"Your father impregnate my mother, til her contained an illegitimate child from your family!" pernyataan itu sukses membuat Lion terdiam seribu bahasa. Antara percaya dan tidak, tetapi ucapannya cukup meyakinkan. Lion menatap lelaki dihadapan nya itu dengan intens. Sedangkan lelaki itu hanya tersenyum miris kearahnya.
"Tidak mungkin! seorang Vincent Chany Luxury melakukan hal seperti itu, jika iya dimana anak itu?" lelaki dihadapannya kembali tersenyum, kini netra abu-abu miliknya mulai berkaca-kaca, tubuhnya gemetar.
"aku..." lirihnya, cairan bening itu berhasil lolos dan membasahi pipi tirus miliknya. Lagi-lagi, Lion hanya terdiam, ia tak tahu harus berkata apa. Benaknya diliputi pertanyaan 'benarkah? kapan? kenapa?' pikirnya.
Lelaki dihadapannya itu mulai terisak. Ia menyeka air mata yang terus-menerus keluar dari matanya. Lelaki itu menari nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, ia mencoba untuk menegarkan dirinya.
"Kau tahu?, ibu bilang saat aku lahir, gunjingan datang terus menerus, mereka terus menggunjing ibu ku, mereka bilang ibu adalah wanita murahan, tak tahu diri, perayu suami orang, dan aku anak haram, anak tak di inginkan, juga perlakuan tak pantas yang mereka tujukan pada ku." Dengan suara yang sesekali gemetar, lelaki itu menceritakan pahitnya perlakuan yang ia terima dari warga sekitar. Hidung dan matanya memerah tak kala ia menceritakannya.
"Namun, aku bersyukur karena bertemu dengan ayah tiri ku, ia mau menerima ibuku dan juga aku. Mereka menikah dan hidup bahagia, walau sementara karena bisnis ayah turun drastis dan membuatnya bangkrut dan jatuh miskin.
hal itu memperkeruh keadaan, kau tahu?! ayah membunuh semua adik-adik ku, lalu menembak dirinya sendiri.
yang tersisa hanya aku dan ibuku, itu pun tak berlangsung lama, ibu kehilangan kewarasan nya, ia selalu menangis 'deluxie dan luxury sama saja!' begitu ujarnya, sehari setelahnya, ku temukan mayat ibu yang menggantung di kamar nya." Lelaki itu kembali menarik nafas dalam lalu menembuskan nya secara kasar.
Lion yang sedari tadi menyimak dengan seksama, kini tengah dilema, haruskah ia percaya? atau bisa jadi lelaki dihadapannya ini hanya bersandiwara belaka. Tapi di sisi lain, hatinya juga ikut teriris mendengar cerita pilu darinya.
Lion merapikan kerah bajunya, ia menelan ludah dan berdeham. "Akting mu bagus juga." celetuk Lion dengan nada datar. Sebenarnya ada rasa penyesalan saat ia melontarkan kalimat itu.
Alvino—lelaki yang lebih tua satu tahun dari Lion pun membulatkan matanya, ia tak percaya kalau orang yang ada dihadapannya ini hanya menganggap nya berakting semata.
"Kau tak percaya? biar ku tunjukkan sesuatu pada mu" Alvino melenggang pergi lalu bergegas ke lantai dua.
Bagus, jadi Lion punya waktu untuk bicara secara empat mata dengan Adisca. Bocah Luxury itu bersimpuh dihadapan tunangan nya, ia mengelus pipi gemil milik Adisca. Adisca, gadis malang itu menatap ke arah Lion dengan tatapan tulus, namun hatinya masih merasakan sakit akibat ucapan yang Lion lontarkan padanya beberapa menit yang lalu.
"Yang ku katakan tadi hanya pengalihan, jangan dimasukkan ke hati. Aku masih mengharapkan mu menjadi Nona Luxury kelak, berhentilah menangis." Tuturnya lembut lalu menghapus air mata Adisca, Lion menyibak pelan anak rambut yang menghalangi kening gadis itu. Lion lalu mengecup keningnya pelan. Sementara sang empu hanya mengangguk, yakin dengan ucapan yang Lion katakan. Walaupun Lion berkata demikian tapi hatinya masih sakit.
Selang beberapa menit, Alvino kembali, ia membawa buku usang digenggaman nya, lalu ia berikan buku usang tersebut pada Lion, menyuruhnya untuk membaca sendiri buku itu.
____________________________________________
London, 13 August 1887 .
___________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Make A Contract With Devil [ NOREN ]✔ Revisi.
FanfictionLion hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah mansion megah di inggris. Namun pada ulang tahunnya yang ke- 7, kedua orang tuanya, anjing peliharaan, serta singa pemberian pamanya mati dibunuh dan mansion tempat tinggalnya dibakar. Sementara ia di...