ONE

228K 17.8K 53.1K
                                    

Team baru baca or baca ulang?

LUKA || Prolog

Bulan purnama tampak indah terlihat dari bawah hutan. Jejak memeluk Luka di bawah pohon besar yang terlihat menakutkan. Terdapat ranting panjang yang bergelantungan di setiap batangnya. Dedaunan yang terlihat menghitam terkena cahaya bulan.

"Sstt.." Jejak semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Luka. Gadis itu menangis di dalam dekapannya. Setetes air jatuh dari atas langit. Jejak mendongak. Langit menggelap. Awan menghitam. Udara berembus kencang-membuat beberapa daun layu jatuh berguguran menyentuh tanah.

Jejak menunduk saat merasakan tubuh Luka bergetar dalam dekapannya. Ragu, anak itu menyentuh pipi Luka -dingin dan tanpa berkata sepatah kata pun, Jejak melepaskan jaket yang dia kenakan, kemudian memakaikannya di tubuh Luka. Anak laki-laki itu merangkul pundak Luka, membantunya berdiri dan melangkah mengikutinya. Sesekali mendesis saat pergelangan kakinya menggores akar duri.

"Jejak, kita mau kemana?" suara Luka bergetar, kedinginan.

Jejak tidak menjawab. Dia meraih tangan Luka dan menggenggamnya erat. Gadis itu hendak melepaskan genggamannya, tapi Jejak malah balik menggengam tangannya dan menautkan jari-jari tangan keduanya. Kedua anak itu saling menggenggam.

Setelahnya, Jejak dan Luka berjalan menyusuri hutan -mencari jalan keluar. Detik yang sama, hujan turun dengan sangat deras tanpa terduga. Jejak semakin mengeratkan genggamannya -membawa Luka berlari ke arah pohon besar yang setengah terbelah. Kedua anak itu berhenti melangkah, dan Luka menatap tempat itu dengan tatapan kagum berlebihan. Di sana, tepat di balik pohon besar, terdapat lapangan basket dan juga rumah pohon yang tampak gelap dan bercahaya akibat kilatan di pinggir lapangan.

Jejak menuntun Luka berlari ke rumah pohon yang berada tidak jauh dari tempatnya saat itu. Dia membantu Luka untuk menginjakkan kakinya di anak tangga pertama —mulai menaiki tangga, diikuti Jejak di bawahnya. Setelah berada di atas, mereka berdua langsung bersandar di dinding kayu yang berada di dalamnya.

Jejak meraba sesuatu di sampingnya -Fire lamp. Anak laki-laki itu meraih korek yang teronggok di lantai dan menyalakan sumbunya. Ketika api menyala, raut bingung tergambar jelas di wajah Jejak dan Luka. Di depannya, terdapat sebuah kasur berukuran kecil dan juga lampu gantung berkarat. Di sisi lainnya, terdapat dua buah jendela berukuran besar yang menampilkan keindahan hutan dari dalam.

Jejak membantu Luka berdiri, kemudian menarik gadis itu menuju kasur. Mereka berdua duduk bersebelahan di tepian. Luka membuka jaketnya. Sementara Jejak memetik ranting tipis yang terlihat seperti akar kecil yang menempel di dinding.

"Kamu mau buat apa?" Luka penasaran.

Jejak tidak menjawab. Anak laki-laki itu mulai menggulung rantingnya menjadi lingkaran berukuran pergelangan tangan Luka. Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan liontin kecil bertuliskan jejak luka -kemudian mengaitkannya di ujung ranting.

Luka menggigit bibirnya saat Jejak mengambil tangannya dan mulai memasangkan gelang itu di tangan gadisnya.

"Cantik," bisik Jejak. Anak itu menunduk, membuat poninya menjuntai bukan hanya menutupi mata, tetapi juga hidungnya.

Luka menyibak rambut Jejak dan menyentuh keningnya. Gadis itu mengulurkan tangan, membelai pipi Jejak. Kemudian, dengan lembut dan sangat berhati-hati Luka menelusuri bibirnya yang tidak bercela. Bibir Jejak membuka di bawah tangannya, dan Luka bisa merasakan embusan napasnya yang panas di ujung jemarinya.

CACAT LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang