37 - Mine

26.7K 3K 180
                                    

Halo, lama nggak jumpa.
Kali ini aku datang dengan chapter agak panjangan.
Mudah²an kalian berkenan.

Selamat membaca

❤❤❤

Angga

Aku sedang bersantai di teras belakang rumah sambil menelusuri platform online travel guna memesan penginapan untuk liburan – saat notifikasi pesan berdenting, dari Fadil. Pop up menampilkan preview lampiran pesan berisi video. Kuacuhkan chatnya, urusan Fadil bisa menyusul. Persiapan liburan paling penting saat ini.

Seminggu lagi. Tak terasa waktunya semakin dekat. Dua minggu menunggu rasanya akan setimpal. Aku benar-benar sudah tidak sabar.

Apa boleh aku memesan satu kamar aja? Ah, belum apa-apa pikiran liarku sudah mengambil alih.

Fadil Eldrianto : Waah, posisi lo terancam, Bro. Mesra banget mereka.

Pop up pesan kembali muncul, kali ini kalimat absurd dari Fadil. Saat kubuka, mataku kontan membelalak maksimal. Fadil mengirimkan video, Hana sedang bicara berdua dengan cowok seumurannya. Yang membuatku panas adalah tatapan cowok itu melekat pada Hana sepanjang durasi. Tatapan sok sayu, mendamba. Mendambakan gadisku.

Kepalaku panas, demikian juga hatiku.

Fadil tahu benar gimana caranya merusak moodku. Dulu dia mengirimkan video Hana dan Rama berduaan di restoran Jepang. Gara-gara itu aku kebut-kebutan di jalan menuju mall tempat mereka berada demi melihat langsung kejadian sebenarnya. Untunglah rupanya mereka tidak ada hubungan apa-apa selain teman. Fadil tahu aku gampang cemburu, dan sengaja mengirimkan video ini untuk memancingku.

You : Dimana lo? Prolog?

Fadil Eldrianto : Yoi. Cuaca lagi panas banget disini, kalo hati lo? Tetap dingin dong ya, hehehe.

Kan benar, manusia nggak berbudi satu ini rupanya memang sengaja memantik emosiku. Hatiku memang panas, tapi sebaiknya aku bertanya langsung pada Hana dulu.

You : Sudah makan siang?

Basa basi dulu sebelum masuk ke inti permasalahan. Jangan sampai gadisku tahu aku dapat video dari dosen PA-nya. Balasan datang tak lama kemudian.

My Hana : Sedang makan siang. Kalau Bapak?

You : Ingat syarat yang saya ajukan tadi malam, Hana?

Kalau kamu masih panggil bapak, liburan dibatalkan.

My Hana : Yah, jangan dong Mas. Tadi cuma khilaf.

Jangan ngambek.

Aku cuma bercanda, mana mungkin membatalkan liburan. Dibandingkan dia, aku yang lebih kepingin berlibur berdua. Apalagi ijinnya didapatkan susah payah.

You : Makan dimana?

My Hana : Di Prolog, sama kakak tingkat.

Sekalian bahas rencana test buat seleksi masuk team programming yang waktu itu pernah kuceritain.

You : Jawabannya lengkap banget. Padahal saya cuma nanya dimana.

My Hana : Halah, udah hafal Mas. Kalo aku jawab satu, nanti kamu pasti nanya itu juga.

Daripada ribet, mending jawab sekalian.

Ya kan?

Aku tersenyum. Hana benar, aku memang berencana bertanya dia sedang apa dengan siapa. Gadis itu mulai hapal kebiasaanku. Sudut hati yang tadinya panas berubah sejuk, karena ulahnya.

BEDA SEGMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang