LWF| MENGUNGKAP

357 68 20
                                    

Sehabis sarapan pagi tadi, perut Vanessa  terus merasa mual. Berkali-kali gadis keluar masuk kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

Gadis itu bersandar di pintu kamar mandi, badannya merasa lemas setelah tenaganya terkuras habis di dalam kamar mandi.

Wajahnya pucat dengan mata sayunya tengah mencari keberadaan Pangeran yang tidak di dalam kamar.

Ia berjalan pelan keluar kamar untuk mencari Pangeran, meminta laki-laki itu agar mengantarkannya ke rumah sakit.

Tak mendapati Pangeran di dapur Vanessa memilih mencari di ruang tv. Sesampainya di ruang tv ia dapat melihat televisi yang menyala dan Pangeran yang duduk anteng malah bermain dengan ponselnya.

Vanessa menghampiri Pangeran. Ia duduk di sebelah laki-laki itu, punggungnya bersandar pada sandaran sofa dengan tangan yang memegang perutnya yang kembali bergejolak lagi.

Pangeran yang sadar akan kehadiran seseorang di sampingnya menoleh. Mendapati Vanessa dengan wajah pucat ia langsung menaruh handphonenya dan menangkup wajah mungil itu.

"Lo sakit, Ness? Apanya yang sakit, bilang sama gue." nadanya tersirat rasa khawatir. Padahal tadi pagi sepertinya Vanessa masih baik-baik saja.

"Perut gue gak enak banget. Pengen mual terus," adu Vanessa. Kepalanya bahkan dengan perlahan di tarik Pangeran agar bersandar pada dada bidangnya.

Perlahan tangan Pangeran menyentuh perut Vanessa dari luar baju. Ia mengusap-usap pelan agar mengurangi apa yang di rasakan oleh Vanessa. Awalnya memang terasa kikuk, namun perlahan-lahan ia merasa biasa.

"Gak enak banget," keluh Vanessa lagi.

Pangeran yang mengerti menyandarkan kembali tubuh Vanessa di sofa. "Gue ganti baju dulu." kata Pangeran kemudian beranjak menuju kamar.

Gadis itu di tempatnya memejamkan mata saat merasakan ingin mual namun di tahannya. Kakinya sudah tidak kuat menopang tubuhnya untuk bergerak ke kamar mandi.

Ting!

Bunyi notifikasi itu membuat Vanessa membuka matanya. Ia melihat handphone Pangeran yang tergeletak di atas meja. Vanessa meraih handphone itu, rasa penasarannya membuat gadis itu ingin mengecek isi handphone Pangeran.

Memberanikan diri, sebelum membukanya ia menoleh ke belakang untuk memastikan Pangeran tak melihatnya sedang mengecek benda pipih miliknya itu.

Saat menghidupkan layar ternyata ponsel itu di kunci. Namun notifikasi pesan barusan terpampang jelas di layar kunci.

Isi pesannya bahkan membuat Vanessa bertanya-tanya, siapakah gerangan yang mengirim pesan?

Mendengar suara pintu yang terbuka dan derap langkah yang mendekat mengejutkan Vanessa. Dengan cepat ia mengembalikan benda pipih milik Pangeran pada tempatnya  semula sebelum laki-laki itu melihat ia memegang ponselnya.

"Ayo kita periksa ke dokter," ujar Pangeran membantu Vanessa berdiri dan tak lupa ia meraih handphonenya di meja.





-ooOoo-






Pangeran turun dari mobilnya, ia berlari kecil mengitari mobil membukakan pintu untuk Vanessa.

Vanessa keluar dari mobil dengan di papah Pangeran. Mereka berjalan pelan di lorong rumah sakit ini.

Setelah mengambil nomor antrian keduanya duduk di ruang tunggu.

Living With FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang