"Lo serius?" pertanyaan itu keluar dari bibir Dira begitu saja saat Vanessa telah selesai menceritakan hal yang terjadi kemarin sore.
Selama bercerita Dira juga begitu fokus mendengarkan. Sedikit merasa aneh tiba-tiba Pangeran mengungkapkan perasaannya pada sahabatnya. Padahal dulu Vanessa pernah juga bercerita jika laki-laki itu tidak menyukai perempuan kpopers. Tapi, perihal masalah hati tidak ada yang tau.
"Gue serius," Vanessa menganggukan kepalanya pelan. "Gue gak tau yang duluan suka itu gue atau dia."
Dira menatap bingung gadis di depannya. "Maksud lo.... lo juga ada perasaan sama dia?"
Vanessa mengedikkan bahunya. "Gue bingung. Tapi gue selalu merasa nyaman setiap di dekat dia walaupun kadang ada aja tingkahnya yang bikin gue kesel setengah mati," cewek itu juga merasa bingung pada dirinya sendiri atau lebih tepatnya pada hatinya sendiri. Karena jujur saja, ia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya.
Selama hidup 18 tahun Vanessa juga belum pernah merasakan yang namanya pacaran, wajar jika merasa bingung pada perasaannya sendiri. Bukan karena ia tidak laku, bahkan sudah banyak laki-laki yang menyatakan perasaannya sejak masih duduk di bangku SMP namun, cewek itu selalu menolak mentah-mentah dengan jawaban. "Aku cewek kpopers. Pacaran sama aku harus bisa ngundang idolku ke rumah. Gimana, sanggup?"
Hasilnya setiap cowok yang menyatakan perasaannya lebih baik mundur. Mana mungkin mereka bisa menuruti kemauan cewek itu? Yang benar saja, gila!
"Jadi sekarang kalian bener pacaran setelah nikah?" tanya Dira melirik kecil Vanessa karena ia juga sambil memakan bakso.
"Hm," Vanessa bergumam. Menyedot es teh manisnya karena merasa pedas.
Sedetik kemudian tiba-tiba Rega duduk di hadapan Vanessa membuat cewek itu memandang Rega heran. Sedangkan Dira tampak tidak begitu memperhatikan kehadiran ketua osis itu yang sebentar lagi akan melepaskan jabatannya.
Sadar karena di perhatikan Rega mengangkat kepalanya, memandang Vanessa dengan sebelah alis yang terangkat, "kenapa lo?"
Vanessa menggeleng, "kenapa?" tanyanya balik.
"Ngeliatin gue segituhnya," kata Rega kemudian menunduk memakan suapan nasi pertamanya.
"Wanti-wanti lo kalau bakal hukum gue lagi buat bersihin toilet gara-gara pake seragam ketat," Vanessa memandang cowok di hadapannya yang begitu lahap saat makan. "Lo laper atau rakus?" cibir Vanessa tak tahan untuk menyeletuk.
Rega kembali mengangkat kepalanya. Melihat seragam Vanessa yang kembali ketat, "males. Lagian bentar lagi gue lepas jabatan." katanya kemudian kembali berkata. "Gue laper habis selesai ngurus acara buat pelantikan ketua osis baru sama pelepasan jabatan gue."
Setelah itu terjadi keheningan. Vanessa tak kembali menjawab ataupun merespon ucapan Rega barusan. Ketiganya tampak sibuk dengan makanannya masing-masing karena saat ini adalah jam pertama istirahat.
"Kaki lo udah baikan?" Rega tiba-tiba bertanya pasal kejadian kemarin.
Dira yang tadinya fokus makan jadi menegakkan tubuh, memandang Vanessa dengan tubuh menyamping, "kaki lo emang kenapa?" tanya Dira memperhatikan kaki Vanessa yang di bawah meja.
Vanessa menoleh, ikut memandang kakinya sendiri. "Kemarin keserempet motor pas balik." jelasnya membuat Dira menabok lengan Vanessa dan menatap cewek itu khawatir.
"Lo tuh harus hati-hati!" omelnya gemas pada cewek itu. "Mana kakinya yang di serempet," katanya menunduk. Handak memeriksa kaki Vanessa namun langsung di jauhkan oleh empunya.
"Gue udah gak papa. Udah di obatin sama juga Pangeran, makanya bisa sekolah sekarang."
Dira menghela napas lega. "Lain kali hati-hati kalau jalan," nasihatnya pada Vanessa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Roman pour Adolescents"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...