19 - toward the atlantic .

235 31 0
                                    

a few years later
_____________________

Pagi ini suasana pelabuhan begitu ramai dan saling berdesakan, karena pagi ini banyak yang akan pergi berlibur ke kota atlantis menggunakan kapal besar yaitu Titanic .

berbeda dengan yang lainnya, Lion dan pelayanan setianya Aslan, mereka berdua mendapatkan tugas untuk mengikuti dan menangkap ilmuwan gila yang katanya akan melakukan percobaan di kapal titanic yang akan mereka tumpangi. akan sangat sulit mencari ilmuwan tersebut, hanya dengan bermodalkan foto dan data-data yang masih buram. mengingat ada banyak orang yang menaiki kapal ini, bukan hanya puluhan orang saja, mungkin ratusan atau bahkan ribuan orang yang menaiki kapal ini.

“ah... berisik sekali” keluhnya karena mendengar banyak suara teriakan bercampur kesedihan saat melihat keluarga mereka akan pergi jauh, bukankah itu hal lumrah? bersedih saat melihat orang yang kau sayangi pergi untuk beberapa pekan? tapi sayangnya pria muda ini tidak bisa merasakan emosi.

Aslan menepuk bahu sempit milik tuan mudanya, ia melempar senyum ramah padanya. “kita harus cepat, kalau tidak nanti tertinggal loh.” ucapnya lembut dengan senyuman yang tak lepas. pun lion yang mendapat tepukan itu hanya bisa menghela nafas berat, dan menuruti kata-kata nya. mereka berdua naik kedalam kapal besar tersebut, tak lupa membawa barang bawaan mereka.

sialnya, diatas sini lebih berdesakan dari sebelumnya, membuat tubuh mereka terhimpit oleh orang-orang yang pergi kearah yang berlawanan karena ingin berpamitan pada keluarga mereka.terbesit dibenak Lion, ‘sepenting itukah berpamitan?’ .

setelah keluar dari kerumunan, mereka berdua memilih menjauh dan duduk disalah satu bangku disana. mencoba meraup oksigen sebanyak mungkin. netra biru tua itu melirik kearah arloji miliknya yang menunjukkan pukul 7.30 pagi, dan sepagi ini dirinya sudah mandi keringat.

“kapan kapal nya berjalan?” tanyanya pada pria yang lebih tua darinya, sebelum menjawabnya pria itu pun melirik arloji perak yang melingkar di lengan kanannya, lalu mengalihkan atensinya pada lawan bicara nya. “kurasa setengah jam lagi.” jawabnya yang kemudian mendapati anggukan kecil darinya.

“aslan, menurut mu seberapa pentingnya berpamitan?” si pemilik nama hanya terkekeh pelan saat mendengar pertanyaan dari tuan mudanya, baginya ini sangat tiba-tiba karena tuan mudanya itu tidak pernah menanyakan hal semacam ini. ia mengusak rambut tuan mudanya gemas sembari tersenyum kearahnya.

“tumben sekali...” ujarnya lalu menghentikan aktifitas megusak rambut milik submissive nya, pandangan sayu ia tujukan padanya. “sangat penting, terlebih lagi kepada orang-orang yang kita sayangi. itu amat sangat penting. yah... bayangkan saja, jika ibu mu pergi jauh tanpa berpamitan pada mu, kau pasti panik bukan main iyakan?” jelasnya panjang lebar, nampaknya ia salah berbicara. pria muda yang tadinya berekspresi datar, kini menggeratkan rahangnya.

“kau benar, ibu ku mati tanpa berpamitan pada ku. jahat sekali ya?...”

° × . ____.____.____.____ . × °

suara riuh yang terdengar, kini mulai mereda. kapal besar yang sebelumnya berlabuh, kini sedang berlayar di luas nya samudra. suara angin yang menerpa terdengar gaduh ditelinga, namun terasa sejuk di muka.

jemari berhias sapphire biru itu tengah memegang gelas wine dan meminumnya dengan ria, mengingat umurnya yang kini sudah legal untuk meminumnya. di temani sang pelayan setia yang kini tengah terduduk bersamanya, diujung awak kapal yang berada diluar(?) .

“kurasa anda sudah cukup meminumnya. 5 gelas wine dalam sekali teguk itu berlebihan, kepala mu bisa pening nantinya” nasihat si pelayan dengan nada yang sangat lembut, pun ekspresi khawatir yang ia tujukan untuk tuan mudanya. pasalnya, kalau satu gelas wine saja sudah membuat lidah terasa kesat dan kering, juga menimbulkan rasa pening, bagaimana dengan 5 gelas sekaligus? .

Make A Contract With Devil  [ NOREN ]✔ Revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang