Selamat tahun baru semuanya, udah pada punya resolusi di tahun 2021? Ini update pertamaku di tahun baru, doakan semoga terus konsisten ya...
Dan makasih banget buat segala bentuk support dari kalian, baik itu comment, vote ataupun kritikan.
Selamat membaca...
Angga
Hari ini tidak berjalan sesuai dengan rencanaku, kenapa gadis itu harus tahu dengan cara seperti ini? Aku memang sudah berencana memberitahukannya, juga telah memberikan banyak petunjuk dalam setiap obrolan agar perlahan ia menyadari siapa aku.
Aku ingin mengungkapkan jati diriku sesungguhnya dengan cara yang lebih proper, lebih elegan dan menyenangkan. Bukan dengan momen memalukan seperti tadi siang.
Setelah mengetahui fakta bahwa aku adalah partner chatnya selama ini, Hana tidak mengatakan apapun. Dia menatapku nanar. Bukan jenis tatapan tajam, melainkan tatapan penuh pertanyaan dan tuduhan. Bahkan aku menduga ada setitik rasa terkhianati dalam binar matanya. Mulutnya bungkam tapi aku tahu di kepalanya telah menumpuk segudang pertanyaan bahkan mungkin, cacian? Dia tidak mengatakan apapun sebelum akhirnya ijin pamit kembali ke kampus.
Dia pergi begitu saja, tanpa sepatah kata.
Aku ingin mengikutinya, tapi tidak bisa. Aku harus bilang apa pada ketiga sahabatku yang masih saja mencemooh karena namaku yang tertulis dalam ponsel Hana. Aku ingin mengejarnya, tapi aku tidak punya alasan kuat melakukannya. Kenapa setiap berkaitan dengan Hana aku begitu tak berdaya.
Bagas dan Fadil mengejekku habis-habisan, sementara Chandra bertanya kenapa Hana menyimpan kontakku sebagai fans Mia Khalifa? Ah, jangan lupakan 'kampret'nya.
Diantara mereka bertiga, hanya Chandra satu-satunya yang belum mengetahui perasaanku terhadap Hana. Bagaimanapun Hana adalah keluarganya, aku tidak bisa begitu saja mengatakan aku naksir keponakannya. Aku perlu menyusun strategi dan melakukan survey terlebih dahulu untuk tahu apakah Chandra akan mendukung atau justru menjadi penghalang. Aku berjanji, akan meminta restu Chandra secara resmi. Nanti, setelah Hana mau menerimaku.
Aku tidak tahu harus menjelaskan apa pada Chandra, maka aku hanya mengangkat bahu sebagai jawaban pertanyaannya. Tapi kenapa harus nama itu yang tertera? Apa aku sebegitu hina di matanya?
Seingatku obrolan kami selalu berada pada batas kesopanan, tidak pernah sekalipun aku memprovokasinya dengan chat berbau nakal, apalagi mesum. Jadi kenapa tiba-tiba dia menganggapku penggemar bintang panas itu? Yah, walau harus kuakui memang pernah menonton film yang dibintanginya beberapa kali, tapi bukan berarti aku fansnya. Enak saja. Aku tidak semesum itu.
Kadar kemesumanku masih jauh di bawah Bagas.
Dulu sebelum Fadil menikah, aku dan Fadil sering bertemu berdua. Bagas baru mendapatkan promosi di kantornya, sedangkan Chandra masih sibuk mengurusi pembukaan cabang baru cafenya. Mereka berdua terlalu sibuk, sedangkan saat itu aku cuma bekerja di RS Graha dan baru mulai mengajar di Fakultas Kedokteran yang hanya mengampu satu mata kuliah, sehingga waktu luangku cukup banyak.
Waktu itu Fadil bertanya seperti apa tipe wanitaku, kujawab saja secara asal karena belum pernah terlalu serius memikirkan bagaimana tipikal wanita pendampingku kelak.
"Dewasa, cerdas dan nggak manja," masih kuingat jelas ucapanku waktu itu.
"Gue mau ngenalin seseorang yang mungkin cocok buat lo, Bro. Soal tampang, dia cantik. Wajahnya menyenangkan dilihat, pola pikir dan wawasannya membuat betah berlama-lama ngobrol bareng dia. Kalo soal dewasa, agak sulit menilainya memang. Tapi kalau tolak ukur kedewasaan adalah cara bersikap dan bertanggung jawab, maka ya gue bisa masukkan gadis itu dalam kategori dewasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDA SEGMEN
ChickLitStatusnya sebagai mahasiswi jurusan Teknik Informatika, membuat Hana terbiasa berpikir logis dan runut. Bukan sentimen seperti kebanyakan gadis alay. Hana percaya seperti halnya pembuatan program komputer, cinta pun akan ada trial dan errornya. Han...