Sedangkan di sudut kantin sana, seorang cowo dari tadi memperhatikan Naira, dia mengangkat sedikit ujung bibirnya,
'manis' batinnya.
Temennya yang sadar akan kejadian itu, langsung heboh seketika. "DEMI APA? SI REVAN TADI SENYUM GUYSSSS" ucapnya dengan nada yang sangat sangat lebay.
"Lebay lu nyet" ucap Reza menoyor kepala Septi.
"kenapa lo Van?" Tanya Angga, yang paling kalem antara mereka berlima.
Ya, cowo yang dari tadi memperhatikan Naira adalah Revan, lebih tepatnya Revano Putra William. Pewaris tunggal SMA I Airlangga.
Revan menoleh sebentar ke arah Angga, "gapapa" jawabnya singkat, terkesan dingin.
"Heh! Ngapain lu ambil bakso gua hah!?" Teriak Rezi menoleh ke arah Septi. Rezi itu bukanlah kembarannya Reza, hanya saja nama mereka hampir sama.
"Lah kapan gue ambil bakso lu?" Tanya yang di tuduh itu dengan muka sok polos.
"Jujur atau gue pites lu" ucapnya mengancam.
"Ya mangap zi, khilap gue" ucapnya cengingiran.
"Maaf woii" teriak Angga yang dari tadi melihat pertengkaran absurd itu.
Di pintu kantin itu, Naira dan ketiga temennya masih berdiri disana, tatapan mereka menyapu semua sudut kantin. Hingga berhenti di satu sudut, hanya itu meja yang kosong, dan letaknya itu tak jauh dari meja inti geng Vanostra, geng yang di dirikan oleh Revan sejak 2 tahun yang lalu.
"Jadi, siapa nih yang pesen?" Tanya Naira
"Karna lo anak baru, jadi biar gue sama si Aluna aja yang pesen" jawab Gwen, kemudian langsung menarik tangan Aluna tanpa menunggu jawabannya.
"Gwen, kan aku sama Keysha belum pesen" teriak Naira pelan.
Dan teriakan itu mengalihkan pandangan inti geng Vanostra.
"Nj*r ada bidadari nih" celetuk Septi, memandang Naira tanpa kedip. Dan kejadian itu membuat ketua Vanostra sedikit marah, dia tidak tau kenapa itu terjadi. Apakah dia..... cemburu?
Naira yang ditatap banyak lelaki, menunduk malu. Keysha yang melihat itu hanya tersenyum kecil, dia merasa nyaman di samping gadis hijabers ini.
"Berasa di surga gue" lanjutnya Septi lagi.
"SADAR NYETT, ZINA MATA WOII" teriak Reza meraup wajah Septi dengan tangannya itu.
"Kenapa Nai?" Tanya Aluna yang mendengar teriakan Naira tadi.
"Aku sama Keysha belum pesan" cicit Naira.
"Astaga, lupa gue" ucapnya lalu menepuk keningnya.
"Aku mau pesen mie ayam, minum nya es teh anget" ucapnya antusias.
Aluna memasang wajah cengo mendengar penuturan Naira, kata katanya tadi? Es teh anget? Teh pakek es tapi anget? Gila atau bagaimana nih anak?
"Ehh maksudnya es teh manis hehehee" ucapnya memasang muka polosnya.
"Samain" celutuk Keysha, singkat.
Aluna langsung berlalu menuju Gwen yang menunggu nya disamping stan makanan. Dan tak lama kemudian keduanya datang menghampiri Naira dengan membawa nampan berisi pesanan kedua temennya itu. Mereka langsung memakan makanannya hingga tandas. Tak lama setelah makan, bel masuk pun berbunyi. Keempatnya langsung keluar dari kantin menuju kelasnya, dengan sesekali melempar candaan.
Ternyata hari ini kelas mereka jamkos, guru yang bersangkutan tidak bisa hadir. Keysha memilih tidur di kelas, sedangkan Gwen, Aluna dan Naira berjalan menuju samping lapangan. Ternyata ada siswa kelas tiga yang bermain basket.
Naira memperhatikan siswa itu dengan seksama, hingga pandangnya jatuh pada seseorang,
'Deg'
Jantungnya berpacu lebih cepat ketika melihat orang yang dia perhatikan juga melihat ke arahnya. Dia langsung membuang muka, sangking gugupnya.
Sedangkan yang ditatapnya itu hanya tersenyum kecil, bahkan sangat kecil, hingga tak ada satupun yang mengetahui itu.
Yang menjadi perhatian Naira tadi itu ialah Revan, ketua Vanostra.
Dari sisi lain, Revan melihat cowo seangkatannya berjalan menuju Naira.
"Haiii" sapa cowo itu.
"Hai juga kak" hanya Aluna dan Gwen yang membalas sapaan itu, sedangkan Naira hanya tersenyum kecil.
Revan memandang tajam pria itu, lengan dikedua sisi tubuhnya itu tergempal keras. Dia tidak tau itu perasaan apa.
"Lo anak baru yah?" Tanya cowo itu
"Iya kak" cicit Naira.
"Kenalin, gue Bayu" ujar Bayu memperkenalkan dirinya seraya menjulurkan tangannya ke arah Naira
"Naira kak" ucapnya menangkupkan kedua tangan di dada. Revan yang melihat itu hanya tersenyum miring. Sedangkan Bayu, menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.
"BAYU WOII JANGAN KEASIKAN GODA CEWE LU, CEPETAN KESINI. BISA-BISA KALAH KITA" teriak seorang pria, sepertinya anggota tim nya Bayu. Bayu mendengus pelan mendengar teriakan Andra, temennya.
"Yaudah, gue duluan yah" pamitnya pada ketiga gadis cantik itu.
Ketiga nya hanya mengangguk. "Kak Bayu ganteng yah?" Tanya Aluna dan mendapatkan persetujuan dari Naira dan Gwen. Naira akui, jika Bayu itu memang tampan, tapi entah kenapa perhatian nya sudah teralihkan ke seseorang yang namanya saja belum dia ketahui.
"Tapi menurut gue lebih ganteng kak Revan sih" ujar Gwen santai.
"Kak Revan? Siapa?" Tanya Naira penasaran akan nama itu.
"Iya kak Revan, lebih tepatnya Revano Putra William"
'William? Berarti anak pemilik sekolah dong' ucapnya membatin.
"Yang mana?" Naira mulai kepo.
"Nohh yang itu orangnya" ucap Gwen menunjuk seorang pria yang sedang bermain basket itu.
'jadi, namanya Revan' Naira kembali membatin. Dia tersenyum melihat cowo itu, alisnya yang tebal, bibir yang pink alami, seperti nya dia tak pernah merokok, tubuhnya yang tinggi, hidung mancung, kulit putih, maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kau dustakan?.
"Astaga, Lo udah gila Nai?" Tanya Gwen histeris
"Hah!? Gila? Siapa yang gila?" Naira kembali bertanya dengan nada kesal.
"Ya Lo lah" ucapnya santai.
"Ihhh ngga yah, aku tuh masih waras"
"Iki tih misih wiris" ejek Gwen mengikuti cara ngomongnya Naira.
Naira yang kesel melihat itu berlalu ke kelas dengan menghentakkan kakinya. Disusul oleh kedua temennya itu dengan tertawa keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANRA {TERBIT}
Teen Fiction"kita dipertemukan bukan untuk dipersatukan" Sabilla Naira Arumi "Terimakasih telah hadir, walaupun bukan takdir" Revano Putra William LENGKAP VERSI WATTPAD Rank🏅 #1 in Septi /12-5-22 #1 in Hijabers/23-6-22 #1 in Naira /2-7-22 #1 in Islami /28-8-2...