51 - the last .

134 14 0
                                    

Lion berlari mengitari koridor perpustakaan, kedua manik biru itu sesekali menengok kebelakang memastikan orang yang tengah mengejarnya sudah tertinggal jauh dibelakang.

namun, itu sangat tidak mungkin. mengingat kalau yang mengejarnya bukanlah seorang manusia biasa. bahkan untuk keduakalinya Lion berpikir, usaha yang ia lakukan akan sia-sia.

diarah yang berlawanan pula, seseorang tengah berlari menuju kearahnya. tak lain dan bukan orang itu adalah Aslan--pria tinggi semampai itu mengulurkan lengannya berniat mencapai lengan tuan mudanya.

pun Lion melakukan hal yang sama.
hanya tinggal sedikit lagi, Aslan mungkin berhasil menggenggam dan menarik tuan mudanya. namun...

brukk!!

naas-nya tubuh Lion tumbang dan hilang kesadaran. Aslan panik seketika, ia berlari semakin kencang karena panik. lagi-lagi keberuntungan tak berpihak padanya, kedua bola manik itu melihat sosok hannah tengah berdiri tegap dihadapan dengan senyuman manis namun terkesan meremehkan.

Lion tertegun di dalam ruangan putih berlantai catur itu, benaknya bertanya kenapa?

ttakk...

ttakk...

ttakk...

suara ketukan sepatu menginterupsi, Lion menoleh kearah sumber suara tersebut. raut wajah yang semulanya kebingungan kini berubah menjadi marah dan kesal. kedua tangan berjari lentik itu mengepal. rahangnya mengerat.

“apa yang kau lakukan?!” teriaknya pada si pembuat bising. alih-alih menjawab, yang di tanya malah tersenyum sebelum menjawab.

“tentu saja menghentikan mu jatuh ke tangan Aslan..” jawabnya sembari melipat kedua tangan didepan dada. Lion yang tak puas akan jawabannya pun kembali bertanya.

“kenapa?..”

hening sejenak. yang ditanyai menundukkan kepala, bibir tipisnya gemetar tak karuan. ia seperti menahan tangisan.

“karena... jika jiwa mu kembali pada tubuhmu, lantas bagaimana dengan jiwa ku?”

“jiwa mu bukan urusan ku!” Lion berteriak. Gaffrion terkejut bukan main saat mendengarnya. tubuhnya semakin gemetar, kedua lengannya mengepal kuat.

“egois... Lion.. kau sangat egois!”

“aku?! egois katamu?!.. bukankah semua ini bermula karena keegoisan mu?! rasa iri mengintimidasi, membuat mu berbuat sejauh ini.. dengan alasan yang tak masuk akal...”

Gaffrion menelan ludah, ia semakin menunduk saat mendengarkan perkataan Lion yang ada benarnya. ia merasa dirinya sangatlah ke kanak-kanakan.

Lion menghampiri Gaffrion, bocah luxury itu meremat kedua bahu sempit Gaffrion.

“cepat pergi dari tubuh-ku! gapi!!” Lion berteriak tepat didepan wajah anak itu. yang diteriaki malah semakin larut dalam tangisan, ia bingung harus bagaimana.

“kembalilah ke dalam tubuhmu!”

sementara itu, Aslan tengah berhadapan dengan Hannah. wanita bermata sayu itu memandang Aslan dengan tatapan teduh namun menusuk, tersenyum miring seakan mengatakan aku yang menang!

Aslan mencoba tetap tenang, ia juga menampakkan senyum khasnya pada wanita itu. perlahan, Aslan mendekati Hannah--lebih tepatnya tubuh Lion yang tergeletak dibelakang Hannah.

“mari bernegosiasi.” ujar Aslan to the point. kening Hannah mengkerut, bingung dengan apa yang aslan katakan, tidak--lebih tepatnya ia bingung dengan apa yang akan Aslan berikan saat bernegosiasi nanti.

“Hannah, kau boleh mengambil tubuh tuan-ku, dan pindahkan jiwanya ke dalam tubuh Gaffrion, yah gampangnya mereka berdua bertukar jiwa-raga... bagaimana?”

Hannah terdiam sejenak, ia sempat berpikir bahwa itu ide yang bodoh. jika jiwa Gaffrion berada didalam tubuh Lion, itu sama saja tak ada artinya.

“menurut mu untuk apa aku repot-repot melakukan semua ini? kalau ternyata aku hanya mendapatkan jiwa yang bahkan aku tak menginginkan nya..”

“jaga bicara mu nona, hati-hati kalau sampai jiwa Gaffrion mendengarnya bagaimana?... anak itu pasti kecewa padamu..”

benar saja, walaupun tubuh Lion maupun Gaffrion sedang tak sadarkan diri, jiwa mereka masih bisa melihat dan mendengar apa yang terjadi diluar sana.
dan sialnya, Gaffrion mendengar apa yang Hannah ucapkan.

“ternyata benar, mereka bertiga hanya menginginkan jiwa mu..”

“heuh! tapi sayangnya aku tak tertarik pada mereka. mereka lebih ke kanak-kanakan dibanding dirimu. mereka seperti bayi yang memperebutkan sebuah mainan, padahal masih banyak mainan lain.. begitulah..”

Gaffrion terdiam, didalam benaknya terlintas sebuah kalimat tanya. sekarang kita harus apa?..”

________________________

To Be Continue. . .

maaf telat update :v
hope you like that . . .


© reggpaw___

Make A Contract With Devil  [ NOREN ]✔ Revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang