"Bang Gara di mana, sih?! Lama banget jemputnya! Nessa udah di depan gerbang dari tadi nih!"
"Kamu pulang naik gojek dulu ya, Ness. Abang masih ada kerjaan di kampus,"
Vanessa berdecak pada sambungan telepon itu. "Serah lo!" Jawabnya ketus lalu mematikan sambungan telepon dengan kesal.
Jemarinya mulai beralih membuka aplikasi ojek online. Saat ia hendak memesan gojek, sebuah mobil hitam berhenti di hadapannya, mengalihkan perhatiannya dari ponsel. Kaca mobil itu terbuka, memperlihatkan siapa pengemudi mobil itu.
Lagi-lagi Vanessa di buat berdecak melihat pengemudinya yang tak lain adalah Pangeran. Kenapa harus ada Pangeran? Ia sedang malas berdebat apalagi melihat wajah itu.
"Ngapain lo kesini? Ini SMA bukan Universitas."
"Anak kecil juga tau ini SMA," ujarnya malas sambil memutar malas bola matanya. "Cepet masuk." Titah Pangeran menggerakkan dagunya pada kursi penumpang di sebelahnya.
"Masuk mobil lo?" Tanya Vanessa yang di angguki Pangeran.
"Ogah!" Tolaknya mentah-mentah lalu pergi dari hadapan Pangeran.
Vanessa berjalan di sepanjang trotoar dengan Pangeran yang mengikutinya dari belakang, berharap taksi segera lewat. Klakson mobil di belakangnya berbunyi membuatnya sedikit berjinggit. Ia menatap mobil itu kesal lalu menendang badan mobil yang kembali berhenti di sampingnya.
Mobil itu berhenti, sedangkan Pangeran langsung keluar dari mobil. Dengan tergesa-gesa ia melihat mobilnya yang habis di tendang Vanessa, berharap tidak ada satupun goresan pada mobil itu. Pangeran membuang napasnya lega setelah tidak terdapat goresan lecet.
Ia menatap Vanessa sebelum menarik lengan gadis itu dan memaksanya duduk di dalam mobil. Setelah Vanessa duduk, Pangeran buru-buru memutari mobil untuk duduk di kursi pegemudi.
"Apa-apaan sih lo?! Kalo gue gak mau ya gak usah maksa dong!" Bentak Vanessa saat Pangeran masuk mobil.
Pangeran tak menanggapi bentakkan Vannesa. "Mau pasang sealbeat sendiri atau gue pasangin?"
"Gue mau keluar!" Saat dirinya hendak membuka pintu mobil kembali, suara pukulan setir mobil dan bentakkan Pangeran menghentikan pergerakannya.
"Lo bisa gak sih sekali aja nurut?! Gue juga gak mau jemput lo kalo bukan karena Bunda dan Mami lo! Gue capek, Ness! Lo jadi orang jangan keras kepala! Lo pikir cuma lo yang muak setiap ketemu gue?! Gue juga muak!"
Wajah Pangeran memerah. Ia menatap Vanessa dengan napas memburu. Sejak tadi ia menahan emosinya melihat Vanessa membangkang, namun gadis itu memancing emosinya yang ia pendam dalam-dalam.
Ia kesal, capek. Sebelum menjemput Vanessa ia sedang mengerjakan tugas kuliah yang di berikan dadakan oleh dosennya. Dan tiba-tiba Bundanya menelepon, menyuruh dirinya menjemput gadis itu dan tanpa bisa menolak karena sekonyong-konyong telepon di matikan.
Vanessa hanya diam menatap Pangeran tanpa berkedip dan tidak jadi keluar.
Pangeran menghembuskan napas panjangnya langsung memasangkan sealbeat milik Vanessa, kemudian melajukan mobilnya menuju tempat yang sudah bunda sherlock lewat pesan singkat.
-ooOoo-
Mobil Pangeran berhenti di depan butik teman Bundanya. Ia hendak membuka pintu sebelum lengannya di tarik Vanessa.
"Ngapain ke sini?"
Pangeran memutar malas bola matanya. Kenapa pertanyaan itu harus keluar dari bibirnya saat gadis itu tau mereka di depan butik? Tentu saja mereka pasti di suruh memilih baju untuk pernikahan mereka. Apa gadis itu lupa kejadian di meja makan malam itu? Atau pura-pura lupa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Fangirl
Teen Fiction"Baju gue mana kerdil?!" Vanessa berlari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan itu sembari membawa wajan kosong ke dalam kamar Pangeran. Ia mencari asal baju Pangeran dalam lemari sampai tanpa sadar cewek itu membuat isi lemari berantakan. Setelah...