Memandangi club adalah hal yang Vanessa lakukan saat ini. Ragu adalah perasaan yang ia rasakan. Cewek itu jadi pengen pulang pas liat keadaan club dari luar, nyalinya ciut liat orang pake baju super seksi, meskipun dia juga kalo sekolah pake seragam ketat tapi, tidak seterbuka itu. Vanessa yakin kalo dia masuk bakal liat lebih dari ini.
Memantapkan hati dan pikiran, Vanessa mulai melangkah kecil memasuki club. Berkali-kali ia terhuyung karena harus berdesak-desakan dengan orang lain di dalam. Saking ramenya ngalahin tempat ibadah yang sepi.
Mengedarkan pandangan cewek itu mulai mencari sosok Pangeran dan temannya hingga netranya melihat sosok itu di meja bar ujung.
Vanessa mulai berjalan cepat mendekati Pangeran sampai badannya di tabrak seseorang hingga tubuhnya limbung dan hampir jatuh kalau saja tidak ada yang menahan pinggangnya.
Cewek itu mendongak, menatap sosok cowok bertubuh jangkung dengan rahang tegas dan tatapan tajamnya, yang melindungi dia dari lautan manusia mabuk. "Rega?" gumam Vanessa.
Kalau Rega tidak menyebalkan, Vanessa akan menganggap momen ini seperti salah satu adegan romantis di Drama Koreanya.
"Lo berat," Vanessa mengerjap lalu tersadar, kembali menegakkan tubuhnya.
"Ketua Osis kok main ke tempat gak bener gini. Gak mencerminkan banget anak osis." Bukannya berterimakasih, Vanessa jadi mencibir membuat Rega mendengus.
"Ini bukan di sekolah," ketus Rega, berlalu dari hadapan cewek itu.
Vanessa menoleh ke belakang, mengikuti punggung tegap itu yang hilang dari pandangnya, " yaudah sih, terserah gue." katanya pada diri sendiri lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
"Kak Zaky,"
Zaky menoleh. Ternyata Vanessa sudah sampai, dia pikir cewek itu tidak akan datang ke sini.
"Bawa Pangeran pulang. Anaknya udah mabuk," kata Zaky membantu Vanessa merangkul Pangeran keluar dari club.
Mereka berdua harus kembali berdesak-desakan apalagi di tambah Pangeran yang meracau dan sesekali ingin mencoba melepas diri karena tidak mau di bantu berjalan.
"Gue gak lumpuh...." gumam Pangeran melepas diri dan berjalan sendiri dengan sempoyongan hingga akhirnya tersungkur ke depan.
"Kan! Lo tuh emang gak lumpuh tapi, mabuk tau gak!" omel Vanessa, menampar bokong Pangeran pelan sebelum meraih lengan Pangeran untuk berdiri.
"Kak Zaky bantuin dong, berat nih!" keluh Vanessa kesusahan.
"Padahal biarin aja, anaknya juga gak mau di bantuin." kekeh Zaky kembali merangkul temannya, membawa cowok itu ke dalam mobil Vanessa.
"Kak Zaky masih mau di sini?" tanya Vanessa usai mendudukkan Pangeran ke mobil.
"Iya. Mobil Pangeran nanti biar orang suruhan gue anter balik ke apartemen kalian. Gue masuk dulu ya, hati-hati." pamit Zaky.
Vanessa menutup kaca jendelanya kembali. Ia menyalakan mesin mobil dan meninggalkan tempat itu menuju apartemen.
Selama perjalanan juga Pangeran terus meracau, membuat suasana hening dalam mobil terpecah.
"Gue tuh belum mau nikah. Tapi kenapa sekalinya nikah malah sama cewek kpopers gila...." racau Pangeran.
Vanessa yang tidak terima langsung menggertak, "heh! Lo pikir gue mau nikah sama cowok kek lo?"
Vanessa jadi tau, meskipun mabuk Pangeran teteplah Pangeran yang menyebalkan.
"Ihh....apasih teriak-teriak. Berisik tau..." Pangeran mencibikkan bibirnya kesal yang tanpa sengaja membuat Vanessa terbahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Jugendliteratur"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...