"kau pergi lagi?" tanyanya dengan raut wajah memelas. ia terlalu bosan sendirian dan menghabiskan waktu dengan belajar bersama orang yang sama. orang yang selama ini menemani nya sampai ia sebesar ini. ia ingin memiliki suasana baru, dengan orang-orang baru, dan melihat wajah baru.
namun nyatanya, berkenalan itu sangatlah sulit. buktinya pengenalan nya saat ini masih ditolak oleh seseorang yang ia yakini sebagai 'saudaranya' . ia kira akan lebih mudah jika berkenalan dengan saudara kandungnya, benaknya sudah memikirkan hal-hal menyenangkan yang akan mereka lalui bersama sejak lama.
merasa pertanyaan tersebut ditujukan padanya, pria berjas biru itu menghentikan langkahnya untuk menjawab pertanyaan tersebut. jarak antara keduanya sangat jauh. baik dirinya maupun lawan bicaranya, mereka enggan mengikis jarak yang tercipta.
"aku? aku sibuk dengan urusanku." jawabnya sekenanya. pria yang berada lumayan jauh darinya itu, hanya tersenyum simpul dengan raut wajah yang sulit diartikan. "kenapa? apa kau punya urusan dengan ku?" lanjutnya dengan air muka yang bingung, pasalnya pria dihadapannya ini jarang sekali bertanya pada nya, jangankan saling melempar tanya, bertegur sapa saja tidak pernah.
"aku hanya bertanya." jawabnya singkat lalu mengalihkan atensi nya pada kucing yang sedari tadi ia gendong lalu mengelus kucing berbulu putih itu dengan lembut.
manik biru tua itu melirik kearah arloji yang melingkar di lengannya, arloji emas miliknya itu menunjukkan pukul 10 pagi, ia menghela nafas panjang lalu tersenyum simpul kearah saudaranya itu.
"aku terlambat karena mu. waktu emas ku terbuang sia-sia hari ini, jadi kita akhiri pembicaraan ini, aku harus pergi." ujarnya kemudian dengan nada yang amat sangat biasa saja namun terdengar datar ditelinga lawan bicaranya. setelahnya ia melenggang pergi meninggalkan saudaranya yang masih diam diseberang sana.
"sudah kuduga, mengajaknya berbicara itu hal yang buruk bubbles!" gerutunya yang memarahi kucing tak bersalah dan bahkan tak tahu apa-apa.
° × . ‿‿.‿‿.‿‿.‿‿.‿‿.‿‿ . × °
Suasana di dapur kini menjadi lebih ramai dari sebelumnya, karena biasanya hanya Aslan dan Paula yang menyiapkan makan siang untuk tuan muda mereka. namun kali ini mereka berdua kedatangan seorang teman baru yang ikut membantu kegiatan mereka didapur."kalian sering melakukan ini?" tanyanya dengan pandangan yang tak lepas dari kegiatan memotong daging, ia sangat telaten dan terlihat profesional saat memotong daging tersebut. membuat Paula terkagum-kagum dibuatnya.
"ya begitulah" jawab Aslan yang juga tengah sibuk mencabuti bulu ayam lalu mencuci nya kemudian memotong daging ayam tadi, setelahnya ia menyiapkan panci besar dan mengisinya dengan air untuk merebus daging ayam tadi agar lebih empuk nantinya.
Paula hanya menyimak keduanya, dirinya masih terkagum-kagum melihat kedua pria dihadapannya yang terlihat sangat ahli dalam urusan masak-memasak. ia sampai menganga dan tak henti-hentinya berdecak kagum.
"kalian sangat mahir, aku merasa gagal menjadi seorang wanita.." keluhnya sembari menundukkan kepala, malu dan meremat gaun sederhana yang ia pakai.
"kalau kau mau, aku bisa mengajari mu" kepalanya terangkat saat mendengarkan apa yang Aslan katakan, tumben sekali Aslan mau mengajarkan nya, mengingat kalau Aslan dan dirinya tidak terlalu dekat, mereka hanya sebatas tahu nama dan tak berniat menjalin pertemanan.
"aku juga akan mengajari mu.." timpa pria lainnya yang kini memandang nya disertai senyuman ramah. Paula hanya tersenyum kikuk mendengarnya, ia bukan tipe orang yang pandai berbaur, jika berdua dengan Aslan di dapur saja sudah membuatnya canggung, apalagi dengan orang asing yang baru belakangan ini ia temui. tak terbayang seberapa canggung nya nanti .
KAMU SEDANG MEMBACA
Make A Contract With Devil [ NOREN ]✔ Revisi.
FanfictionLion hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah mansion megah di inggris. Namun pada ulang tahunnya yang ke- 7, kedua orang tuanya, anjing peliharaan, serta singa pemberian pamanya mati dibunuh dan mansion tempat tinggalnya dibakar. Sementara ia di...