TIGA PULUH SATU (31)

708 48 16
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM YUHHHHUUUU

BAGAIMANA KABARNYA HARI INI?

SEMOGA HAPPY SELALU

AKU BALIK LAGI NIH, SEMOGA AJA PADA NUNGGUIN YA

MARI VOTE KOMEN DAN POLLOW DULU BARU LANJUT BACA

Oh iya, bantuin share cerita ini juga ya sama besti-besti kalian hihi

Happy reading cantik, ganteng

|
|
|
|
|
|
|


     

     Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, menggantikan hari demi hari. Kini sudah 1 bulan lamanya setelah Naira menerima perjodohan itu untuk kedua kalinya

Itu artinya, tinggal 2 bulan lagi untuk menuju hari sakral mereka, tepat dimana setelah Revan lulus. Hal itu berhasil membuat Revan panik, khawatir dan takut. Khawatir terhadap hal yang ia bayangkan akan terjadi. Takut jika kedepannya tak sesuai harapan.

Bagaimana cara ia menyelesaikan masalah itu? Haruskah menyetujui solusi pamannya itu?

"Bagaimana Revan? Waktu tidak lama lagi?" Tanya Dokter Aditama selaku pamannya Revan

"Ya" singkat padat dan tidak jelas

"Apanya yang iya hah!? Kamu setuju?"

"Hm"

"Astaghfirullah punya ponakan gini amat. Wahai batu belah batu betangkup. Telan lah aku hidup-hidup" ujar sang dokter mendramatisir keadaan

Revan memandang jengah paman nya ini, sungguh membuat ia kesal bukan main

"Lebay" sindir dia

"ASTAGHFIRULLAH"

Sepertinya jika kita di hadapkan dengan Revan, maka dosa kita sedikit demi sedikit akan terampuni. Bagaimana tidak? Bayangkan saja berapa banyak kalimat istighfar yang sudah mereka ucapkan ketika berhadapan dengan sang ketua Vanostra?

"Yaudah ayo ikut om" ajak Aditama

"Sekarang?" Tanya Revan dingin, tapi terkesan santai

"Tahun depan!!" Dah lah, sepertinya om nya ini sudah diluar batas kesabaran. Lihat saja, suaranya sudah tidak dapat di rem lagi, ngegas jadinya

"Oh"

Wtf, astaghfirullah cuma oh doang?

Definisi keponakan not have akhlak

"Astaghfirullah astaghfirullah. Mari baginda Revan, ikuti saya" ujarnya dengan senyuman yang manis. Tapi bagi Revan, itu sangat pahit

    
                                                    °°°

  
     Sekarang, keempat inti Vanostra sedang berkumpul di rumah wakil ketua Vanostra, siapa lagi kalo bukan Angga.

"Tumben nih cuma berempat doang? Revan mana?" Tanya salah satu dari mereka

"Mana saya tau, saya kan pangeran" Septi yang menjawab

"Iya pangeran, pangeran kodok" balas Reza yang diikuti suara tawa dari bibir Rezi

Tidak berubah jika tentang menistakan

"Astaghfirullah, eh eh tiktokan kuy. Gue punya lagu baru nih" ajak Septi yang langsung diangguki Rezi.

VANRA {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang