— Hannah POV ;saat itu aku tengah bersih-bersih rumah, yah karena memang ini adalah tugas seorang pelayan. aku bersenandung kecil menikmati pekerjaan bodoh ku.
saat aku tengah bersih-bersih, aku dikejutkan oleh sosok Vandero yang tiba-tiba saja sudah berdiri dibelakang ku.
saking terkejutnya aku sampai mengelus dada.“aku ingin berbicara dengan mu”
aku menatapnya dengan tatapan bingung, ini aneh bagi ku. pasalnya orang yang ada dihadapan ku ini berlagak acuh tak acuh dan jarang berbicara.
aku menunjuk diriku sendiri. “aku...?” pria itu mengangguk lalu menyuruh ku untuk mengikuti nya. pun aku mengikuti nya yang pergi menuju halaman belakang.
sesaat sampai disana, pria itu berbalik badan dan berhadapan dengan ku. air mukanya sama sekali tidak berubah. masih dengan tatapan datar dan dingin.
“ada apa?” tanya ku sedikit gugup, Vandero menatap ku dengan tatapan penuh curiga, entah apa yang dia curigai dari ku.
“Nona Aphrodite, apa tujuanmu kesini?”
“tujuanku? tentu saja bekerja, me--memangnya kenapa?” tatapannya begitu menusuk sampai-sampai aku gugup dibuatnya. sialan.
“bohong. gerak-gerik mu mencurigakan.”
aku semakin bingung dengan apa yang dia bicarakan. mencurigakan apa nya? tugas ku selama ini hanya menyapu dan mengepel lantai juga bersih-bersih.
“aku bukan pencuri yang patut kau curigai.” ujarku membela diri, namun tuan yang ada dihadapan ku itu masih menatapku dengan tatapan dingin nan menusuk.
“kau bukan manusia, benarkan?” aku sedikit terhenyak saat mendengarnya. bagaimana dia bisa tahu? padahal aku sudah berlagak biasa saja. cih, kalau dia sudah tahu mau bagaimana lagi? lagipula aku sudah lelah menutupi jati diri ku.
tapi sebelum aku berkata yang sejujurnya, aku mencoba menyangkalnya terlebih dahulu, mengetes apakah dia termasuk orang-orang yang naif.
“sangat jelas kalau aku ini manusia, bahkan anak kecil saja tahu kalau aku adalah manusia hanya dengan melihat wujud ku saja.” jawabku dengan nada yang sangat biasa saja. Vandero tersenyum sinis kearah ku.
“bohong.” bantahnya dengan nada yang naik satu oktav.
“kalau aku bukan manusia, lantas aku ini apa?” senyuman yang Vandero ukir perlahan luntur, wajah datarnya kembali ia tampakkan.
“iblis.” jawabnya. aku tertawa kecil seraya memegang perutku.
“wah wah, mata mu sangat jeli ya..”
Vandero memasang wajah yang serius, pun aku menghentikan tawaku lalu melipat kedua tangan didepan dada, memperhatikan raut wajah serius nan kesal milik tuan itu.
“kau juga yang membakar desa Gaffrion bukan?”
“kalau iya, kenapa?”
“ku bocorkan rahasia mu”
aku menutup mulutku menggunakan tanganku berlagak seolah-seolah aku terkejut. kulihat air muka pria itu semakin kesal karena mendapat ejekan dari ku.
“ouhh begitu kah?” ujarku dengan nada yang meledek. kedua lengan berbalut sarung tangan itu mengepal kuat.
“tapi yah, nona ghea yang meminta ku untuk melakukan nya..” lanjut ku dengan aksen yang mengejek.
“kau melakukannya atas kemauan mu sendiri, jangan jadikan Ghea sebagai kambing hitam mu.”
aku mengelus telinga ku pelan, seolah gatal dengan apa yang pria itu ucapkan. ekspresi mengejek kutunjukkan pada nya, pun aku menghela nafas panjang karena jengkel, aku yakin bukan ini yang ingin dia bicarakan dengan ku.
“apa mau mu? tak usah bertele-tele” ujarku tanpa pikir panjang. Vandero berdeham lalu mengambil nafas panjang.
“tinggalkan rumah ini, aku tahu kau ingin memakan jiwa Gaffrion tanpa membuat kontrak dengannya.”
“Vandero... sejauh mana yang kau tahu?” gumamku seraya menyipitkan mata.
“nah, sekarang cari saja jiwa yang lain. Gaffrion itu milik ku.”
“aku boleh boleh saja, tapi sayangnya ada seseorang yang menunggu jiwa anak itu di purgatory sana. tch! lagipula aku tak tertarik untuk memakannya..” kedua manik Vandero membelalak terkejut. aku tersenyum miring kearahnya.
Vandero menghela nafas panjang.
hening sesaat. pria itu tiba-tiba mengulurkan tangannya, aku menatapnya dengan tatapan bingung.“bagaimana kalau kita kerja sama? dengar, kau boleh mengambil jiwa anak itu, aku juga tak tertarik untuk memakannya. kau tahu kan Earl Luxury yang menjadi saingan Gaffrion? nah jadikan Luxury sebagai target balas dendam nya.” aku masih setia mendengarkan ide konyol yang keluar dari mulut pria itu.
“lantas?...”
“gampangnya, aku akan merebut jiwa Luxury dan kau boleh mengambil jiwa Gaffrion, namun jika aku gagal, Gaffrion tetap jadi milikku...”
aku hanya manggut-manggut mengerti. boleh juga kupikir. yah mari kita lihat kedepannya bagaimana.
Sehari setelah perjanjian kami, kehidupan kembali normal. aku dan Vandero seperti orang asing. seakan tak terjadi apa-apa diantara kami.
selebihnya, ku rasa kau tahu sendiri apa yang terjadi.
_______________________
To Be Continue...
nulis apaan gw :")
sorry for all mistake© reggpaw___
KAMU SEDANG MEMBACA
Make A Contract With Devil [ NOREN ]✔ Revisi.
FanfictionLion hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah mansion megah di inggris. Namun pada ulang tahunnya yang ke- 7, kedua orang tuanya, anjing peliharaan, serta singa pemberian pamanya mati dibunuh dan mansion tempat tinggalnya dibakar. Sementara ia di...