23.00 pm
Salah satu awak kapal itu berlari menuju ruang kemudi, dengan nafas terengah-engah juga rasa panik yang terus meliputi pikirannya. manik mata nya tak henti menelisik keseluruh penjuru ruangan, takut-takut jika ada mayat hidup disekitarnya.
sesampainya di ruang kemudi, pria yang ternyata awak kapal itu berhenti di ambang pintu masuk. ia beristirahat sejenak guna meraup oksigen untuk kelangsungan hidup nya.
perlahan, kakinya melenggang masuk mendekati sang nakhoda yang terdiam ditempat tanpa bergeming sedikit pun, pandangan nya lurus kedepan, mungkin sang nakhoda sedang fokus, pikir si awak kapal itu.
"hhh... ka-kapten! ini darurat!... sebagian dari para penumpang... berubah menjadi monster yang mengerikan... hhh.. situasi saat ini sangat genting dan kacau..." jelasnya dengan berbata-bata, namun sepertinya sang kapten malah diam dan cuek bebek mendengar informasi darinya.
karena khawatir, pria itu mendekati kapten-nya dan menepuk pundak sang kapten pelan.
"anda.. tidak apa-apa?.." tanya nya sedikit ragu, lalu membalikkan tubuh sang kapten yang ternyata telah meninggal dunia. bau darah segar menusuk penciuman nya, karena refleks pria itu menutup hidungnya lalu mendorong sang kapten hingga tubuhnya tersungkur ke lantai.
matanya membulat ketakutan, sesaat melihat tubuh sang kapten dipenuhi dengan gigitan yang membuat kulitnya terkelupas dan menampakkan tulangnya.
pria itu tak tahu harus berbuat apa. tubuhnya kaku seketika, rasa panik juga takut terus saja mendominasi. apa harus ia lari dan memberitahu awak kapal lainnya?
° . ><><><> ⊹ - ⊹ <><><>< . °
23.10 pm
Aslan dan yang lainnya berhasil keluar dan mendapati orang-orang yang tengah panik di luar sini, suara riuh nan berdesakan yang mereka rasakan saat ini. wajar saja, karena area dalam kapal sudah dipastikan tidak aman karena banyaknya manusia yang tergigit dan berubah menjadi zombie.
satu-satunya tempat aman saat ini adalah luar kapal. baik sisi kanan maupun kiri, kini telah terpenuhi oleh orang-orang yang saling berdesakan.
"terlalu ramai.." gumam Aslan sembari menelisik ke segala arah guna mencari keberadaan tuan dan nyonya Gerald, entah sebuah kebetulan atau memang keberuntungan, Aslan melihat sosok Erland selaku putra pertama dari keluarga Gerald yang letaknya tak jauh dari tempat nya berdiri saat ini.
sebelum kehilangan sosok pria tinggi itu, Aslan segera mengendong Adisca layaknya karung beras.
"saya menemukan Tuan Erland disana, pegangan yang kuat." tuturnya lalu menerobos masuk mendekati kerumunan, tak peduli dengan ocehan orang-orang yang tak sengaja ia tabrak. yang penting baginya saat ini adalah, menemui Erland. itu saja.
terhimpit sana-sini seringkali membuatnya hilang keseimbangan, terlebih lagi ia tengah mengendong dua anak remaja yang cukup membuat Aslan kesulitan untuk bergerak.
"kalian berdua bantu aku berteriak.. cepat sebut nama Erland sekencang mungkin agar dia menghampiri kita, kalau kita yang menghampiri nya aku yakin 100% tidak akan bisa karena kita terjebak disini." Lion dan Adisca langsung berteriak sekencang mungkin berharap kalau Erland mendengar dan menghampiri mereka.
"Kak Erland!! Sebelah Sini!!"
"Kak Erland!! Tolong kami!! kumohon.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Make A Contract With Devil [ NOREN ]✔ Revisi.
FanfictionLion hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah mansion megah di inggris. Namun pada ulang tahunnya yang ke- 7, kedua orang tuanya, anjing peliharaan, serta singa pemberian pamanya mati dibunuh dan mansion tempat tinggalnya dibakar. Sementara ia di...