Vanessa.

Vanessa membaca info itu. Mulutnya hampir berteriak histeris jika tak sadar sedang berada di dekat Pangeran. Jiwa fangrilnya keluar begitu saja, itu yang ia impikan sejak dulu.

"Gimana, lo mau?" tanya Pangeran berharap. "Sebagai prmintaan maaf gue,"

Vanessa menipiskan bibirnya. Ia bimbang, sebenarnya masih memendam kecewa pada Pangeran. Tapi itu sangat begitu menggiurkan, "gue gak bisa." akhirnya kalimat itu yang keluar.

Pangeran menatap Vanessa tak percaya. Gadis itu menolak?

"Serius?"

"Gue belum maafin lo. Jangan lo fikir mentang-mentang gue fangirl bisa lo sogok hal semacam itu buat maafin lo, mimpi." kata Vanessa menusuk.

Tatapan Pangeran meneduh. Menatap Vanessa melas, "apa gue perlu jedotin kepala buat lo maafin gue?" tanya Pangeran mulai putus asa.

Vanessa mengedikkan bahu tak peduli. Berjalan meninggalkan Pangeran yang mulai menepati ucapannya barusan.

DUG

DUG

DUG

DUG

"Gue lakuin apapun asal lo maafin gue, Ness."

DUG

DUG

DUG

Pangeran berulang kali membenturkan kepalanya ke tembok dengan keras agar Vanessa dapat mendengar bahwa ucapannya sungguh-sungguh.

Sedangkan di dalam kamar Vanessa memejamkan matanya tak tahan mendengar suara itu. Membayangkan saja sudah membuatnya meringis.

DUG

DUG

DUG










BRAKKK

Vanessa membanting pintu kamar keras. Melihat Pangeran yang masih membenturkan kepalanya membuatnya meradang. "GILA YA LO?!" teriak Vanessa marah.

"Gue gak bakal berhenti sampe lo maafin gue,"

"Terserah," Vanessa hampir membalikkan tubuhnya jika suara itu tak terdengar kembali. Namun lagi-lagi Pangeran melakukan hal sama membuat Vanessa menghampiri cowok itu dan menarik kasar tubuh jakung itu agar menjauh dari tembok.

Pangeran hendak kembali mendekat sebelum teriakan nyaring mengurungkan niatnya. "OKE! GUE MAAFIN, PUAS LO?!"

Tanpa sadar Pangeran tersenyum sumringah, menarik Vanessa untuk di peluk namun dengan cepat cewek itu melepaskannya. "Gak usah kesenengan dulu lo. Gue belum sepenuhnya maafin lo," kata Vanessa langsung pergi meninggalkan Pangeran sendiri yang tetap tersenyum.

"Gak papa, yang penting lo maafin gue."









________BatasSuci_______


AYOKK SUARANYA MANA GESSSS.

Semalem mau update tapi tiba-tiba aku galau hiksss.

Kedepannya LWF mau yang gimana?

Vote dan komen kalian kayak biasa aja ya. Kalau ada kata yang terulang atau typo bertebaran komen aja biar aku revisi, kapan-kapan.


With love♡
Rara untuk readers.

Living With FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang