TIGA BELAS (13)

1K 80 0
                                    

Pagi kembali menyapa, seperti biasa Revan masih saja bergelut dengan alam mimpinya. Anak itu tak pernah berubah, kembali tidur setelah shalat subuh.

Prank!!

Perpaduan suara antara spatula dan panci terdengar heboh. Siapa lagi pelaku nya jika bukan Novi?

"REVAN BANGUN, UDAH PAGI!!" Teriakan membahana dari Novi membuat Revan kembali ke dunia nyata.

"Ck, apasih Bun? Masih pagi juga" balas sang anak berdecak kesal

"Itu tau udah pagi, makanya bangun"

"Iya iya ini mau siap-siap"

Revan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, tidak lupa dengan membawa handuk serta seragamnya.

Sedangkan Novi, kembali turun menuju dapur. Disana ia masih berkutat dengan alat dapur. Ahh dia baru ingat, jika Revan satu sekolah dengan calon mantunya.

Revan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bersiap-siap, kini dirinya telah sampai di samping Novi, karena perintah sang nyonya.

"Ini, tolong kasih buat Naira" ucap sang ibunda memberikan sekotak makanan untuk sangkuriang, eh sang calon menantu.

"Hah! Apaan? Ga ga Revan ga mau" Revan menolak dengan mentah. Apa kata dunia, seorang ketua geng Vanostra membawa bekal

"Mau lawan bunda kamu? Mau dosa? Mau jadi anak durhaka? Mau masuk neraka?" Revan kalah telak jika Novi sudah membawa pasal neraka.

Dengan malas, Revan mengambil kotak makan yang disodorkan bundanya.

"Eh, kamu ngga mau sarapan dulu?"

"Ga usah Bun, Revan ga laper"

"Revan pamit Bun, assalamu'alaikum" pamitnya setelah mencium tangan Novi.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"

Novi tersenyum, anak yang dulunya dia gendong kemana-mana sekarang sudah besar. Novi tau, sekejam apapun Revan, jika dengannya Revan tak pernah bisa membantah.

°°°°°

Sama halnya dengan Revan, Naira tidak sarapan hari ini, tidak nafsu katanya.

"Makan sedikit aja nak, hari ini ada upacara loh" Bujukan dari Sarah tetap tak membuat Naira berubah pikiran.

"Naira tidak nafsu makan Umi" Naira menjawab dengan suara melas dan mata yang di kedipkan berkali-kali.

Sebagai seorang ibu, Sarah khawatir melihat anaknya. Hari ini hari Senin, pasti bakalan diadakan upacara, bagaimana jika anaknya pingsan?

"Yaudah, Naira berangkat dulu ya Mi. Abang udah siap tuh, Assalamu'alaikum" Naira mencium tangan Sarah, diikuti oleh Zaki.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Hati-hati nak"

Setelah menempuh 20 menit perjalanan, kini keduanya telah sampai di depan pintu gerbang SMA 1 Airlangga.

Naira memasuki sekolah nya dengan menundukkan kepalanya. Bukan, bukan karena malu. Tapi di depan sana ada Bayu, kakak kelas yang selalu mengikutinya. Ah sayangnya keberuntungan tak berpihak pada Naira.

"NAIRA!!" teriakan dari salah satu sahabatnya membuat Bayu mengetahui kehadirannya.

Naira menggerutu Gwen dalam hati, tidak bisakah Gwen memelankan suaranya?

Keduanya, Gwen dan Bayu berjalan menuju Naira.

"Pagi Nai" sapa Bayu disertakan senyuman manis, tapi tetap saja tidak bisa membuat Naira terpikat.

VANRA {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang