Vanesaa tidak bisa menafsirkan keadaan hatinya saat ini. Ia masih mencoba menganggap semua ini adalah mimpi. Tapi sialnya ia di sadarkan bahwa semua ini bukanlah mimpi belaka.
Gara-gara baca novel ia jadi meminta nikah secepat ini. Andai malam itu ia tidak membaca novel nikah muda, pasti saat ini dirinya tengah rebahan di kamar sambil nonton drakor kesayangannya.
Menyesal? Pasti, tapi ini juga salahnya sendiri. Siapa suruh otaknya tiba-tiba terbesit ide gila.
"Mami," Vanessa mendekat ke arah Aletta dengan pakaian santai.
Acara pernikahan mereka telah selesai jam 18.00. Sedangkan saat ini telah menunjukan pukul 20.43.
Aletta tersenyum, menarik Vanessa ke dalam pelukannya. Memberi pelukan pada gadis yang telah ia kandung selama sembilan bulan dan ia lahirkan di dunia ini.
"Nessa gak mau jauh dari Mami," isak Vanessa.
"Mami juga gak mau, sayang. Tapi sekarang kamu udah punya suami. Jadi, kamu harus ikut Pangeran ke mana dia pergi."
Vanessa tidak ingin meninggalkan rumah yang telah memberikan banyak kenangan serta kasih sayang yang berlimpah. Ia ingin tetap di sini, berkumpul bersama keluarganya, menghabiskan waktu bersama mereka.
"Jangan lupa pulang ke rumah kalo inget," ketus Gara.
Vanessa melepaskan pelukan Aletta. Kemudian berseru saat Gara mulai menjauh, "Abang!"
Gadis itu berlari memeluk Gara dari belakang. Ia menenggelamkan wajahnya pada punggung Gara, terisak. "Bang Gara jangan marah," pintanya masih terisak.
Gara menghela napas. Ia berbalik, memeluk Vanessa dengan erat. "Abang gak marah sama kamu. Abang kesel aja sama kamu, bisa-bisanya nikah duluan. Kalo kamu nikah nanti siapa yang bakal Abang jemput lagi ke sekolah? Siapa yang bakal malakin duit Aba---,"
"Nessa bakal main ke sini terus kok. Bakal malakin Abang terus, kalo Nessa gak malak Abang, Nessa dapet duit dari mana buat beli Album?" Tukasnya dengan cengiran khas.
Gara menonyor kepala Vanessa, "album terus otak lo!"
Vanessa memberengut. Ia mengusap dahinya yang di tonyor Gara. "Udah sana pergi. Pangeran udah lumutan nungguin lo kebanyakan drama," usir Gara membuat Vanessa berdecak.
"Yaudah, Abang jangan kangen sama Nessa. Kasian nanti bulu mata Nessa rontok."
Gara hanya mendengus mendengar mitos itu, yang katanya bulu mata akan rontok kalau ada seseorang yang merindukan kita.
"Nessa pergi dulu, ya," pamitnya langsung memeluk Aletta, Damian, Deok dan Diana secara bergantian.
Gadis itu melambaikan tangan pada keluarganya dari kaca mobil yang sengaja ia buka. "Dadahh Papi, Mami, Ayah, Bunda!" Serunya dari dalam mobil.
"Jagain adek gue. Sampe lo bikin nangis, gue tonjok lo!" Pesan Gara yang di angguki serta di ancungi jempol oleh Pangeran.
Mobil itu melesat, bergabung dengan kendaraan lain yang memiliki tujuan masing-masing. Meninggalkan kediaman Damian.
-ooOoo-
"Ini apart hadiah dari Ayah buat kita berdua," kata Pangeran memberi tahu bahwa pintu di depan ini adalah tempat tinggal baru mereka.
"Udah tahu," balas Vanessa memutar malas bola matanya hiperbola.
Pangeran menekan beberapa digit angka. Pintu apart terbuka, mereka memasuki ruangan pertama yang lumayan luas untuk di tinggali berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Teen Fiction"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...