40 - in a village .

98 15 0
                                    

Ghea Pov ;


Aku dan keluarga ku tinggal di desa kecil bernama pueblo. desa yang menjadi tanah kelahiran ku, namun warga desa disana sangat tidak ramah, keramahan mereka hanya berlaku bagi orang yang memiliki uang.

kedua orang tua ku pemabuk berat, tak jarang mereka selalu mencaci ku dan kakak laki-laki ku, mereka bilang kami berdua hanya bencana. karena dosis alkohol yang berlebihan, kedua orang tua ku meninggal dunia, saat usia ku 4 tahun.

satu-satunya harta benda yang kami punya adalah rumah kecil yang ku anggap istana paling nyaman, tapi karena orang tua ku terlilit hutang, rumah kami pun di sita. kala itu aku dan kakak ku tinggal di puing-puing dan tidur dengan beralaskan kardus.

di umurku yang menginjak 5 tahun, semua persediaan makanan dan uang kami sudah habis. aku dan kakak sempat tak makan 2 hari, rasanya lemas dan perutku sakit sekali. kakak pernah meminta sepotong roti, namun nihil tak ada yang mau memberi. mau bagaimana lagi?..

aku pernah mendengar cerita dari teman-teman ku, yang katanya jika membuat simbol pentagram menggunakan darah mu, makhluk penolong akan datang membantu. terdengar sangat menakjubkan ditelinga ku.

malamnya, saat kakak ku tertidur, aku mencoba ritual yang teman-teman bicarakan tadi siang. ku gigit ujung jari ku sampai mengeluarkan darah, lalu ku buat simbolnya dan membacakan mantra agar makhluk penolong itu datang.

aku harap semua permintaan ku dikabulkan olehnya. aku ingin hidup bahagia bersama kakaku, aku tak mau di olok-olok warga lagi, aku tak mau di sebut anak tak di inginkan oleh warga lagi.

setelah selesai membacakan mantra, simbol pentagram berwarna hitam mengapung di udara, aku ketakutan dan terkejut, haruskah aku lari?. namun seketika simbolnya hilang begitu saja.

aku menghela nafas lega, kukira aku akan celaka karena melakukan hal konyol ini. karena tak jadi apa-apa, aku memutuskan untuk pergi dan kembali tidur di puing-puing. namun saat hendak pergi, seseorang mencekram tanganku. otomatis, aku melirik kearah nya.

aku sempat ketakutan dan ingin menangis, tapi saat ku berbalik ternyata itu hanya seorang wanita muda bergaun hitam dan berambut pirang panjang.

“maaf... bisa tolong lepaskan..” lirihku, wanita itu menuruti perkataan ku. ia tersenyum tulus kearah ku, senyuman nya sangat manis dan teduh.

“eumm... nona siapa? tersesat?..” tanyaku dengan nada ragu. wanita itu menggeleng pelan, senyuman nya sama sekali tak luntur. ia bersimpuh dihadapan ku, memegang kedua tanganku lalu menatapku dengan lekat.

“terimakasih sudah memanggil ku. aku akan mengabulkan semua permintaan mu, dengan satu syar–”

“Ah! kau makhluk penolong yang mereka bicarakan! wah!.. ternyata benar-benar ada! ahaha!..” aku tersenyum gembira lalu ikut berjongkok, entah terlalu senang atau apa, aku memeluk wanita tersebut dengan erat.

ekspresi wanita itu terlihat bingung, aku menepuk pundak nya lalu tersenyum padanya. “nona punya senyuman yang manis! ayo tersenyum, apa-apaan ekspresi wajah itu?..” ujarku, ia masih tertegun.

“ohh! tadi nona mau bilang apa?, maaf aku memotong hehe...” aku melepaskan pelukannya, ku tatap wajah wanita cantik ini. dia sangat cantik.

“aku akan menolong mu, tapi jiwa mu bayaran nya.. kau mau?” tawarnya padaku. aku sedikit bingung dan ragu, tapi jika aku menolak itu akan sia-sia.

“eumm! aku mau!” aku mengangguk semangat, wanita cantik itu kembali tersenyum teduh, tangan lentik nya mengusap rambut ku lembut.

“nah, apa yang nona ingin kan?” tanyanya. aku mengetuk dagu menggunakan jari telunjuk ku, aku sedang bingung. karena bingung harus mulai dari mana, aku memilih menanyakan siapa namanya.

“nama nona siapa?, aku Ghea Alcanza... salam kenal ya.” aku mengulurkan tanganku kearahnya, bukannya menjabat, wanita itu malah diam kebingungan.

“aku tidak punya nama..”

“ehh?! yang benar saja?!”

wanita cantik itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal disertai senyuman kikuk. karena aku ingin dia memiliki nama, jadi aku mencarikan nama yang cocok untuknya.

“Ah! bagaimana kalau Hannah?! eumm.. karena nona sangat cantik.. nama belakang mu adalah Aphrodite seperti nama dewi yunani tercantik, bagaimana?..”

“nama yang bagus..” dia tersenyum, aku juga ikut tersenyum.

kami berdiri lalu berjalan menuju desa yang sudah sepi dan hening. saat di tengah jalan, lagi-lagi Hannah bertanya apa keinginan ku.

lantas aku pun menjawabnya, jawaban ku sederhana. aku hanya ingin kakak dan aku hidup bahagia tanpa di gunjing warga desa. Hannah mengangguk lalu tersenyum tulus.

“nona, tutuplah matamu.. aku akan memenuhi permintaan mu.”

aku mengikuti ucapannya, ku tutup mataku menggunakan kedua lenganku. entah apa yang Hannah lakukan.

sejurus kemudian, kurasakan hawa panas yang sangat menyengat. bau asap juga memenuhi indra penciuman ku. perasaanku tidak enak, aku memutuskan untuk membuka mata ku, ternyata kebakaran masal terjadi di desa.

Hannah menghilang di sisi ku, kemana dia?. aku menelisik kesana dan kemari guna mencari keberadaannya, namun nihil. manik mata ku tak menemukan sosoknya.

karena terlanjur panik, aku segera melangkah pergi menuju puing-puing tempat tinggal ku untuk bertemu kakak ku. sulit rasanya berlari di kerumunan banyak orang, tapi aku harus bertemu kakak.

asapnya semakin menebal, tak jarang aku terbatuk-batuk, mata ku juga pedih karena hawa panasnya. tak lama aku mendengar suara kakak ku berteriak.

aku langsung menghampiri suara tersebut. aku berhasil bertemu dengan kakak, namun saat kami hendak mendekat satu sama lain, kami terpisah oleh orang-orang yang lalu-lalang.

tubuh ku terbawa oleh orang-orang, aku mencoba bertahan namun percuma, tenaga ku sudah habis. aku berjongkok mencoba melindungi diri dari mereka, lagi-lagi aku lengah dan terjatuh hingga tubuh ku terombang-ambing.

darah mulai mengalir di wajah ku, tubuh ku terpental dan mati rasa.

kakak ku berteriak lalu menghampiri ku yang sudah terkapar, ia meletakkan kepalaku di pahanya, mengelus rambut ku yang sudah lengket karena darah. samar-samar ku dengar ia menangis tersedu seraya memeluk tubuhku.

lama kelamaan, pandangan ku mulai kabur, aku menutup mata namun anehnya saat aku menutup mata, tiba-tiba aku berada di ruangan kosong serba putih.

aku meraba wajahku dan tubuhku. aku masih hidup? tapi bukankah tadi aku menghembuskan nafas terakhir ku? lalu ini apa?

aku menelisik kesegala arah, sepertinya ruangan ini benar-benar kosong.

saat tengah melihat ke sekeliling, seseorang memanggil namaku.

“Ghea?...” aku melirik ke arah sumber suara itu, aku sangat terkejut... ternyata yang memanggil namaku adalah...

_________________________

To Be Continue . . .


hope you like that.
sorry for all mistake.

sorry up 1 page dulu, nanti besok up lagi kalau sempet, thx buat 2k nya ✨

'vote★ 

© reggpaw___

Make A Contract With Devil  [ NOREN ]✔ Revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang