42 - Klarifikasi | Part - 1

16.6K 2.2K 68
                                    

Nyatanya setelah berkutat beberapa jam, jadinya cuma segini, setengah chapter.
Setelah melalui proses ketik — hapus — ketik — hapus, inilah hasilnya.

Selamat membaca.

❤❤❤

"Sudah kukirim, Mas."

Aku yakin seratus persen programnya telah terkirim. Namun tampilan layar laman kotak masuk surel Mas Wisnu menunjukkan sebaliknya. Tidak ada email dariku. Aku memintanya membuka folder spam — barangkali nyangkut di sana — namun nihil. Lantas kemana perginya surelku?

Kubuka laptop, login ke alamat emailku. Mencari jejak kiriman surel di folder sent sesuai tanggal kiriman. Hasilnya nihil, tidak ada riwayat pengiriman. Mas Wisnu benar. Lantas apakah surelnya tidak terkirim? Biasanya surel yang belum dikirim oleh gmail akan tersimpan otomatis sebagai draft. Setelah membongkar folder draft isinya kosong.

Kemana perginya email itu?

Jangan panik, Hana. Ucapku pada diri sendiri, mencoba menelaah kembali ingatanku. Barangkali terjadi kesalahan hingga email tersebut menghilang.

Ada tiga hal yang terlintas di benakku.

Pertama, Mas Angga salah klik tombol 'send' menjadi 'delete'. Kalau memang begini seharusnya surat tersebut tersimpan di folder trash. Namun tidak ada. Atau, Mas Angga memencet tombol 'pengiriman terjadwal' bukannya 'kirim sekarang'. Tapi asumsiku terbantahkan karena settingan pengiriman terjadwal dalam posisi tidak aktif dan tidak ada surat dalam daftar antrian kirim.

Kedua, karena kegagalan sistem. Saat mengunggah file lampiran program, sistem keamanan gmail memindainya sebagai program berbahaya sehingga gagal terlampir sebagai attachment. Kalau sudah begitu biasanya pasti gagal, tidak lolos verifikasi server. Atau bisa saja email tersebut dikirim bertepatan saat server gmail sedang down.

Ketiga, ini asumsi yang paling tidak ingin kupikirkan. Mas Angga tidak mengirimkan surel tersebut dan menghapusnya. Kenapa? Rasanya tidak ada alasan yang sesuai, makanya ini adalah hipotesa yang paling tidak masuk akal. Lagipula jika dihapus pasti email tersebut masuk ke forlder trash, tapi tidak. Memangnya untuk apa Mas Angga menghapus emailku.

Dari ketiga asumsi tersebut, opsi kedua adalah yang paling masuk akal menurutku. Gmail salah saat melakukan scanning lampiran, menyangka programku sebagai program berbahaya. Bisa jadi. Atau server google sedang bermasalah dan emailnya gagal terkirim.

Jika tidak, masalah utama adalah pada koneksi internet. Internet pagi itu seingatku memang tidak stabil, aku saja membutuhkan waktu cukup lama untuk menggunggah file-nya. Sepertinya pada saat Mas Angga mengirimkan, internetnya sedang gangguan.

Ya, pasti begitu.

Aku masih terduduk berdua bersama Mas Wisnu di kantin setelah Amara pamit terlebih dahulu, sibuk mencari program tersebut di laptopku. Tapi anehnya, program itu pun menghilang. Bahkan setelah melakukan search di file explorer, file tersebut belum ketemu.

"Jangan bilang kalau kamu belum membuat programnya." Ucapannya tidak terdengar seperti tuduhan, tapi entah bagaimana terasa ngilu di pangkal hati, menyayat. Memangnya aku sepicik itu. Aku tidak menggunakan koneksi Pak Fadil untuk meloloskanku dalam seleksi tim.

"Sudah kubuat, Mas."

Kubuat program attrib sederhana yang biasanya digunakan untuk menampilkan file yang disembunyikan oleh virus atau tidak sengaja terhapus. Attrib sudah dijalankan dan tidak berapa lama kemudian ...

Tring.

Program yang menghilang muncul kembali ke permukaan. Syukurlah.

"Mas, ini buktinya aku sudah bikin programnya." Kuperlihatkan layar laptop mengarah padanya dan menjalankan programnya di tiga web browser berbeda. "Tapi sepertinya waktu itu gagal kirim karena koneksi, dan aku lupa periksa lagi."

BEDA SEGMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang