Setelah Aslan membaca isi kertas tersebut, atensi mereka bertiga langsung tertuju pada gang kecil yang memang terletak di sebrang alun-alun sana. Tanpa bertele-tele, Lion langsung berlari menghampiri gang tersebut, disusul oleh Aslan dan Paula.
Dengan langkah yang terburu-buru juga nafas yang terengah-engah, ia berusaha menuju gang kecil tersebut, tapi entah kenapa ia rasa dirinya seperti berlari ditempat tanpa bergerak. Namun ia tak menyerah begitu saja, Lion langsung memasuki gang tersebut dan kembali berlari.
Satu kata yang menggambarkan jalan sempit ini. Gelap. Tak ada penerangan yang masuk. Ia terhenti sejenak, melirik kearah belakang dan mendapati Aslan dan Paula yang tengah berlari menghampiri nya. Setelahnya, mereka bertiga berhenti untuk menetralkan nafas mereka.
Mereka melanjutkan perjalan menyusuri gang sempit tersebut dengan berjalan. Hening, bahkan saking hening nya, hanya suara derapan kaki mereka yang mengisi keheningan. Tak lama kemudian mereka akhirnya sampai di penghujung gang.
Tiga pasang netra berbeda warna itu membulat sempurna saat mendapati sebuah toko indah yang memajangkan deretan mannequin anak-anak. Hanya anak-anak, dan semua mannequin tersebut hanya perempuan.
Mereka terdiam di depan toko tersebut. Aslan menghela nafas panjang, tangannya ia letakkan di dagunya, keningnya ia kerut kan. "Apakah ini yang dimaksud 'mati mematung' ?" celetuk Aslan yang langsung mendapatkan tatapan serius dari keduanya. Insting iblis nya tiba-tiba bangkit. Netra coklat miliknya kini berubah menjadi warna merah menyala, Aslan menyeringai kesenangan, ia merasakan aura yang sama seperti dirinya. "Ini menarik.." gumamnya.
Dengan seringai yang masih setia terukir di wajahnya, Aslan melangkahkan kaki jenjangnya itu menuju pintu masuk toko tersebut. Tanpa rasa ragu ia langsung menendang pintu tersebut dengan keras.
Melihat tindakan Aslan yang seperti itu, ditambah senyuman yang menyeringai, membuat Lion dan Paula bergidik ngeri dibuatnya.Begitu pintu terbuka, mereka bertiga mendapati seorang pria dengan setelan jas serba hitam. Seolah tahu kalau Aslan dan yang lainnya akan datang, pria itu melebarkan kedua lengannya guna menyambut mereka bertiga. Ia menunduk memberi hormat lalu tersenyum kearah Aslan dan yang lainnya.
Aslan menatap ke arah pria itu dengan wajah yang datar dan mata yang memicing. Melihat reaksi yang Aslan berikan, pria itu tersenyum lebar ke arahnya.
Pria itu berjalan menghampiri mereka bertiga, yang masih terdiam di ambang pintu."Ah kalian datang." sambut si pria berjas hitam pada Aslan dan yang lainnya, senyum renyah ia tujukan pada mereka bertiga. Pun Aslan membalas senyuman itu dengan senyuman menyeringai.
Aura hitam menyelimuti seluruh tubuh Aslan, melihat hal itu, pria berjas hitam tersebut mengangguk pelan sembari tersenyum. Akhirnya ia bertemu dengan makhluk yang sama dengan dirinya-iblis-
Aslan kembali menghela nafas. Ia melirik ke arah pria yang berada tepat dihadapannya itu. "Ehh.. kau hebat dalam berkarya, menipu semua orang dengan Mannequin hidup buatan mu. licik sekali." puji Aslan dengan nada bicara yang halus. Lion yang mendengar pernyataan dari Aslan, membulatkan kedua bola matanya dengan alis yang terangkat ke atas juga mulutnya sedikit menganga.
"Hidup?" tukas nya, tak percaya dengan perkataan yang Aslan katakan.
"Ya, inilah alasan kenapa banyak anak gadis yang hilang akhir-akhir ini." Lion melirik kearah si pria berjas hitam itu sejenak, lalu kembali menatap Aslan.
"Iblis yang berada dihadapan ku lah yang melakukan nya." Aslan melanjutkan kalimatnya dengan nada yang datar. Aslan berbalik kebelakang, mensejajarkan tingginya dengan bocah Luxury yang masih setia dengan ekspresi terkejut nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make A Contract With Devil [ NOREN ]✔ Revisi.
ФанфикLion hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah mansion megah di inggris. Namun pada ulang tahunnya yang ke- 7, kedua orang tuanya, anjing peliharaan, serta singa pemberian pamanya mati dibunuh dan mansion tempat tinggalnya dibakar. Sementara ia di...