"Sayang, bangun. Sebentar lagi udah asar nih" ucap seorang wanita, membangunkan seorang gadis
"Umi?" Tanya gadis itu, lalu mengucek matanya.
"Jangan di ucek sayang, nanti matanya merah" tegur nya dengan nada lembut.
"Iya umi" ucap Naira tersenyum.
"Jangan tidur lagi, langsung mandi terus shalat ashar. Umi dan yang lain tunggu di mushalla bawah" titah umi nya
"Siap komandan" seru nya memberi hormat, seperti seorang prajurit.
Sarah hanya menggeleng kepalanya melihat gadis bungsunya ini. Dia langsung berlalu menuju pintu untuk keluarga dari kamar putri nya.
Naira langsung berlari ke kamar mandi. Setalah bersiap-siap, Naira turun menghampiri keluarga nya yang menunggu kedatangannya di mushalla kecil itu
"Allahu Akbar" takbir Abrisam memulai shalat.
Keempatnya shalat dengan khusyuk, air mata Naira keluar setetes. Dia sangat bersyukur dilahirkan dalam keluarga ini, Abi dan umi nya yang selalu mengajarkan agama, juga Abang nya yang tak pernah lupa selalu menasehatinya. Sungguh, dia sangat menyayangi mereka, dan dia takkan pernah mengecewakan mereka, in syaa Allah.
"Assalamu'alaikum warahmatullah" ucap Abrisam menoleh ke kanan, lalu ke kiri. Diikuti oleh makmum di belakangnya.
Keempatnya langsung mengangkat kedua tangan nya, dan meng-Aamiin-kan do'a Abrisam.
Setelah selesai shalat dan berdo'a, Naira berlalu menuju kamarnya untuk mengganti mukenanya. Dia keluar menuju ruang makan dengan hijab nya. Dia memang diajarkan berhijab dari kecil. Karna itu memang kewajiban setiap muslimah. Dia juga inget pesan umi, jika keluar kamar tetap harus pakai jilbab, takutnya nanti ada tamu yang datang, dan tak sempat memakai nya.
"Umi, Naira ngga laper, jadi Naira ngemil aja yah" bujuk Naira memasangkan puppy eyes nya
"Ngga boleh, nanti lambungnya sakit lagi. Emang mau masuk rumah sakit lagi?" Ancam umi
"Ummiii" rengek nya
"Yaudah, nanti kalo laper, langsung makan"
"Siap 45 buk bos" ucapnya semangat.
"Yaudah, Naira ke ruang tv dulu yah, mau ngemil" kata Naira disertai cengiran khasnya.
Dia langsung berlalu menuju ruang tv dengan beberapa snacks kesukaannya.
"Naira ngga makan mi?" Tanya Zaki ketika melihat Naira di ruang tv.
"Katanya, dia ngga laper, jadi mau ngemil dulu"
Zaki hanya menganggukkan kepalanya dan duduk menunggu Abi nya. Kemudian ketiga nya langsung makan.
"Alhamdulillah" ucap ketiganya mengakhiri makan.
"Naira kemana umi? Abi mau bicara" tanya Abi kepada umi yang sedang membereskan piring.
Sarah mendongak untuk melihat suaminya, "Naira di ruang tv bi" ucapnya kemudian berlalu ke dapur membawa piring kotor, dibantu oleh Zaki.
"Naira" panggil Abrisam lalu duduk di samping Naira yang sedang asik dengan cemilannya itu.
"Ehh Abi"
"Kenapa bi?" Tanya nya
"Abi mau bahas tentang sekolah kamu" ucapnya mengelus kepala Naira yang tertutup kain itu
Naira berbinar mendengar nya.
"Abi sudah daftarin kamu di SMA I Airlangga, sekolah itu punya sahabat Abi"
"Beneran bi?" Tanya nya antusias
"Beneran sayang, mulai besok kamu masuk sekolah."
"Yeeyyy... makasih Abi" teriaknya lalu memeluk abinya.
"Abang ngga dipeluk nih?" Tanya Zaki setelah duduk di samping Naira
"Ngga mau, Abang bau" tolak Naira tertawa
"Heh! Enak aja, Abang tuh wangi tau, emangnya kamu apa" ucap Zaki mendilik tajam.
"Idihhhhh, Naira wangi tau, wlekk" ucap nya meleletkan lidah
Abrisam tersenyum melihat kedua anaknya itu. Dia bersyukur memiliki anak seperti Zaki dan Naira.
"Yaudah, kalian masuk kamar gih. Jangan lupa muroja'ah dan belajar. Nanti pas 'isya, Zaki ikut Abi ke masjid. Naira shalat jama'ah sama umi" perintah Abi
"Siap kapten" seru keduanya.
Zaki menggenggam tangan Naira menuju kamar masing-masing.
"Idih ngapain pegang tangan Naira?"
" Lah emang kenapa?" Tanyanya bingung
"Berasa banget jomblo nya bang" ucapnya lalu tertawa, lebih tepatnya menertawai Abang nya.
"Yaudah, besok gue nikah" balasnya asal.
"Hah!? Abang mau nikah? ABII ABANG KATANYA MAU NIKAH" teriak nya kencang. Naira langsung berlari ketika melihat muka Abangnya yang sudah merah, karna menahan kesal. Dia mengunci pintu kamarnya lalu tertawa disana.
Naira menghentikan tawanya ketika mendengar shalawat yang terlantun dari ponselnya.
Tertera nama Rahmi di ponselnya itu. Dia langsung mengangkatnya, dan berceloteh ria bersama sahabat yang dirindukannya itu, baru sehari ngga ketemu aja udah rindu, bagaimana kalo setahun?
Naira langsung mengakhiri panggilan itu ketika mendengar azan 'isya berkumandang. Dia bergegas berwudhu dan menyusul umi nya di mushalla rumah mereka.
Sarah mengimami shalat 'isya dengan khusyuk nya. Hingga akhirnya terdengar salam dari nya.
"Assalamu'alaikum warahmatullah" ucapnya menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu disusul oleh Naira.
Naira menggapai tangan uminya, lalu menciumnya dengan lembut.
"Umi, terimakasih karna telah menjaga Naira sampai sekarang, terimakasih atas ilmu yang umi ajari. Naira bersyukur sama Allah, karna telah dikaruniai umi yang Masya Allah banget" ucapnya terisak pelan.
Sarah yang melihat putrinya menangis itu langsung menarik kepelukannya. Dia mengelus lembut kepala Naira, yang ditutupi mukena putih.
"Loh bidadari-bidadari Abi kenapa nangis?" Tanya Abi berjalan ke arah keduanya.
Mereka yang larut dalam berpelukan itu tak menyadari kehadiran bidadaranya, "Abi dan Abang kapan pulang?" Tanya Naira dengan suara serak sehabis menangis.
"Barusan tadi, putri Abi kenapa menangis hm? Ada masalah?" Tanya Abrisam lembut.
"Hehehehe ngga ada kok Abi, cuma masalah wanita aja" ucapnya cengengesan.
"Dasar" kini Zaki yang menjawab.
"Sekarang kalian masuk kamar terus istirahat. Ingat, besok Naira mulai sekolah" titah beliau.
"Oke Abi, assalamu'alaikum" balas Naira lalu mencium pipi mereka.
Sebelum tidur, Naira berwudhu terlebih dulu. Kebiasaannya dari dulu, lalu membaca surah al-mulk, ayat kursi 3 qul, do'a dan kemudian baru dia tidur. Semoga mimpi indah Naira
KAMU SEDANG MEMBACA
VANRA {TERBIT}
Roman pour Adolescents"kita dipertemukan bukan untuk dipersatukan" Sabilla Naira Arumi "Terimakasih telah hadir, walaupun bukan takdir" Revano Putra William LENGKAP VERSI WATTPAD Rank🏅 #1 in Septi /12-5-22 #1 in Hijabers/23-6-22 #1 in Naira /2-7-22 #1 in Islami /28-8-2...