DUA PULUH (20)

1K 69 1
                                    

Assalamu'alaikum bestiii

I'm comiiiiiinggggg nihh

Jangan lupa vote, komen and follow ya cantik, ganteng!!

Happy reading bestiii!!!

.
.
.
.
.

"Jika tidak ada lagi bahu untuk bersandar, masih ada sajadah untuk bersujud"

    Azan Dzuhur berkumandang dengan suara yang begitu merdu, membuat Naira yang terlelap terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa pusing, hidung nya terasa tersumbat. Hatinya kembali sakit mengingat kejadian tadi.

Naira menghembus nafas pelan, dia melangkahkan kaki menuju cermin di kamarnya. Penampilannya begitu acak-acakan, mata bengkak, hidung dan pipi yang memerah. Begitu lama kah dia menangis?

Tidak ingin memikirkan hal itu, dia menuju kamar mandi untuk menunaikan kewajibannya.

Setelah selesai shalat, Naira tak langsung bangun. Kedua tangan mungilnya memegang kitab suci Al-Qur'an dengan bibir melantunkan dengan merdunya, membuat hatinya lebih tenang.

Dia tersenyum kecil, tidak perlu bersedih, Allah bersamanya. La tahzan innallaha ma'ana

Naira bersiap-siap untuk turun ke bawah, dia tak ingin membuat umi nya khawatir.

"Siang umi" sapanya dengan nada yang berusaha ceria

"Siang anaknya umi" balas Sarah yang sedang bersantai di ruang keluarga

"Nai mau bicara sama umi boleh?" Tanyanya

"Boleh dong sayang" tangan Sarah merambat ke atas kepala Naira, mengelusnya pelan

"Umi" panggil Naira dengan suara yang lirih

"Nai mau batalin pernikahan Nai sama kak Revan" ucap Naira tanpa basa-basi

Sarah yang mendengar permintaan anaknya membelalakkan mata kaget. "Loh kenapa? Nai ada masalah sama nak Revan" Naira hanya diam, dia tak ingin menceritakan kejadian tadi

Sarah yang mengerti perasaan anaknya, hanya berujar "nanti umi bicarain sama Abi ya"

Naira tersenyum bahagia, "terimakasih umi" ujarnya memeluk Sarah

"Yaudah, Naira makan dulu gih" perintah Sarah

"Nai ga laper umi hehehe"

"Yauda, Nai mau ke kamar dulu ya umi" pamitnya mengecup pipi Sarah

Sesampainya di kamar, Naira memilih memainkan ponselnya. Ternyata banyak notif yang masuk dari temen sekelasnya, terlebih sahabat-sahabatnya.

Tetapi, satu notif mengalihkan perhatian Naira. Tidak ada nama pengirimnya

085234******
Maaf

Siapa dia? Kenapa tiba-tiba minta maaf? Aneh sekali

Anda
Siapa?

085234******
Revan

Naira yang melihat balasan pengirim itu mendadak bad mood. Dengan sengaja ia melempar ponselnya sembarangan. Tenang, masih di atas kasur kok, jadi aman

"Kak Revan, mungkin kita dipertemukan bukan untuk dipersatukan" bisik nya pelan

"Seperti yang kakak bilang, kakak nyesel kan nerima perjodohan ini? Kenapa dari pertama kakak terima? Kenapa kakak tidak tolak? Tapi tak apa kak, tenang aja. Nai bakalan batalin perjodohan ini. Sekarang Nai percaya, berharap pada manusia adalah sumber kekecewaan" ucap Naira dengan mata yang berkaca-kaca.

VANRA {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang