Halo pembaca,
Makasih banget buat vote dan komennya, terutama kalian yang sudah berbaik hati memberikan kritik & saran buat perbaikan cerita ini, baik via komen maupun DM. Terima kasih.
Walaupun nggak semua komen dapat aku balesin satu-satu, tapi percaya deh semuanya aku baca. Satu komen kalian menyuntikkan seribu semangat buat aku, Hehehe ... lebay sih, tapi ini nggak bercanda.
***
Angga
Tadi malam aku menelpon Chandra meminta ijin menginap di apartmentnya. Berdalih besok pagi-pagi sekali ada jadwal tindakan sehingga aku harus tiba di rumah sakit lebih awal. Jarak dari apartmentnya ke lokasi rumah sakit lebih dekat dibanding rumahku, jadi alasanku terdengar masuk akal. Chandra setuju sebab ini bukan pertama kalinya aku menumpang tidur. Biasanya kalau pulang larut atau terlalu mengantuk untuk mengemudi ke rumah, aku akan menginap. Chandra tidak pernah keberatan.
Chandra sahabat yang baik, memberiku ijin tanpa tahu alasanku sebenarnya.
Alasan sebenarnya: Hana. Gadisku itu akan menginap di sini malam ini, begitu bunyi pesannya padaku tadi malam. Pesan terakhir darinya karena hingga sekarang belum ada satupun pesan lain masuk ke gawaiku.
Aku memasuki apartment Chandra tanpa kesulitan, dia telah memberiku passcode akses masuk sejak lama. Apartment ini punya dua kamar, satunya ditempati Chandra dan kamar lainnya biasa kupakai saat menginap. Hanya ada satu sofa panjang di ruang tamu menyisakan ruang yang cukup luas untuk tempat berkumpul. Apartmentnya tidak bisa dikatakan mungil, melainkan cukup luas untuk seorang pria lajang.
Ketika aku masuk Chandra sedang tidak berada di tempat mungkin sedang mengurusi salah satu cafenya. Kuletakkan barang-barangku di kamar tamu dan mengganti bajuku dengan kaos dan celana pendek nyaman rumahan.
Sofanya terlihat nyaman, sambil membiarkan tv menyala aku berbaring menelungkup di sofa. Kupejamkan mata sejenak, menelusupkan kepalaku pada lipatan tangan sambil berpikir apa yang harus kulakukan pada gadis itu?
Tidak terhitung berapa banyak pesan yang sudah kukirimkan padanya, semuanya berakhir tanpa balas. Saat kucoba menelpon, panggilanku tak terjawab. Dia sibuk, atau menghindariku?
Setahuku Hana selalu pulang kuliah sebelum pukul lima sore, dan hari ini jadwal kuliahnya semestinya berakhir sejak siang tadi. Aku tahu dia berbohong, karena dia tidak ada kelas sore hari ini. Informasi jadwal kuliahnya tentu saja kukumpulkan dari obrolan kami selama ini.
Gadis itu selalu menceritakan hari-harinya, apa yang dia lakukan dan dengan siapa. Lama-kelamaan aku terbiasa menunggu cerita baru tentangnya. Tentang apa yang dia kerjakan, apa yang dia pelajari, dan banyak lagi. Tanpa sadar rasanya hariku belum lengkap sebelum mendengar ceritanya.
Aku baru akan berniat bangkit dari sofa saat mendengar nada tombol passcode pintu Chandra berbunyi, awalnya kupikir itu Chandra namun ketika mendengar suara gadis yang saat ini menjajah pikiranku, tubuhku beku.
"Maaasss, gue datang ... " Suaranya terdengar begitu ceria, berbanding terbalik dengan suasana hatiku, karena ulahnya.
"Lha, lo malah tidur. Jangan tidur di sofa, Mas. Masuk kamar gih, ini tv kenapa dibiarin nyala? Lo bukannya nonton tv malah tv yang nontonin lo, buang-buang listrik," celotehnya.
"Mas ...." Tangannya menyentuh lembut, mencoba mengguncang tubuhku pelan. Aku masih terdiam, menikmati perasaan asing yang nyaman saat telapak tangannya mengelus punggung dan pundakku. Begitu hangat, begitu nyaman dan aku tak mau sentuhannya terlalu cepat menghilang. Maka aku berpura-pura tidur dan terbujur kaku berharap akan ada sentuhan susulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDA SEGMEN
ChickLitStatusnya sebagai mahasiswi jurusan Teknik Informatika, membuat Hana terbiasa berpikir logis dan runut. Bukan sentimen seperti kebanyakan gadis alay. Hana percaya seperti halnya pembuatan program komputer, cinta pun akan ada trial dan errornya. Han...