"Baju gue mana kerdil?!"
Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan.
Setelah menyiapkan asal baju untuk kuliah Pangeran, Vanessa kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakannya.
"Nessa! Gue mau baju warna hitam, ngapain lo kasih gue kemeja kuning kayak tahi?!" teriak Pangeran lagi dalam kamar, membuang baju itu asal.
Dengan emosi tertahan, Vanessa memasuki kembali kamar Pangeran dengan wajannya yang setia ia bawa karena gagal memasak karena Pangeran terus memanggil dirinya.
Prangg
Vanessa melempar wajan ke lantai. Lalu membuka pintu lemari Pangeran dengan kasar, mencari baju warna hitam yang cowok itu mau.
Cewek itu jadi kesal sendiri dengan tingkah Pangeran. Kemarin 'kan peraturannya hanya bersih-bersih apartemen, tapi kenapa beralih jadi profesi layaknya babu yang melayani tuan rumah? Suka seenak jidatnya sendiri emang!
"Lo kalo gak ikhlas gak usah gitu! Mau lo gue bakar semua album lo itu?!" omel Pangeran.
"Gak usah ngancem bisanya! Gue bukan babu lo! Lagian lo juga dari tadi udah berisik, ngapain nyalahin gue! Punya kaca 'kan di kamar lo?!" balas Vanessa melototkan matanya galak.
Pangeran memutar malas bola matanya, "ini nih kebiasaan istri. Suami baru ngomong sepatah kata istrinya kalo nyaut udah kek rel kereta api."
"Kenapa? Gak suka? Gak terima? Masalah buat lo?!" sengit Vanessa.
"Iyalah! Jadi istri yang baik! Mana ada istri macem lo gitu?! Pecinta cowok cantik, bar-bar, kerdil, napas, hidup lagi!"
"Mulut lo minta di tabok ya?!" gertak Vanessa.
"Tabok aja kalo berani! Abis itu gue cium juga lo, mampus!"
Vanessa menjulingkan matanya tidak peduli, lalu melengos pergi. Mengabaikan Pangeran.
"Mau kemana lo?!" teriak Pangeran melihat Vanessa yang hendak keluar dari kamarnya.
"Mati!"
"Gue belum mau duda! Balik kesini ga----,"
"DIEM ATAU GUE LEMPAR JUGA LO DARI APARTEMEN!" tukas Vanessa cepat, berbalik, mengangkat sutil ke udara.
Pangeran mengangkat tangannya di depan dada, nyengir. "Ampun, enggak lagi."
Vanessa berbalik lagi. Kini ia kembali ke dapur dan sibuk di sana sendiri, menyiapkan bumbu nasi goreng biasa.
Setelah berkutik dengan dapur selama 20 menit akhirnya nasi goreng yang ia buat telah siap untuk di santap. Vanessa menata makanan itu dalam piring lalu menghidangkannya di meja serta tak lupa susu coklat untuk mereka berdua.
Saat Vanessa hendak duduk, Pangeran berseru, "gak boleh makan kalo gue belum selesai makan!"
"Kok lo gitu sih! Ini bukan acara suara hati istri, ya!" kesal Vanessa.
"Gue yang punya apartemen, suka-suka gue dong!"
"Gue bisa telat! Lo bisa mikir gak sih?!" hardik Vanessa.
"Bodo," sahutnya acuh.
Pangeran lalu menyendokan sesuap nasi goreng ke mulutnya. Ia mengunyah perlahan lalu melepeh semua yang ada di mulut saat merasakan ada yang aneh.
"Bumbu apa aja yang lo masukin?" tanya Pangeran, menjauhkan piring itu.
"Bawang merah, bawang putih, lengku---,"
"Lo mau bikin gue mati, hah?!" pekik Pangeran, meminum susunya hingga tandas.
"Tutup ya mulut lo itu!" tampik Vanessa melototkan matanya.
Pangeran menatap sinis Vanessa yang menampilkan wajah tanpa bersalahnya, kemudian menghina sebelum keluar dari apartemen. "Cewek gak bisa masak ya cuma lo! Mana ada nasi goreng di kasih lengkuas?!"
