36 - conversation .

75 13 1
                                    

Aroma Lion semakin kuat, arahnya berasal dari luar mansion atau lebih tepatnya di halaman belakang. pun Aslan dan Adisca segera pergi kesana.

benar saja, tuan mudanya itu ada di halaman belakang. samar kedua netra berbeda warna itu menangkap sosok wanita yang sedang berbicara dengan Lion. benak keduanya dipenuhi oleh tanda tanya saat melihat wanita tersebut. siapa dia?.

“berduaan di tempat redup seperti ini.. apa yang mereka lakukan?...” ujar adisca dengan suara yang pelan, nada bicaranya naik satu oktav. ia mulai terbakar api cemburu. karena kesal Adisca memutuskan untuk mendekati Lion dan wanita itu, namun sebelum itu terjadi Aslan segera menahannya.

“nanti kita ketahuan..” bisik Aslan dengan jari telunjuk yang menempel di bibirnya, mengisyaratkan Adisca untuk diam.

“tapi...” rengek gadis itu dengan tatapan yang marah. pun Aslan menatapnya dengan intens membuat adisca menyerah dan mengikuti perkataannya.

diam-diam mereka mendekat dan bersembunyi disekitar tempat Lion berdiri guna mendengar, hal apa yang Lion dan wanita itu bicarakan.

b--bukan begitu!!” teriak Hannah saat dirinya disebut sebagai seekor anjing oleh Lion. tentu saja dia tak terima.

aku hanya– aku tak mau jadi tokoh utama didalam hidupku!” lanjutnya sedikit berteriak, membuat Lion terhenyak.

Lion terkekeh saat mendengar apa yang Hannah ucapkan. menurutnya ucapan Hannah itu sangat lucu.

“karena masalah selalu datang jika kau menjadi tokoh utama di kehidupan mu! aku tidak ingin masalah tersebut! dari pada menjadi tokoh utama, aku lebih suka menjadi tokoh penolong di kehidupan orang lain... membantu mereka dengan sekuat tenaga, bukankah itu bagus?! lagipula manusia itu harus berguna untuk manusia yang lainnya, jadi–” kalimatnya terpotong karena mendengar helaan nafas kasar yang keluar dari mulut Lion. anak itu melipat kedua tangannya didepan dada.

“kau ini bodoh ya?! memang pada dasarnya masalah itu ada untuk diselesaikan bukan dihindari. juga hidupmu itu terserah padamu, bukan tentang tokoh utama atau bukan... memang menolong itu bagus, tapi jangan sampai kau dimanfaatkan juga!. dan lagi, tak semua orang suka diberi pertolongan. beberapa dari mereka pasti menganggap mu ikut campur dengan urusannya... ah sangat sulit menjelaskannya..” jelasnya panjang lebar yang di akhiri dengan mengangkat bahu acuh.

mendengar penjelasan dari Lion, kini Hannah mengerti, kalau hidup itu memang rumit. pada akhirnya gadis itu menitikkan air mata. ia berjalan mendekati Lion, Hannah menyandarkan kepalanya di dada Lion. pun dengan refleks, Lion mengelus surai pirang miliknya.

“terimakasih...” ujarnya disela isak tangisnya. Lion hanya mengangguk pelan sebagai jawabannya.

Adisca yang melihat hal tersebut sudah tak bisa menahan rasa kesalnya. ia segera keluar dari persembunyiannya dan menghampiri Lion dengan tangan yang mengepal, seperti ada aura hitam yang keluar dari dirinya. Aslan hanya bisa pasrah melihat Adisca yang seperti itu.

LION!!” mendengar namanya dipanggil dengan nada yang tak mengenakan, Lion segera mendorong Hannah untuk menjauh darinya. pun ia mengalihkan perhatian pada sumber suara tersebut.

gadis berkostum cinderella dengan tangan yang mengepal serta langkah kaki yang tergesa, juga raut wajah yang penuh amarah itu menghampirinya. sebelum gadis itu semakin mendekat, Hannah sempat bertanya.

“siapa dia?..” tanyanya pelan dengan wajah yang binggung. Lion menggaruk tengkuknya yang tak gatal. pemuda itu menjawab dengan acuh tak acuh.

my problem...”

Hannah semakin bingung dengan jawaban yang Lion berikan, namun ia hanya mengangguk kaku. disaat yang bertepatan pula, Adisca sudah berdiri tepat dihadapan mereka dengan raut wajah yang sama sekali tak berubah.

Adisca menatap Hannah dengan tatapan yang mematikan. “sialan... apa-apaan tadi?.. memeluk kekasih orang...” umpat adisca namun dengan nada yang bergumam. bisa mati dia kalau Lion mendengarnya mengumpat.

melihat hal itu, Lion langsung turun tangan, lantas menepuk bahu Adisca lalu menunjukkan senyum termanis nya pada gadis itu.

your my first and last...” ujarnya kemudian mengelus surai cokelat milik Adisca. Niatnya memarahi Lion musnah begitu saja ketika mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut pemuda itu, apalagi senyuman yang Lion berikan pada nya, benar-benar membuat hatinya kembali teduh.

“benarkah itu tuan singa?!..” wajah yang semulanya marah, kini berubah menjadi ceria. kedua lengan berbalut sarung tangan biru transparan itu berhasil memeluk tubuh kurus Lion. ini terdengar murahan, tapi Adisca senang dengan apa yang Lion ucapkan tadi.

“pulang sana! aku masih ada urusan disini” titah Lion dengan nada yang dingin dan tatapan yang dingin pula. sepertinya sifat asli Lion sudah kembali. Adisca hanya mengangguk, gadis itu masih dalam mode ceria-nya. dengan senang hati, Adisca melepaskan pelukannya dan kembali pergi ke main hall.

“semudah itu...” pikir Aslan yang masih bersembunyi. tak lama, Aslan-pun  menampakkan batang hidungnya.


° . <> ⊹ — ⊹ <> . °

setelah pesta usai, suasana mansion menjadi sepi seperti biasanya. menyisakan sisa-sisa sampah dan makanan. kotor sekali.

hiasan yang tadinya terlihat cantik, kini tidak lagi. para pelayan mencopot semua hiasan tersebut, juga mereka tengah membersihkan ruangan yang berantakan itu.

berbeda dengan mereka yang sedang sibuk bersih-bersih, Gaffrion malah sibuk mondar-mandir tak jelas, anak itu sedang memikirkan rencananya berhasil atau tidak. jika berhasil, 100% itu adalah berkat dirinya. dan jika gagal, 100% itu adalah kesalahan ‘si bodoh Hannah’ .

bertepatan dengan itu, Hannah datang menampakkan diri dihadapan tuan mudanya. raut wajah gelisah ia tunjukkan. ia takut pemuda yang ada dihadapan nya itu marah jika tahu kalau dirinya gagal menjalankan tugas, akibatnya ia akan mendapatkan hukuman. lagi.

Gaffrion berhenti dari aktifitas mondar-madir nya ketika mendapati sosok Hannah yang sedang menundukkan kepala dihadapannya.

“bagaimana?!..” tanyanya dengan senyum semringah. terlihat dari pancaran mata nya, kalau ia menaruh harapan pada gadis dihadapan nya itu.

“maafkan saya.. kali ini saya gagal lagi...”

senyum Gaffrion perlahan memudar. tangannya mengepal sampai buku-buku jarinya memutih. pun Hannah menutup mata lamat-lamat, bersiap untuk diberi hukuman.

namun sepertinya tak terjadi apa-apa pada dirinya. Gaffrion tak melakukan apapun, saat ini dia tengah terduduk di single sofa. raut wajah anak itu sama sekali tak berubah.

“tak apa... kita undang dia lagi minggu depan...” gumam nya namun sempat terdengar oleh Hannah.

_________________________

To Be Continue. . .

hope you like that
sorry for all mistake.

© reggpaw___

Make A Contract With Devil  [ NOREN ]✔ Revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang