06 - Destruction of my life has begin .

620 80 1
                                    

Thomas terus menangis, aku mencoba menenangkan nya, bahunya gemetar, ia terus terisak. Ayolah ada apa ini?.

"Thomas.. ada apa? berhentilah menangis, jangan buat aku khawatir." lirih ku sembari menepuk bahunya pelan. Aku tak henti-hentinya menatap dia dengan khawatir, takut, dan bingung dengan apa yang baru saja terjadi.

"Aku baru saja mendapat kabar kalau ibu ku meninggal..." tuturnya lalu memelukku erat.

Meninggal?, tidak dia pasti melantur. Tapi sangat tidak masuk akal jika thomas melanturkan hal seperti ini.

"K-kau serius?" tanya ku meyakinkan. Tak ada jawaban darinya, ia tiba-tiba terdiam, kurasakan tubuhnya semakin berat, aku menepuk punggungnya pelan, namun tubuhnya malah ambruk menimpa tubuhku. Berat sekali.

"T-thomas?"

Ia tak sadarkan diri. Aku mencoba mendorong tubuhnya yang ambruk. Pikiranku benar-benar kacau! benakku dipenuhi oleh pertanyaan, benarkah ibu meninggal? tapi mengapa tiba-tiba? aku tahu kematian tidak ada yang tahu, tapi... aku yakin kemarin ibu baik-baik saja!. Aku segera menggeleng cepat, mencoba menghentikan pikiran itu, dan memilih fokus untuk menangani Thomas yang sedang pingsan. Ku tidurkan tubuhnya, ku pastikan tidak ada objek yang menghalangi oksigen masuk.
Aku melepaskan ikat pinggang, sepatu, lalu mengipasi wajah nya pelan.

"Ayolah bangun, mengapa sangat mendadak hah?" monolog ku, aku mencoba menahan air mata ku, tapi entahlah ini sangat sesak, leher ku serasa tercekik.

. ÷ ° ______________ ° ÷ .



15 menit berlalu, akhirnya Thomas siuman dari pingsannya. Ia seperti orang yang kebingungan, pandangan nya kosong menatap lurus ke depan.
sebegitu tertekan kah kehilangan seorang ibu?

"Hey... Thomas, sudah baikan?" tanyaku dengan nada halus, lalu memberinya segelas air putih. Aku duduk disebelahnya, lalu mengelus bahunya pelan.

"Ada apa? coba jelaskan, setelah itu kita pulang ke Chester ya?" tutur ku yang langsung mendapat anggukan kecil dari Thomas. Pandangan nya masih menatap kosong ke depan. Perlahan Thomas melirik kearah ku, ia tersenyum sebentar lalu memelukku, menyeludupkan kepala nya diperut ku. Pun aku mengelus surai hitam milik nya.


"Aku mendapat berita itu dari adik ku, baru saja. Aku kira dia bergurau, ternyata tidak. Saat pukul 8 malam tadi, aku menyuruh anak buah ku untuk mengecek nya, setelah 2 jam menunggu, anak buah ku bilang 'ada bendera hitam yang tertempel didepan rumahku' ." jelasnya panjang lebar dengan wajah yang panik. Aku menghela kasar, mencoba tetap tenang walaupun dada ku terasa sesak. Thomas membalikkan wajahnya dan menatap ke langit-langit.

"Ayo. kita pergi ke Chester, aku ingin melihat wajah ibu sebelum ia benar-benar pergi" ujarku, Thomas mengangguk pelan lalu mengubah posisinya menjadi duduk berhadapan dengan ku. Ia menggenggam tangan ku erat lalu mengecupnya pelan.

"Berjanjilah kau tak akan meninggalkan ku..." ujarnya dengan nada sendu, lagi-lagi netra coklat itu mengeluarkan cairan bening yang membasahi pipi nya.

"Aku berjanji. Sekarang ayo kita pulang." final ku seraya menyeka pelan pipinya yang basah, lalu setelah itu kami bersiap mengemasi barang kami dan hendak meninggalkan hotel.

Saat ini thomas dan aku tengah duduk didalam kereta kuda. Hening. Hanya suara tapal kuda yang mengisi keheningan diantara kami. Kami terhanyut dengan pikiran masing-masing.

Make A Contract With Devil  [ NOREN ]✔ Revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang