Vanessa baru saja keluar dari taksi setelah ia membayar ongkosnya. Ia masuk ke dalam lift, namun kali ini ia menekan tombol angka 12 yang artinya itu bukan berada di lantai apartemennya berada, melainkan ia akan menuju rooftop.
Suara lift berhenti berdenting, menandakan pintu lift akan terbuka. Vanessa segera keluar dari lift, ia berlari menuju pembatas rooftop.
Karena merasa kurang puas ia memilih berdiri di atas pembatas rooftop dengan tangan yang di rentangkan. Sesaat Vanessa melihat ke bawah, namun ia menggelengkan kepalanya dan kembali memandang kota malam.
Cewek itu kemudian beralih memejamkan matanya. Menikmati dinginnya angin malam yang berhembus. Kebiasaannya dulu saat belum menikah dengan Pangeran adalah seperti ini. Berlari ke pembatas rooftop dan berdiri di sana sambil merentangkan tangannya.
"Udah lama banget rasanya gue gak kayak gini lagi dan rasanya masih sama kayak dulu, " gumamnya pada diri sendiri.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Vanessa membuka kembali matanya dan mengambil ponselnya yang berada di saku baju seragam sekolah.
Ia membaca isi pesan tersebut lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku setelah mengirim pesan singkat.
Vanessa kembali memejamkan matanya dan merentangkan kedua tangannya kembali.
"AAAAAAAAAA!" teriaknya pada angin malam dan kota yang padat.
-ooOoo-
Pangeran berdiri di depan pintu apartemen. Ia memasukkan beberapa digit angka hingga pintu terbuka.
Cowok itu mengernyit saat keadaan apartemen begitu gelap. Ia berjalan ke arah saklar, menyalakan lampu hingga seluruh ruangan terang dalam kedipan mata.
Pangeran berjalan menelusuri ruangan sembari memanggil nama Vanessa. Ia melirik ke arah jam yang menujukan pukul 18.00 malam, yang artinya cewek itu sudah pulang sejak empat jam yang lalu. Tapi, kemana Vanessa pergi?
Ia mulai berpikir yang tidak-tidak setelah mengecek semua ruangan. Pangeran merogoh sakunya, mencari benda pipih yang tersimpan. Kenapa ia tidak kepikiran dari tadi untuk menghubungi Vanessa saja, pikirnya.
Kerdil budak kpopers.
|Heh kerdil, dimana lo? Pulang sekolah malah keluyuran, lupa jalan pulang lo?Tidak menunggu lama Vanessa telah membaca pesannya. Bahkan gadis itu menandakan tengah mengetik, membalas pesannya tersebut.
Bunyi khas notifikasi pesan masuk. Pangeran segara membaca isi pesan itu.
Kerdil budak kpopers
|Rooftop.Melihat isi pesan tersebut membuatnya berpikiran negatif. Tidak... tidak, Vanessa tidak mungkin ingin melakukan seperti apa yang ada di pikirannya. Pangeran tentu tidak ingin menduda semuda ini.
Baiklah. Ia harus berpikiran positif, bisa saja cewek itu suka dengan pemandangan kota dari rooftop. Betul'kan?
TAPI MEMANG PADA DASARNYA OTAKNYA NEGATIF MULU! JADI GAK BISA MIKIR POSITIF!
Pangeran segara keluar dari apartemen menuju rooftop. Jalannya di percepat agar segera sampai. Ia jelas sangat memikirkan cewek itu, jangan sampai dia bunuh diri gara-gara tingkah menyebalkanya selama ini.
Sesampainya di atas rooftop, dirinya berhenti di ambang pintu dengan mata membola besar saat melihat seorang cewek berdiri di atas pembatas.
Ia segera berlari dan menyambar tangan Vanessa cepat. Cewek itu terkejut bukan main, badannya berbalik dan jatuh di atas tubuh seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Novela Juvenil"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...