50 - escape the maze : III

94 14 0
                                    

Lion menatap kelangit-langit sesaat, lalu memejamkan mata dan menghela nafas panjang.

“Hannah adalah iblis, Aslan dan Vandero memanipulasi ingatan dan mimpi..” ujar Lion dengan nada yang kebingungan.

“ya. adik ku yang membuat kontrak dengan Hannah, namun aku tidak tahu bagaimana cara dia masuk kedalam rumah ku..” Gaffrion menyahut dan menjelaskan informasi yang ia ketahui.

“ini mengejutkan.” singkat Lion menatap sinis kearah Gaffrion.

keheningan melanda, hanya terdengar suara retakan dari lantai yang mereka duduki, lantai catur itu hancur secara perlahan.

disisi lain, Hannah memeluk tubuh Gaffrion dengan erat sampai-sampai anak itu tak berhenti menitikkan air mata. kini haru biru tengah melanda mereka berdua.
Hannah mengelus lembut punggung anak itu. sangat lembut. senyuman tak lepas dari raut wajahnya.

“tuan muda... izinkan aku untuk mengisi kesepian mu..” Gaffrion mendongkak dan menatap Hannah dengan penuh harap.

“benarkah?” Hannah mengangguk dengan tatapan sayu khasnya, ia menggenggam kedua tangan Gaffrion.

“buatlah kontrak denganku.” Gaffrion terdiam sejenak, ia menatap Hannah lamat-lamat.

“e-ehh?”

Lion terhenyak saat mendengar apa yang Hannah ucapkan, ia segera memegang kedua bahu Gaffrion dengan erat.

“jangan mempersulit keadaan!” ujar Lion seraya mengguncangkan tubuh Gaffrion.

“tapi... dia bilang akan mengisi kesepian ku..”

Lion menatap Gaffrion dengan tatapan yang tajam, kedua lengannya mencengkram bahu Gaffrion dengan erat, berharap anak itu mengatakan 'tidak' untuk menolak apa yang Hannah tawarkan.

Gaffrion menunduk, ia tersenyum getir. salah satu lengan miliknya memegang lengan Lion lalu menepisnya dari bahu miliknya. ekspresi Lion seketika berubah menjadi panik.

“jangan egois!” teriak Lion tepat didepan wajah Gaffrion. namun Gaffrion tak menghiraukannya.

“iya…aku mau.” ujar Gaffrion pada Hannah, pun Hannah langsung tersenyum puas dan tak henti menghujani Gaffrion dengan pelukan.

Lion yang kesal hanya bisa mengusap wajah dan menghela nafas kasar. pandangan tak suka ia tujukan pada Gaffrion, kedua lengan miliknya mengepal.

“hei, biarkan aku yang mengendalikan tubuhku!” ujarnya lantang. ia mendorong Gaffrion kebelakang, dan mulai mengendalikan tubuhnya sendiri.

karena tubuhnya mulai terkendali, Lion melepaskan pelukan yang Hannah berikan, lalu mendorong jauh wanita itu. Hannah memandang Lion dengan wajah yang kebingungan.

“tuan muda? k-kenapa?..”

Lion menepuk-nepuk seluruh anggota tubuhnya yang kotor karena mendapat pelukan dari Hannah. ia memandang sinis wanita itu.

“jangan dekat-dekat dengan ku.” ujarnya penuh penekanan. Lion berbalik badan dan segera naik keatas menara perpustakaan, berniat untuk memberitahukan Aslan dan Vandero atas apa yang Gaffrion lakukan.


﹀-﹀ -﹀୨˚̣̣̣͙୧⇡・・・⇡ ୨˚̣̣̣͙୧﹀-﹀ -﹀


ditengah pertarungan, Aslan yang tengah menahan serangan, melirik kearah menara perpustakaan, ia melihat sesosok yang tengah berlari terengah-engah.

“hei lawan mu disini, jangan alihkan pandangan mu!” ketus Vandero sembari terus menyerang dengan brutal-nya menggunakan pedang besar yang beberapa hari lalu ia tunjukan.

Aslan kembali mengalihkan perhatiannya, ia tersenyum kearah lawannya itu.

“maaf, mata ku refleks melirik keatas sana.”

mendapat kata maaf dari Aslan, malah membuat Vandero semakin kesal. bisa-bisanya pria bersurai dark blue itu meminta maaf dengan santai.

“keluarkan senjata mu aslan!”

“tidak, sampai kapanpun tidak akan. sungguh itu perbuatan yang tidak profesional menurut ku.”

Lion berhenti dan melihat apa yang terjadi di bawah sana. pertarungan mereka semakin sengit.

drap..

drap..

drap..

suara derapan itu semakin mendekat. Lion sudah menduga bahwa ‘dia’ pasti mengikuti nya. tanpa basa-basi lagi, Lion langsung menarik nafas dan berteriak sekencang mungkin.

“ASLAN! HEI! DENGARKAN AKU! HENTIKAN PERTARUNGANNYA DAN CEPAT AMBIL JIWAKU!”

ekor manik Lion menangkap sosok Hannah yang sedang berdiri di ambang pintu, raut wajah wanita terlihat sangat kesal.

“CEPAT! SEBELUM WANITA SIALAN INI MENGAMBILNYA!” teriak Lion lagi dengan penuh penekanan.

Hannah mengeram dan mengepalkan kedua tangannya, ia menatap Lion dengan tatapan yang membunuh. Hannah berlari kearah Lion dengan penuh amarah. pun Lion berlari untuk menghindarinya.

sementara itu, Aslan menendang perut Vandero dengan kencang membuat sang empu batuk tak karuan. tak hanya sekali, Aslan terus menerus menendangnya sampai-sampai Vandero tersungkur ketanah.

“apa yang tuan muda ucapkan adalah perintah bagiku, tak ada waktu untukku meladeni mu.” ujar Aslan kemudian berlari ketempat Lion berada.

Vandero segera bangkit dari jatuhnya, tubuhnya yang sakit ia paksa berdiri. raut wajah kesal nan marah ia tunjukan.

“kau harus lewati aku dulu..” gumam Vandero lalu mengejar Aslan dengan langkah yang tertatih.

____________________________

To Be Continue. . .



© reggpaw___

Make A Contract With Devil  [ NOREN ]✔ Revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang