pertanyaan dan rintangan dalam labirin itu hampir terselesaikan oleh Aslan dan Vandero. entah apa yang membuat mereka menjadi bersemangat, walaupun mereka harus tersengat listrik dan terhimpit saat menjawab dengan jawaban yang salah.
sekarang mereka berdua tengah berada tepat didepan perpustakaan, tempat dimana gaffrion bertubuh lion itu tengah tertawa riang.
kedua pria iblis itu saling mengambil jarak jauh. mereka mundur perlahan dengan pandangan yang tak lepas dari gaffrion.
“kenapa kedua pria itu sangat terobsesi dengan tubuh ini?” tanya gaffrion sembari melipat kedua tangan didepan dada. seperti biasa, Hannah selalu tersenyum sebelum akhirnya menjawab.
“karena tubuh milik Earl Lion memiliki proporsi yang sangat indah, tak hanya itu darah dan dagingnya pun akan sangat lezat bila di santap, terlebih lagi jiwa miliknya.”
mendengar jawaban yang keluar dari mulut Hannah, malah membuat gaffrion semakin kesal dan iri. ia berjalan mendekati pagar pembatas lantas berteriak.
“kalian berdua! bertarunglah! barang siapa yang menang, dia akan mendapatkan dua jiwa sekaligus!”
Hannah panik seketika, saat mendengar apa yang gaffrion ucapkan, wanita itu segera menghampirinya. “tuan muda apa yang anda lakukan?!” tanyanya dengan panik.
alih-alih menjawab, gaffrion malah berlenggang pergi, masuk kedalam perpustakaan disusul oleh hannah yang tak henti mengoceh.
“b-bagaimana dengan jiwa nona Ghea yang menunggu mu?”
“pikirkan sendiri!”
Hannah terhenyak saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Gaffrion. karena kesal, Hannah menampar Gaffrion dengan sangat kencang hingga anak itu menganga dibuatnya.
“kau ini bodoh ya?!!” bentak Hannah setelah menampar pipi Gaffrion yang sudah memerah. Gaffrion terdiam sejenak, ia memegangi pipi kanannya yang mulai memanas.
“sakit...” lirih Gaffrion. Hannah yang sadar akan perbuatannya pun langsung meminta maaf dan hendak memeluk Gaffrion.
“ah.. m-maafkan aku, aku–”
“Hannah... tahu tidak bagaimana rasanya dikucilkan?... tahu tidak bagaimana rasanya tak dipedulikan?...”
Hannah bingung dengan apa yang Gaffrion katakan.
“kau pikir kenapa aku mau bertukar tubuh?”
hening seketika. Hannah mengulum bibir, ia meremat rok maid yang ia kenakan, dan menundukkan kepala.
“aku hanya ingin perhatian, tak lebih. sesulit itukah?!” teriak Gaffrion disertai isak tangis. tubuh mungil itu tersungkur ke lantai, kedua tangan miliknya ia pakai untuk menutupi wajahnya yang basah karena air mata.
“aku tak mau ini terjadi!.. hiks.. aku hanya ingin Vandero kembali... hiks.. aku sudah menganggap Vandero sebagai sahabatku sendiri... tapi apa? dia mengkhianati ku...”
disaat Gaffrion tengah menangis sesegukan. disaat itu pula, tempat dimana jiwa Lion berada, tuan muda luxury itu tersenyum miris karenanya.
“kau memiliki kehidupan yang buruk ya? gapi...” ujar Lion yang tengah duduk bersebelahan dengan jiwa Gaffrion yang tengah bersedih mengingat masa lalunya.
kedua jiwa anak itu tengah terduduk diatas lantai catur tepatnya berada didalam raga Lion.
“aku akan sedikit bercerita padamu, mungkin ini sedikit membosankan. kau bisa menyuruhku berhenti kapanpun kau mau.” ujar Gaffrion seraya memeluk lutut.
“kalau begitu berhenti sekarang.” timpa Lion dengan nada yang datar. Gaffrion terhenyak lalu menghela nafas.“sudah kuduga.”
“bercanda. silahkan, aku akan mendengarkan dengan baik.”
Gaffrion menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan pelan. anak itu mulai bercerita.
“aku hanya rakyat jelata,” Lion terkejut saat mendengarnya. Lion ingin bertanya, namun ia urung niat dan memilih mendengarkan cerita Gaffrion sampai akhir.
“aku juga seorang budak yang diangkat menjadi anak. namaku juga bukan Axxarell. aku hidup menjadi orang lain, bukan menjadi diriku sendiri, payah sekali bukan.”
“ya, kau sangat payah.” Gaffrion hanya tersenyum saat menanggapi perkataan yang lion ucapkan. ia kembali bercerita tentang dirinya.
“aku memiliki seorang adik perempuan, dia sudah mati. disaat aku hancur, Vandero datang menolong ku. pria itu menuruti semua keinginan dan semua perkataan ku. dari situlah aku berpikir bahwa Vandero sangat memperhatikan ku. aku mulai menyukainya, aku menganggap nya sebagai sahabatku, yah walaupun dia tak bisa ku ajak bercanda–”
“tentu saja, iblis mana yang tertawa hanya karena lelucon bodoh yang tak masuk akal. dasar.” lagi-lagi Lion menyela, Gaffrion tak mempermasalahkannya. ia terus melanjutkan ceritanya.
“entah aku yang terlalu naif atau bagaimana. aku tahu suatu saat kami akan terpisah, tapi aku tak mau kehilangan Vandero karena dia amat berharga bagiku. dan ternyata dugaan ku benar, situasi ini sedang menggambarkan awal dari perpisahan kami.”
“cih! kau mau bilang kalau ini semua terjadi karena aku?” Lion merasa tersinggung, ia menampakkan raut wajah kesal pada lawab bicaranya itu.
“siapa bilang?! hah?! dengarkan aku dulu sialan!” ketus Gaffrion. Lion kembali mendengarkan, pun Gaffrion kembali bercerita.
“waktu itu, sudah kubilang bukan? kita ini terpengaruhi oleh kedua iblis sialan itu! mereka memanipulasi ingatan mu dan mimpiku, lalu mereka menargetkan balas dendam mu padaku, dan balas dendam ku pada mu..”
“jika ingatan mu dimanipulasi, bagaimana bisa kau tahu semua ini?”
“Hannah yang memberi tahu ku.”
Lion berpikir keras. kalau target balas dendam nya bukan Gaffrion lalu siapa?. daripada pusing memikirkannya, Lion lebih memilih mendengarkan semua cerita yang Gaffrion ocehkan.
“Hannah cukup membantu ku. asal kau tahu saja, dia juga seorang iblis, namun berhati malaikat... menurutku sih.”
Lion tengah serius menyimak, dan sekarang ia harus dikejutkan lagi dengan suatu kebenaran yang belum ia ketahui. sebenarnya apa yang Aslan sembunyikan darinya selama ini?..
_____________________
To Be Continue. .
sorry telat update lagi ")
virus males sedang melanda euyy .g
maaf jga makin sini makin gajel .ythx udh ng-vote
© reggpaw___
KAMU SEDANG MEMBACA
Make A Contract With Devil [ NOREN ]✔ Revisi.
FanfictionLion hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah mansion megah di inggris. Namun pada ulang tahunnya yang ke- 7, kedua orang tuanya, anjing peliharaan, serta singa pemberian pamanya mati dibunuh dan mansion tempat tinggalnya dibakar. Sementara ia di...