masih dihari yang sama, bedanya saat ini tiba-tiba saja turun hujan yang sangat lebat membuat perjalanan Aslan sedikit terganggu karena sesekali air hujan yang turun mengenai mata nya dan menimbulkan rasa pedih disana.
saat ini waktu menunjukkan pukul 3 sore, memang pada dasarnya hujan selalu datang di penghujung hari. mengingat kalau saat ini memasuki musim gugur dimana hujan dan badai akan datang secara tiba-tiba. namun itu bukan masalah bagi Aslan karena ada satu masalah yang lebih besar tengah menunggunya untuk diselesaikan.
setelah berjam-jam menempuh perjalanan, akhirnya Aslan sampai ditempat tujuannya. tak lupa ia juga menggunakan mantel hitam yang panjangnya sampai menutupi kaki dan sebuah topi hitam yang juga menutupi wajahnya. yah itu semua hanya untuk kedoknya saja.
Aslan berdiri tepat di depan pintu masuk kediaman Axxarell, tanpa ragu ia mulai mengetuk pintu tersebut dengan sangat keras, berharap seseorang membukanya.
sesuai dengan harapannya, pintu besar nan mewah itu terbuka dengan sendirinya, dan menampakkan seorang bocah dan juga seorang pria tinggi dibelakangnya.
"ya?.. ada apa?" tanya bocah tersebut dengan nada yang ramah juga ekspresi yang tersenyum. berbanding terbalik dengan pria yang berada dibelakangnya, ia malah memasang raut wajah yang sebaliknya.
"aku seorang pengelana, bolehkah aku tinggal disini sebentar? hanya sampai hujan nya reda.." jawab Aslan.
tanpa babibu, bocah tersebut menerimanya dengan suasana hati yang girang. anak itu lalu menarik lengan kanan Aslan dan membawa nya masuk kedalam mansion bernuansa emas miliknya.
"Tuan pengelana boleh tinggal disini sampai kapan pun... aku senang karena kehadiran tamu.." ujarnya setelah membawa Aslan masuk kedalam. kini bocah itu tengah bergelayut manja di lengan kanan Aslan, ekspresi nya sama sekali tak berubah.
"vandero! siapkan kamar untuknya.. aku akan menyuruh yang lain untuk menyiapkan makanan..." titah bocah itu pada pria tinggi tadi yang selalu berada dibelakangnya, sejurus kemudian, bocah itu pergi entah kemana.
Vandero - pria tinggi yang ternyata pelayan setia dari bocah tersebut, menuntun Aslan menuju sebuah ruangan yang memang di khususkan untuk para tamu. ruangan dengan fasilitas yang sangat lengkap.
"silahkan... ini kuncinya.." ujar vandero kemudian memberikan sebuah kunci perunggu pada Aslan, pun Aslan menerima nya dengan senang hati.
"kalau begitu... selamat beristirahat.." vandero menunduk dan memilih menyudahi pembicaraan. Aslan juga melakukan hal yang sama dan segera masuk kedalam kamar tamu.
"ada yang aneh dengannya..." batin vandero saat melihat gerak gerik Aslan yang menurutnya aneh serta mencurigakan.
° . ><><><> ⊹ - ⊹ <><><>< . °
Aslan tengah duduk di pinggiran ranjang, ia masih menggunakan mantel basah dan topinya. lagipula tujuannya kesini bukan untuk bertamu, toh setelah hujan reda ia akan pergi lagi. namun sebelum hujan reda, ia harus mencuri sesuatu dirumah ini.saat tengah bergelut dengan pikirannya, Aslan dikejutkan dengan suara ketukan dari arah pintu. pun daun pintu tersebut terbuka sedikit menampakkan seseorang sedang membawa nampan berisi semangkuk sup dan segelas teh hangat.
"tuan pengelana, ini makanlah.." ujar seseorang itu lalu masuk dan meletakkan nampan nya diatas nakas. setelah itu ia mendudukkan diri disebelah Aslan dengan mata yang berbinar-binar.
"Tuan pengelana, tidak merasa kesepian?.. bagaimana rasanya tersesat dan tak punya tujuan?.." tanyanya dengan nada lembut namun terkesan mengejek khas nya. Aslan melirik kearahnya, ia memicingkan matanya kearah bocah itu.
"oh ya kita belum sempat berkenalan... aku Gaffrion Axxarell semua yang ada dirumah ini memanggilku 'tuan muda'. dan namamu?"
"Jeremy der jagër..." Gaffrion tersenyum saat mendengar nama si tuan pengelana. itu bahasa jerman, terlihat dari cara penyebutan nya. asal kalian tahu saja, Gaffrion sangat ahli dalam bahasa jerman, maka dari itu ia tersenyum karena menurutnya, arti nama dari si tuan pengelana sangat lucu.
"der jagër..." ujarnya dengan lantang disertai kekehan ringan. tentu saja hal itu membuat Aslan kebingungan.
"jadi.. apa yang kau buru disini?.. Jeremy si pemburu..?" Aslan terkejut saat gaffrion menerjemahkan apa yang ia sebutkan tadi. kalau tahu begini, lebih baik dia menggunakan bahasa prancis.
"itu memang namaku, ngomong-ngomong bukankah anda pengusaha teh terbesar di kota ini? kalau di izinkan, bolehkah saya melihat, teh apa saja yang anda produksi?.." tanpa pikir panjang, gaffrion mengabulkan permintaan Aslan. bocah itu lalu mengajak Aslan pergi ke ruang bawah tanah dimana semua bahan mentah teh ada disana.
"silahkan dilihat-lihat.." mereka memasuki ruang bawah tanah yang gelap gulita. hanya cahaya lilin saja yang menerangi jalan mereka.
"ini adalah barisan teh melati, dan disana barisan teh hijau-" disela gaffrion menjelaskan jenis-jenis teh, Aslan mencium sesuatu yang berhubungan dengan tuan mudanya, seketika pandangan Aslan tertuju pada sebuah kotak teh bergambar dewi bulan.
"apa itu moon drop tea?" gaffrion melirik kearah kotak teh yang ditunjukkan oleh Aslan. pria muda itu tersenyum jahil kearahnya.
"ah itu rahasia... tapi karena aku menyukaimu, jadi akan ku beri tahu.." setelah berkata demikian, gaffrion segera menghampiri kotak teh tersebut lalu membawanya kehadapan Aslan.
"lihat... blue sapphire yang ku curi dari seseorang... tahu tidak? ini bukan sekedar cincin biasa, didalamnya ada jiwa dan separuh ingatan seseorang, sangat menyenangkan bukan?..." jelasnya setelah membuka kotak teh tersebut yang ternyata didalamnya terdapat benda yang Aslan cari.
"sangat berkilauan ya.." ujar Aslan basa-basi, saat ini ia sedang memikirkan cara untuk mengambil cincin itu tanpa ada perseteruan. tentu saja langkah yang pertama, ia harus mendapatkan hati bocah itu.
entah angin atau karena sesuatu, lilin yang menerangi ruangan gelap gulita itu tiba-tiba saja mati.
"ah gelap.. tuan pengelana, tolong pegang kotak ini dulu. aku akan mencari korek apinya.." gaffrion memberikan kotak teh nya pada Aslan, sementara ia mencari korek api untuk menyalahkan lilinnya kembali.
"beruntung.." batin Aslan, selagi bocah Axxarell itu sibuk mencari korek api, secara diam-diam Aslan membuka kotaknya dan mengambil cincin itu.
namun aksinya terhenti ketika manik matanya menangkap sosok Vandero di ambang pintu sana sedang membawa lilin yang menyala.
"lama tak jumpa, Aslan Andromeda.." panggilnya seraya memasang wajah yang datar. mendengar namanya di sebut, tentu saja Aslan terkejut bukan main.
Vandero menghampiri Aslan yang masih tertegun. lengan kekar miliknya merobek mantel hitam yang sedari tadi membalut tubuh Aslan, topi hitamnya juga ikut terjatuh dan mengekspos wajah yang selama ini ia tutupi.
"wah wah... sepertinya aku payah dalam hal menyamar, bukan begitu? Vandero.." ledek Aslan disertai senyuman meremehkan.
"kembalikan cincin yang kau curi.."
"tidak, terimakasih."
gaffrion yang mendengar suara gaduh di arah pintu sana, buru-buru pergi untuk melihatnya. begitu sampai sampai disana, bola manik miliknya menangkap dua sosok pria tinggi sedang beradu argumen.
sangat menyenangkan menyaksikan dua orang dewasa sedang beradu argumen. hal seperti ini tidak boleh terlewatkan.
_____________________
- To Be Continue -
maaf ngawur lagi...
but HYLT yo...
© reggpaw___
KAMU SEDANG MEMBACA
Make A Contract With Devil [ NOREN ]✔ Revisi.
FanfictionLion hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah mansion megah di inggris. Namun pada ulang tahunnya yang ke- 7, kedua orang tuanya, anjing peliharaan, serta singa pemberian pamanya mati dibunuh dan mansion tempat tinggalnya dibakar. Sementara ia di...