"Besok-besok gak usah minta makan ke gue! Ogah lagi gue masakin lo simpanse!" teriak Vanessa pada Pangeran yang telah keluar.
Vanessa mengelus dadanya dan menghela napasnya sabar menghadap tingkah Pangeran. Ia membuang nasi goreng itu ke tempat sampah lalu netranya tak sengaja melihat jarum panjang menujukan pukul tujuh lewat.
Vanessa mengumpat lantas menyambar tasnya di kursi. Berlari keluar dari apartemen menuju sekolah.
-ooOoo-
Vanessa berdiri di lapangan dengan kaki satu yang di angkat dan kedua tangan yang menjewer telinganya sendiri. Ia mengumpat saat melihat Rega, Ketua Osis itu tengah mengawasinya dari bawah pohon rindang.
Cewek itu mengusap pelipisnya yang mulai di banjiri keringat. Matahari semakin naik membuat Vanessa mengumpati Pangeran berkali-kali. Sebab Pangeran 'lah yang membuat ia harus mendapatkan hukuman seperti ini.
"Panas banget sih!" keluh Vanessa, mengelap keringatnya.
Vanessa menoleh kearah pohon rindang, dimana Rega berdiri mengawasinya. Cewek itu mendesah lega saat tak melihat cowok itu, kemudian menurunkan tangan serta kakinya hendak kabur.
"Mau kemana lo?"
Vanessa seketika merinding saat napas seseorang terasa di telinganya. Ia menoleh ke belakang lalu menyengir, menampilkan giginya yang rapi dan putih saat melihat Rega yang berkacak pinggang.
"Eh, ketos. Kok bisa di sini?" tanya Vanessa basa-basi, nyengir.
"Gue tanya, mau kemana lo?" tanyanya kembali.
"Mau nepi. Panas banget Reg," Vanessa memelas, berharap Rega bersimpati.
Rega menggeleng. "Hukuman lo belum selesai. Masih ada 15 menit lagi buat lo istirahat."
"Rega lo ganteng banget. Emang lo gak kasian liat gue kebakar panas matahari? Kali ini aja, please," mohon Vanessa, menyatukan kedua tangannya di depan dada.
"Gak."
Vanessa mengubah rautnya yang memelas menjadi datar. Cewek itu mendorong kasar Rega hingga mundur beberapa langkah tak lupa mengumpati Rega, "cowok jelek! Galak! Gak berperikemanusiaan! Ketos songong!"
Rega menggelengkan kepalanya. Ia berjalan meninggalkan Vanessa yang kembali menjalankan hukumannya.
Cowok itu duduk di bawah pohon sambil mengamati raut wajah kesal Vanessa dan mulutnya yang tak berhenti berkomat-kamit.
"Kaki lo di angkat!" teriak Rega kepada Vanessa.
Vanessa mendengus, mengacungkan jari tengahnya kepada Rega yang di balas kekehan cowok itu.
"Pangeran sialan. Gara-gara dia gue kena hukuman. Bangke bener tuh cowok. Awas lo! Gue bales nanti, liat aja!" desis Vanessa penuh dendam.
Di lain tempat. Pangeran tengah berbincang dengan teman sekampusnya. Mereka tertawa receh karena lelucon salah satu temannya.
Tiba-tiba Pangeran mengusap telinganya yang panas. Gerak-gerik Pangeran tak luput dari pengelihatan teman-temannya.
"Kenapa lo?" tanya Zaky.
"Telinga gue panas. Kayaknya ada yang gibahin gue deh," jawab Pangeran, masih mengusap telinganya.
"Gue rasa lo bukan di gibahin. Tapi, lagi ada yang ngumpati lo. Kebanyakan dosa sih!" timpal Fikri, tertawa renyah. HAHAHA.
"Sialan," umpat Pangeran melempar kulit kuaci ke wajah Fikri.
________BatasSuci________
Sudah saya revisi. Maaf kalau ada kesalahan. Namanya manusia yang gak pernah luput dari dosa, maklum heheh.
With love♡
Rara istri sah satu-satunya Watanabe Haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Teen Fiction"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...