Selamat membaca..
Malam tadi kuhabiskan dengan curhat panjang lebar ke mas bro. Seorang mas-mas yang entah sejak kapan mulai membuatku nyaman meluapkan isi hati. Baik saat sedang senang, maupun sedang kesal seperti kemarin.
Biasanya hanya Chandra tempatku mengadu, tapi sejak beberapa hari belakangan mas bro yang misterius selalu mampu menjadi pendengar curhatku. Sosoknya memang hanya orang asing, kami tidak saling kenal membuatku nyaman menceritakan siapapun. Toh dia nggak tahu siapa aku dan siapa yang aku maksud, ya kan?
Semoga saja dia memang masih 'mas-mas', bukannya malah 'bapak-bapak' yang iseng mencari kenalan via medsos.
Dengan entengnya aku menceritakan rasa kesal sekaligus malu atas kejadian itu, dimarahi di depan umum. Seumur-umur belum pernah aku dibegitukan, bukan hanya malu melainkan juga rasa bersalah karena akulah penyebab kemarahan pak Angga. Tidak yakin apakah aku masih punya muka ikut kelasnya lagi atau tidak.
Mas bro tidak mengguruiku, dia hanya bertanya bagaimana kronologisnya. Dan ceritaku mengalir begitu saja. Yang kusuka, dia tidak menyalahkan pak Angga, juga tidak membelaku membuatku mendapat sudut pandang pihak ketiga.
"Apa yang paling kamu benci?"
"Dicuekin," balasku mantap.
"Nah, kamu saja tidak suka dicuekin. Apalagi dosen yang sedang mengajar. Sekarang paham kan?"
"Iya, aku salah. Aku sama sekali nggak bermaksud merendahkan beliau, Mas."
"Bagus kalau kamu sadar. Dan cara terbaik menebus rasa bersalah adalah dengan tidak mengulanginya kembali."
Dengan bijaksana ia mengatakan kalau seandainya aku fokus, semua itu tidak akan terjadi, dan jika ada pertanyaan sebaiknya ajukan saja ke dosennya. Bukannya ke teman sebelah.
Tapi mana mungkin. Mana mungkin aku bertanya apa itu abses, apa itu penyakit iskemik, kardiomegali dan sebagainya. Sangat tidak berbobot untuk ukuran kelas kedokteran. Itu sama saja aku bertanya dimana letak huruf A pada keyboard ketika mahasiswa lainnya sedang belajar bahasa pemrograman. Bisa-bisa aku jadi objek tertawaan.
Bagaimana bisa aku bertanya berapa 1+1 sementara yang lainnya sudah belajar Aljabar. Memalukan.
Bahasa dan istilah asing dalam bidang kedokteran membuatku pusing, dan mas bro menyarankan supaya aku meng-googling sebisaku dan sisanya bertanya ke dosen, tidak di kelas tapi pada saat bimbingan. Ide yang bagus. Daripada membuat diri sendiri malu di depan kelas, mending malunya ke satu dosen aja. Pak Angga juga bakal maklum kami gak ngerti beberapa istilah. Semoga saja.
Bukan hanya kejadian kemarin, sekarang apapun yang kulakukan sepertinya belum afdhol kalau belum melapor ke mas bro. Jangan tanya aku, aku pun bingung. Jarang sekali aku merasa kedekatan emosi dengan seseorang yang bahkan belum pernah kutemui.
Mungkin ini sebabnya banyak kasus kejahatan di medos? Dengan modus pertemanan, lama-lama jadi percaya dan tertipu begitu saja.
Oh no..no.. Raihana bukan gadis seperti itu.
Informasi pribadi dan bersifat personal tidak pernah aku bagikan. Selain nama, mas bro tidak tahu apapun tentangku. Aku menolak ketika dia bertanya kemana aku pergi, tapi aku menceritakan apa yang aku lakukan.
Dan beberapa kali dia juga coba memancingku, membuatku penasaran. Kadang dia berucap "Kamu yakin tidak ingin tahu nama saya?"
Tentu saja nggak akan semudah itu mas. Sedekat-dekatnya kita, aku nggak akan terjerat olehmu. Pikiranku masih rasional, masih waras. Jangan terlampau percaya pada orang yang bahkan belum pernah berjumpa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDA SEGMEN
ChickLitStatusnya sebagai mahasiswi jurusan Teknik Informatika, membuat Hana terbiasa berpikir logis dan runut. Bukan sentimen seperti kebanyakan gadis alay. Hana percaya seperti halnya pembuatan program komputer, cinta pun akan ada trial dan errornya. Han...