SEMBILAN (9)

1K 77 1
                                    

Seperti biasanya, Naira bangun jam 06.00, karna tamu bulannya belum pulang. Hari ini hari Minggu, dia bermanja-manjaan dengan kasur nya itu.

"Naira, udah bangun nak?" Tanya seseorang di luar kamar Naira.

"Udah umi" balasnya berteriak pelan.

"Cepetan mandi, terus siap-siap temenin umi belanja"

"Oke mi"

Naira langsung bergegas menuju kamar mandi di kamar nya, dia telah siap dengan rok, kaus lengan panjang dan hijab pashmina nya. Cantik, kata itu yang menggambarkan Naira saat ini.

"Assalamu'alaikum umi, Abi" sapanya setelah sampai di meja makan.

"Wa'alaikumussalam" balas mereka berdua.

"Loh, Abang mana mi?" Tanya Naira setalah celingak-celinguk mencari keberadaan Abangnya.

"Abang tadi udah pergi, katanya mau kerjain tugas di rumah temen" jelas Sarah sembari mengambil nasi buat Abrisam.

Naira hanya mengangguk sebagai jawabannya, dia langsung memasukkan nasi ke mulutnya itu. Tak lama kemudian, nasi yang di piringnya itu telah habis, karna memang porsi nya dia itu sedikit.

"Umi, Naira udah selesai. Naira bantuin umi cuci piring yah?" Ucapnya menawarkan diri.

"Boleh sayang. Biar nanti kita ngga kesiangan ke pasarnya".

Naira langsung mencuci piring itu, memang di rumah nya dia itu tak ada pembantu. Karna umi ingin mengerjakan pekerjaan rumah sendiri.

"Naira udah siap mi, Naira nunggu umi di depan yah, sekalian mau keluarin motor dulu"

"Iya nak"

Naira langsung bergegas menuju bagasi rumahnya, tempat dimana motornya istirahat. Tak lama kemudian Sarah keluar dari rumah, ngomong-ngomong tentang abinya, beliau sudah berangkat semenjak Naira cuci piring tadi.

"Bismillah" ucap keduanya ketika Naira mulai melaju kan motornya.

"Hati-hati ya Nai, jangan ngebut" ucap Sarah memperingati putrinya.

"Siap umi" Naira berteriak kecil, dia takut uminya tak mendengar ucapannya.

"Kita mau kemana nih mi?" Tanya Naira tetapi tetap fokus ke jalan.

"Ke supermarket biasa aja nak"

Naira langsung melaju kan motornya ke supermarket, tempat biasa mereka belanja. Keduanya telah sampai di supermarket yang ingin di tuju itu.

"Umi, Naira ke tempat cemilan dulu yah" ucap Naira menyengir imut.

"Iya, jangan lama-lama"

Naira langsung menuju ke tempat macam-macam snacks, dia langsung mencari snacks kesukaannya itu. Dapat, tapi tak sampai. Tubuh nya yang pendek itu tak bisa mencapai kue itu. Dia mendengus malas, dia terus meloncat untuk mencapai snacks nya itu.

Mukanya itu sudah di tekuk, ketika mulai mengangkat kepalanya lagi, dia melihat tangan kekar seseorang meraih snacks itu, dan meletakkan di depan mukanya. Bukannya mengambil, Naira malah mendongak melihat pemilik tangan itu.

"Ka-kak Re-van?" Cicitnya pelan.

"Hmm"

"Ambil" lanjut Revan dingin.

Naira malah menatap Revan bingung, dia berasa ini mimpi. Sedangkan Revan berdecak pelan melihat adik kelasnya yang bingung itu, tapi mukanya itu bikin gemas, Revan ingin mencubit pipi Naira rasanya, ehhh.

"Makasih kak" ucapnya pelan, bahkan nyaris tak dapat didengar.

Naira ingin segera pergi dari situasi itu, "Naira dulu..." Belum sempat menyelesaikan ucapannya, suara seseorang menghentikan nya.

"Eh Naira, Masya Allah" ujar seseorang itu.

"Bunda" ucapnya kaget.

"Assalamu'alaikum Bun" sambungnya lagi, kemudian mencium tangan bunda Novi.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Kamu kesini sama siapa sayang" tanya Novi mengelus lembut tangan Naira

"Sama umi bun, bunda sendiri?" Tanya nya sama bunda Novi.

"Nih sama anak bunda" ucap Novi menunjuk Revan yang disampingnya.

"Ka-k Revan?" Tanya Naira bingung.

"Iya sayang, kamu kenal?"

"Eum...kenal, kakel Naira Bun"

"Loh Revan kok ga pernah cerita sih?" Ucap Novi kesal.

"Ga penting" jawab Revan singkat.

"Emm...bunda, Naira duluan yah, takut nanti umi nyariin. Assalamu'alaikum bunda" Naira langsung pamit setelah mendengar perkataan Revan, ujung hatinya sedikit tersentil.

"Gimana Van?" Revan yang ditanya begitu menatap bundanya bingung, dia menaikkan sebelah alisnya pertanda bertanya 'apa?'

"Naira cantikkan?"

"B aja Bun" jawabnya singkat lalu meninggalkan bunda nya menuju kasir.

'cantik banget bun' ralat Revan dalam hati.

"Ck!! Anak itu" Novi berdecak pelan melihat putranya.

Sedangkan disisi lain, Naira langsung berjalan mencari umi nya. Dapat, dia menemukan umi nya yang sibuk memilih sayuran.

"Umii" ujar nya manja.

"Tadi Naira ketemu bunda Novi, beliau nitip salam buat umi" katanya seraya menaruh beberapa snacks nya ke keranjang belanja uminya.

"Novi pergi sendiri?" Tanya umi yang masih sibuk memilih sayuran.

"Ngga mi, sama anaknya" ujar Naira cemberut.

"Terus kenapa bibir kamu di monyongin gitu?" Sarah melihat anaknya geli.

"Anaknya bunda Novi itu ngeselin umi" ujar nya dengan nada yang menggebu-gebu.

"Ngeselin gimana?"

"Ya ngeselin umii, pokoknya Naira ga suka liatnya" gerutunya sebal.

"Emang kamu kenal sama Revan?"

"Siapa yang ngga kenal coba? Salah satu most wanted sekolah SMA I Airlangga, ditambah anak pemilik sekolah lagi" Sarah yang mendengar perkataan anaknya itu terkekeh geli.

"Biasa aja dong jawabnya, ga usah menggebu-gebu gitu"

"Ihhh umi" rengek Naira menatap umi nya sangar.

"Udah ah, ayok kita pulang" ajak umi, meninggalkan Naira sendiri disitu.

"Emang umi udah selesai belanja?"

"Alhamdulillah udah"

"Umi, ada satu lagi yang belum dibeli"

"Apa?" Tanya umi menatap Naira bingung.

"Eskrim" seru nya pelan dengan cengiran nya.

"Yaudah sana kamu ambil, ingat jangan banyak-banyak"

"Siap buk bos" dengan semangat 45 Naira menuju ke tempat eskrim. Dia tak mengambil banyak eskrim, cuma 5 saja.

"Loh kok banyak banget?" Tanya umi melihat eskrim di tangan Naira.

"Banyak apa nya umi? Cuma 5" ucapnya santai tanpa mengindahkan tatapan tajam umi nya.

"Kamu ini" geram umi mencubit pelan pinggang Naira.

"Aish umi, sekali aja yah" ucapnya menunjukkan puppy eyes.

Umi hanya mengangguk saja belum untuk menyetujui perkataan Naira. Kedua langsung menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

"Naira nunggu di motor aja ya mi" ujar nya ketika melihat antrian di kasir.

Naira langsung menuju ke parkiran, 10 menit dia menunggu, Sarah keluar juga. Naira langsung melaju kan motornya dengan kecepatan rata-rata.

VANRA {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang