malam itu, malam yang sangat gelap. awan mendung mengelilingi rembulan membuat sinarnya padam.
jika ada suatu hal yang menganjal didalam pikiran, siapapun pasti tidak bisa tertidur nyenyak. itulah yang dirasakan oleh Gaffrion saat ini. anak itu terus saja membolak-balikan badan, mencoba mencari posisi tidur yang enak.
namun permasalahannya datang bukan dari caranya tertidur, melainkan dari pikirannya. entah apa yang anak itu pikirkan. sampai-sampai saat ini ia masih terjaga, padahal jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.
karena kesal tak bisa tertidur, Gaffrion memilih untuk beranjak dari tempat tidurnya, dan pergi menuju kamar pelayan.
karena merasa ia tak dekat dengan pelayan lain, kaki jenjangnya itu melangkah pergi kearah kamar pelayan favorit-nya, Vandero. entah kebetulan atau apa, pintu kamar Vandero terbuka lebar.
tanpa pikir panjang, Gaffrion memasuki kamar tersebut. namun ia tak menemukan sosok Vandero disana, malah kedua netranya itu menangkap sosok yang tak diduga.
"sedang apa kau disini?" tanya Gaffrion lirih. Hannah yang tengah berdiri menatap keluar jendela, menoleh dan tersenyum sendu kearah Gaffrion.
"ah.. anda sudah bangun?"
"tidak, aku tidak bisa tidur... dimana Vandero?"
Hannah menatap keluar jendela lagi, raut wajahnya berbeda kali ini. ia menampakkan wajah bersedih dan tersenyum getir. Gaffrion jadi bingung sendiri.
"Vandero bilang, dia tak butuh dirimu lagi. dia terobsesi dengan jiwa milik tuan Luxury, jadi... dia pergi untuk mengambilnya dan menitipkan mu padaku." ujarnya dengan nada sendu, ekor mata miliknya melihat perubahan ekspresi milik Gaffrion yang tadinya biasa saja kini menjadi terkejut.
Gaffrion menggelengkan kepalanya tak percaya. ia berlutut dan menangis. melihat hal tersebut, Hannah langsung memberinya pelukan hangat. ia juga mengelus surai Gaffrion dengan lembut.
"dia... mengkhianati... aku?..."
tangisnya pecah begitu saja, Hannah semakin mengeratkan pelukan nya, ia menepuk punggung Gaffrion guna meredakan tangisan nya.
"sudah... jangan menangis. aku ada untuk mu, kapanpun kau butuh." ujar Hannah dengan nada yang sangat lembut. jemari lentik milik wanita itu, menyeka air mata milik Gaffrion. senyum sendu ia tunjukkan pada anak itu.
Hannah menangkup kedua pipi tirus milik Gaffrion, ia menatap wajah anak itu lamat-lamat. lagi-lagi, Hannah tersenyum sendu.
"tuan muda... nona Ghea masih hidup..." ujarnya dengan lirih. mendengar apa yang Hannah ucapkan, kedua manik Gaffrion membulat sempurna. saking terkejut nya, bibir mungil anak itu terbuka sedikit.
Gaffrion memegang kedua tangan Hannah yang berada di pipinya. ia sangat antusias.
"b-benarkah?! d-dimana dia sekarang?!"
Hannah melepaskan tangkupannya, ia memejamkan mata lalu tersenyum tulus.
"bersemayam, disini." Gaffrion mengikuti pergerakan tangan Hannah. tangan berkuku hitam itu berhenti tepat di area dadanya. air muka yang semulanya ceria kini berubah seketika. batin anak itu bertanya, 'benarkah?'.
"tuan muda... akulah yang membakar desa mu, bukan Aslan. aku ini bukan manusia lho... aku, Vandero dan Aslan adalah seorang iblis... saat itu nona ghea memanggil ku, dia ingin warga desa berhenti menggunjing mu, karena hal itu mustahil bagiku, jadi aku membakar seleluruh desa dan warga yang ada disana."
Gaffrion bungkam seribu bahasa. ia tak tahu harus berkata apa, selain termakan oleh kata-kata Hannah.
"jadi... kau yang membiarkan Ghea meninggal?..."
"ohh itu bukan salah ku, itu adalah takdir tuhan. tapi jangan khawatir nona ghea masih dalah proses pensucian, jadi jiwa nya belum benar-benar mati..." Hannah berada dalam posisi semi berdiri, ia menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya.
"aku merasa kasihan pada anak itu, dia rela mengorbankan jiwanya hanya demi anak serakah nan ceroboh seperti mu. tapi yahh begitulah manusia, they're so naive." lanjut Hannah lalu berdiri dan menatap Gaffrion dengan tatapan sayu namun menusuk.
"kau dan Ghea itu berbeda, kau memanggil kami hanya untuk nafsu mu akan harta dan kekuasaan sama seperti kebanyakan orang. Ghea memanggil kami untuk menyelamatkan orang yang ia sayang, terdengar konyol memang."
Gaffrion gemeteran ketakutan, rahangnya mengeras, kedua bola matanya membelalak tak percaya. kini benaknya tengah menyimpulkan, bahwa yang menjadi penyebab kematian Ghea adalah dirinya, dan yang seharusnya jadi target balas dendam nya itu Hannah, bukan Lion.
"manusia adalah makhluk paling sempurna sekaligus menjijikan, mereka saling menindas satu sama lain. tidak salah kalau kau merasa sakit hati, benarkan?" tanya Hannah dengan nada yang amat sangat lembut namun terdengar begitu menusuk.
Hannah membantu Gaffrion untuk berdiri, kedua lengannya menggenggam erat tangan mungil Gaffrion. dielusnya tangan mungil tersebut, raut wajah yang Hannah tunjukkan benar-benar sulit ditebak. ia tersenyum namun tatapannya seolah menunjukkan tangis.
"jika tuan muda mau, aku akan membawa jiwa mu ketempat dimana Ghea berada.. jiwa mu itu ibarat sebuah barang, yang dibuang saat tak dibutuhkan atau rusak, kasihan sekali..."
Gaffrion kembali menitikkan air mata, ia mengerti apa yang Hannah maksud. dadanya sesak bukan main, ia tak mampu mengucapkan sepatah kata-pun.
Hannah menatapnya dengan iba, hatinya ikut tersayat melihat Gaffrion yang kehilangan orang yang dia sayang untuk kedua kalinya. Hannah memeluk tubuh mungil Gaffrion dan mengelus lembut kepala anak itu.
"bohong... iblis seperti kami tidak memiliki rasa empati... ehemm.."
wajah sendu nya hilang seketika.
dibalik pelukan hangat nya, wanita itu tersenyum licik, hatinya bangga akan dirinya. ia berhasil menipu semua orang dengan sikap lugu nya. benar-benar aktor yang hebat...
_____________________To Be Continue...
minal aidzin walfaidzin ya..
gak kerasa dah lebaran ae,oh iya minggu depan author ga up dulu
ada sesu-something yg kelen tidak perlu tahu .ysorry for all mistake, and hope you like that...
© reggpaw___
KAMU SEDANG MEMBACA
Make A Contract With Devil [ NOREN ]✔ Revisi.
FanfictionLion hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah mansion megah di inggris. Namun pada ulang tahunnya yang ke- 7, kedua orang tuanya, anjing peliharaan, serta singa pemberian pamanya mati dibunuh dan mansion tempat tinggalnya dibakar. Sementara ia di...