Pangeran menghentikan langkahnya saat berdiri di ambang pintu apartemen. Ia menghadap Vanessa dan memberikan barang belanjaan pada cewek itu. "Lo masuk dulu, gue mau pergi bentar." pamitnya lalu berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Vanessa, menatap punggung tegap cowok itu yang semakin menjauh.
Setelah sampai di parkiran Pangeran langsung masuk ke dalam mobilnya, menyalakan mesin dan membelah jalanan Jakarta yang padat.
30 menit Pangeran mengendarai mobilnya hingga kini ia berdiri di depan rumah sederhana bercat abu-abu. Cowok itu tanpa ragu melangkah, membuka pintu dan langsung duduk di sofa.
Kehadiran gadis yang menggunakan pakaian rumahan itu menarik perhatiannya. Ia menegakkan badan setelah sebelumnya menyandarkan tubuhnya di punggung sofa.
"Ngapain tadi ke pusat pembelanjaan?" tanyanya to the point setelah gadis itu duduk.
"Beli susu ibu hamil,"
"Logan?"
Kepala Disya mendongak, menatap wajah Pangeran. "Dia bilang lagi keluar kota sama keluarganya. Ada urusan penting katanya," ucapnya jujur.
Pangeran menghela napas, ia mengelus pelan pucak kepala Disya. "Mending lo sama Logan.... putus."
Mata teduh Disya menatap lama Pangeran kemudian menggeleng, "gue gak mungkin putus sama Logan." katanya membuat wajah Pangeran berubah drastis.
"Kenapa? Lo takut? Masih ada gue dan orang-orang di sekitar lo yang bakal bantu lo rawat dia, Dis."
Kepala Disya sontak menggeleng, mengelus perutnya yang mulai sedikit terlihat menonjol. "Gimana'pun Logan itu ayah dari anak yang gue kandung. Kita juga saling mencintai dan Logan janji akan nikahin gue secepatnya."
Pangeran mengatupkan bibirnya, menatap Disya marah dan kaget karena sebelumnya gadis di depannya ini tak pernah memberi tahu apapun mengenai hal ini.
"Lo lupa? Logan itu brengsek!" bentak Pangeran tanpa sadar.
"Lo salah kalo ngira Logan itu brengsek!" bantah Disya menyentak.
"Kalo dia gak brengsek lo gak bakal di rusak sama dia sampe hamil gini," Pangeran menunjuk perut Disya yang langsung di tepis gadis itu kasar.
"Udah gue bilang'kan? Kita melakukan karena saling cinta! Yang pantas di sebut brengsek itu lo!" murka Disya. Menatap wajah Pangeran dengan sorot tajam. Disya sangat sensitif setiap kali Pangeran menyebut Logan brengsek, tidak sadarkah laki-laki itu jika di masa lalu dirinya lebih brengsek?
Pangeran mengepalkan tangannya dengan rahang yang mengatup. Kata-kata di kerongkongan yang ia rangkai hendak keluar harus kembali tertelan lagi.
"Mending lo pulang. Gue mau sendiri dan jangan temuin gue untuk beberapa hari kedepan," katanya dingin langsung beranjak memasuki kamarnya, menghiraukan Pangeran yang entah mau pulang atau tidak.
Cowok itu ingin menyusul Disya, namun suara kunci di putar membuatnya mengurungkan niat. Yang akhirnya Pangeran memilih pulang dengan langkah berat.
Sesampainya Pangeran di dalam mobil ia langsung memukul stir, melampiaskan kekesalannya. "Sial," umpatnya lalu memijat pangkal hidungnya, kemudian melajukan mobilnya pulang.
Tak jauh dari mobil Pangeran ada seseorang yang bersembunyi dan memfotonya ketika keluar rumah. "Dapet lo, Pangeran." gumamnya menatap layar handphonenya.
-ooOoo-
Vanessa turun dari motor Rega setelah sampai di apartemennya. Tadi dia harus kembali ke pusat pembelanjaan karena ada barang yang lupa di beli dan ketika pulang ada seseorang yang menyerempet dirinya lalu kabur begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Teen Fiction"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...