13 - Amarah

22.3K 3.1K 57
                                    

Sorry, baru sempat update..

Enjoy, dan tolong tandai kalau ada typo dan kejanggalan. oke? Thank you...


Subjek yang sejak tadi malam hingga pagi ini berputar di kepalaku tengah berdiri di depan kelas menyampaikan materi dan seluruh mahasiswa menyimak menatapnya. Seluruhnya. Beberapa mahasiswi yang di pertemuan sebelum ini selalu cekikikan manja kali ini serius memperhatikan.

Entah menyimak materi atau menatap si dosen terkesima.

Dua poin yang tidak bisa kulakukan. Poin pertama, banyak sekali kosakata kedokteran yang hilir mudik diucapkan pak dosen membuatku pusing menerka apa maksudnya, susah dicerna. Poin kedua, penampilan dosen yang mengagumkan bisa merusak konsentrasi bahkan mengacaukan ritme jantung. Jadi kuputuskan pura-pura fokus menatap lurus ke papan tulis dan sesekali mencatat tanpa menatap mata si pengajar.

Abses apaan ya? Perasaan dulu gue cuma belajar jantung itu terdiri dari 4 ruang. Kenapa banyak banget istilah asing ya?

Tulisku di secarik kertas kemudian menggesernya ke Amara di kananku.

Gue tidak lebih paham daripada lo. Kepala gue pusing.

Satu helaan napas lolos dari bibirku. Tidak terlalu keras tapi membuat sosok lelaki di sisi kiri menoleh. Bisa kurasakan dia tengah menatapku tapi sungkan menyapa. Kualihkan pandangan ke arahnya dan bisa kulihat sepasang matanya menatapku penasaran.

"Sorry..." lirihku bermaksud meminta maaf, bisa saja dia terganggu.

Dia hanya tersenyum ramah sambil menggelengkan kepalanya perlahan. Tiba-tiba dia menuliskan sesuatu di secarik kertas dan memberikannya padaku.

Kelasnya membosankan? Tulisnya.

Bukan, gue cuma gak paham apa yang diajarin.

Bagian mana?

Every single thing. Abses, Pericarditis. Artinya aja gue ga tau.

Alisnya melengkung penasaran menatapku.

Lo bukan anak sini ya?

Kugelengkan kepala menanggapi pertanyaannya dan menceritakan secara singkat kenapa aku dan Amara bisa terdampar di kelas Kardiovaskular ini. Tentunya lewat tulisan, suasana kelas yang hening tidak memungkinkan kami bicara langsung.

Ketika kutanya kenapa kelas ini mendadak sepi, cowok yang memperkenalkan dirinya sebagai Reza si ketua angkatan menjelaskan bahwa mulai minggu depan pak Angga akan melakukan kuis dadakan. Jadi dengan terpaksa seluruh peserta didik kelas ini mempersiapkan diri. Menurutnya, bobot penilaian akhir dari pak Angga tidak hanya berdasarkan hasil UAS dan UTS tapi juga kuis di kelas. Mau tak mau seluruh mahasiswa yang ikut kelas ini mulai serius mendengarkan jika seandainya pak Angga memberikan kisi-kisi.

Amara yang semula diam, ikut bergabung dalam kertas obrolan kami. Sesekali dia menarik kertas dari tanganku dan ikut menggoreskan beberapa pertanyaan ke Reza. Kami terlalu asyik mengobrol tanpa suara, berbisik seminimal mungkin dan tersenyum kala Reza menuliskan sesuatu yang lucu. Tidak lagi mengikuti proses pembelajaran.

"Saya tidak suka ada forum di dalam forum. Kalau ada yang ingin disampaikan, silakan angkat tangan. Kalau mau gantikan saya mengajar, silakan berdiri di depan. Dan kalau tidak mau mengikuti kelas ini, silakan angkat kaki!"

Suara pak Angga mendadak tinggi mengagetkan kami. Ketika pandangan kuangkat kearahnya, beliau dengan jelas sedang menatapku. Sontak posturku berubah kaku, bukan hanya aku. Amara dan Reza juga sama.

BEDA SEGMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang