London, 16 January 1905
_________________________Sejak kejadian 7 tahun lalu, untuk saat ini, London kembali aman dan damai. Mungkin. Karena selama ini, laporan kasus yang kami hanyalah kasus kecil. Seperti mencari kucing yang hilang, dan sebagainya. Sangat tidak penting menurutku.
Juga, bocah bernama Alvino Deluxie dan yang ku tahu pelayan pribadinya Alexander Lubis sempat masuk penjara, hanya 5 tahun saja, karena kasus mereka tergolong kasus yang cukup ringan. Dan motiv mereka menculik para gadis itu juga tidak jelas. Yang mereka bilang hanya untuk kesenangan, lagi pula para mannequin itu masih hidup, dan masih dalam keadaan baik. Tidak ditemukan adanya perlakuan kekerasan atau semacamnya.
Dan kini Alvino Deluxie dan pelayannya itu tinggal di mansion ku, entahlah aku merasa iba dan kasihan pada nya, semenjak toko sekaligus tempat tinggalnya yang sederhana itu di hancurkan atas perintah Sang Ratu, bukankah sesama yatim piatu harus saling membantu? Lagi pula dia kakak kandung ku, sangat tidak etis jika menelantarkan keluarga sendiri.
Saat ini, aku sedang mengecek dokumen yang silih berdatangan, tak hanya dokumen saja, di atas meja nakas ku juga banyak surat-surat penting dan tak penting. Beberapa dari surat itu berisi pengaduan, ada juga surat undangan, dan yang paling tidak penting menurutku adalah surat cinta dari para putri bangsawan. Sangat menggelikan. Anehnya kenapa surat itu bisa sampai kesini..
Saat tengah memilah dokumen-dokumen, aku mendengar suara ketukan dari arah pintu ruang kerjaku. Tanpa menoleh kearah sumber suara tersebut, aku langsung berteriak mengizinkan seseorang dibalik pintu sana untuk masuk.
"Masuk!" seruku. Pintu terbuka dan menampakkan Aslan yang tengah membawa nampan emas berisi secarik surat. Ia masuk lalu berdiri tepat dihadapan ku.
"Ada apa?" tanya ku padanya tanpa menghentikan kegiatanku, bisa ku lihat ia tengah tersenyum kearah ku, lalu ia menjawab pertanyaan ku barusan. Kebiasaan seorang Aslan. Ia selalu tersenyum sebelum berbicara atau menjawab pertanyaan. Hal itu cukup aneh menurutku.
Aslan menarik nafas sebelum akhirnya menjawab.
"Kau memiliki masalah baru yang harus ditangani Tuan muda. Banyak para penjudi disini yang—" sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, aku menguap dengan sedikit mengeluarkan suara. Sekelebat, dapat kulihat wajahnya yang langsung berubah masam."Bukankah itu hal lumrah disini?" potongku lalu menopang dagu dan menatap kearahnya dengan tatapan sayu dan juga smirk. Pria yang kini berumur 27 tahun itu menghela nafas kasar.
Kadang, terasa sangat menyenangkan saat menggoda Aslan dengan menguji kesabarannya. Aku selalu ingin tahu mimik wajah apa yang akan ia tunjukkan, kalau aku terus menguji kesabarannya. Menurutku, Aslan adalah pria bermuka dua. Iya, muka dua. Dia hanya punya 2 ekspresi wajah. Tersenyum dan wajah datar.
"Tuan muda, tolong dengarkan aku sampai akhir." tegasnya namun tetap tersenyum. Bukankah ia aneh? mana ada iblis sesabar itu.
Aslan meletakkan nampannya tak jauh dari meja nakas ku. Lalu ia kembali berdiri tepat dihadapanku lagi. "Asal kau tahu, bukan uang yang mereka taruhkan, Tetapi perempuan dibawah umur. Mereka akan mengadakan pesta setiap tahunnya, guna memancing para perempuan itu, dengan iming-iming perhiasan dan kekayaan. Setelah mereka mendapatkan para perempuan tersebut, mereka akan menyetubuhinya. Sedikit nyeleneh menurutku." jelasnya panjang lebar.
Aku merenung sejenak saat mendengar penjelasan dari Aslan, pena yang ku genggam saat ini, aku ketuk-ketukan di atas meja. Hmm... Pedofil mesum ya?...
° × . ‿‿.‿‿.‿‿.‿‿.‿‿.‿‿ . × °
Saat ini Lion dan Aslan tengah menuruni anak tangga menuju lantai satu. Mereka berdua sedang membicarakan tentang rumor yang kini tengah menjadi buah bibir semua orang. Sesampainya di lantai satu, Lion menghampiri sofa empuk nan mewah berwarna putih dan bercorak mawar emas yang terletak tak jauh darinya. Segera, tubuh rampingnya itu ia rebahkan diatas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make A Contract With Devil [ NOREN ]✔ Revisi.
FanfictionLion hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah mansion megah di inggris. Namun pada ulang tahunnya yang ke- 7, kedua orang tuanya, anjing peliharaan, serta singa pemberian pamanya mati dibunuh dan mansion tempat tinggalnya dibakar. Sementara ia di...