28 - Point Reward

20.4K 3K 168
                                    

Malam semuanya...
Belum pada tidur kan?
Ini buat pengantar tidur kalian...
Tolong bantu tandai typo dan kejanggalan ya.
❤❤❤

***

Empat hari telah berlalu sejak kejadian pagi itu. Kejadian yang membuatku harus menahan malu setengah mati. Bagaimana tidak, aku dengan sengaja memeluknya bahkan tidur bersamanya. Tidur dalam artian sesungguhnya. Mungkin beliau kaget mendapatiku tertidur bersamanya di sofa sempit itu, lalu pergi meninggalkanku. Well, untuk sikapnya yang itu kuakui dia cukup gentlemen, perlu diapresiasi. Dia pergi untuk membuatku terhindar dari rasa malu.

Setidaknya dia sudah tahu kalau aku tidak sengaja, kupikir dia Chandra.

Sejak hari itu, aku berupaya sebisa mungkin tidak menginap di apartment Chandra. Tiga malam belakangan ini aku menumpang di rumah Amara, namun pagi ini Amara kedatangan kunjungan dari keluarga besarnya untuk membahas lebih lanjut tentang persiapan lamaran dan rencana pernikahannya. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka malam ini aku harus kembali menginap bersama Chandra. Tadi pagi-pagi sekali aku berpamitan kepada keluarga Amara dan menuju ke tempatku berada saat ini.

Mama dan papa sebenarnya berencana untuk menyewa rumah lain di sekitar komplek namun tidak ada rumah yang tersedia. Sedangkan untuk pindah ke lokasi yang lebih jauh terbilang sulit karena barang-barang tidak bisa dibawa. Meninggalkan rumah begitu saja juga tidak mungkin, sebab bagaimanapun tukang yang bekerja perlu diawasi jika tidak ingin terjadi hal-hal yang ujungnya merugikan. Suara bising proses renovasi lantai atas jelas mengganggu hingga lantai satu namun bagian bawah tidak begitu terkena dampak debu, makanya hingga saat ini mama dan papa bertahan tinggal di rumah.

Hari ini Sabtu dan sebagaimana biasanya hari ini adalah jadwal diskusi kami bersama pak Angga. Kalau semuanya berjalan lancar dan pak Angga mengakseptasi laporan yang kubuat maka ini adalah dua pertemuan terakhir bersama beliau. Selanjutnya kami hanya tinggal fokus untuk penyelesaian running test program dan survey responden. Pertemuan terakhir nantinya dilaksanakan ketika seluruh laporan telah beres, termasuk pemaparan algoritma dan tampilan interface aplikasi.

Lagi-lagi pertemuan diadakan di Prolog Café, entah kenapa pak Angga selalu meminta janjian di tempat ini. Sudah kesekian kalinya kami diskusi di café ini, bahkan rekan-rekan staf Prolog telah mengenal beliau, sebagai teman Chandra sekaligus dosenku.

Aku sudah berada di meja favoritku sejak tiga puluh menit lalu sedangkan waktu pertemuan kami masih satu jam lagi. Sembari menunggu mereka semua datang, aku mengerjakan tugas yang paling kubenci. Membuat jurnal dengan tulisan tangan.

Berlembar-lembar kertas folio telah kusiapkan di atas meja, dan selama tiga puluh menit satu halaman foliopun belum terisi penuh. Kecepatan tanganku mengetik bisa dibilang lumayan tapi dalam hal menulis dengan tangan kecepatanku sangat payah. Aku kan mahasiswa komputer, menulis dengan tangan adalah hal terakhir yang perlu kulatih.

Pak Angga : Kamu di mana?

You : Saya sudah di Prolog, Pak.

Chat Pak Angga masuk ke ponselku. Setelah jati dirinya terungkap aku putuskan untuk mengganti nama kontaknya menjadi seharusnya, sopan dan formal sebagaimana mestinya. Aku memang sudah berjanji tidak akan menghindarinya, tapi untuk terus-terusan bertemu dan tinggal bersama rasanya sangat canggung. Namun begitu, chat darinya akan kubalas sebisanya.

Sekarang rasanya agak berbeda, setiap chat yang masuk darinya membuat semangatku makin menggebu ingin segera membalas. Walau sampai saat ini aku membatasi isi pesanku hanya sekedarnya saja tidak lagi ada curhat ataupun cerita-cerita sepele seperti dulu. Aku masih malu. Beruntung hal-hal yang memalukan itu tidak pernah sekalipun dibahasnya.

BEDA SEGMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang