The Path Of DESTINY | 28. Peaceful Space

153 8 0
                                    

Rasa nyaman ini, membuatku sesak. Membuatku seperti hilang arah. Katakanlah tidak masuk akal, namun nyatanya kau memang tidak pernah mungkin untukku abaikan di tambah kenyamanan yang tersajikan begitu memabukkan.

~ Nameera Gumilo Adhikusuma

•••

Drazanio's Bilgin Superyacht Lillium,
Along The Amalfi Sea to Sicily Island.

Drazanio's Bilgin Superyacht Lillium, Along The Amalfi Sea to Sicily Island

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Meera menatap lautan biru yang ada di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Meera menatap lautan biru yang ada di hadapannya. Cahaya di pagi hari yang mengenai permukaan kulitnya tak membuat dia pergi dalam sekejap. Indah, Meera menyukainya. Ombak yang tenang, langit yang sejuk, serta hempasan angin yang begitu teratur membuatnya nyaman. Di tambah, posisi tubuhnya saat ini sangat mendukung Meera untuk merilekskan badan di tengah-tengah ujian kelulusannya sudah menanti di depan mata.

     Kacamata yang di pakainya menjadi sarana untuk memudahkan ia melihat burung-burung di langit sana tengah beterbangan tak tentu arah. Lengkungan senyum juga tak pernah lepas dari bibirnya. Sesekali Meera bangun dari posisi tertidurnya untuk duduk, melihat keindahan kapal yang tak pernah dinaikinya.

     "Udah bangun lo?"

     Teguran dari belakangnya membuat Meera menoleh dan menemukan Zani dengan masih wajah bantalnya. Pasti baru bangun tidur. "Dari tadi, sekitar satu jam yang lalu." Balasnya lalu mengalihkan pandang lagi. Zani berjalan mendekat dan ikut merebahkan badan di kursi panjang samping Meera. "Zan, gue mau tanya," Zani hanya berdeham membalas ucapannya. "Kita habis ini mau pulang atau ke mana lagi?" tanya Meera sembari mendudukkan tubuh.

     "Kalau pulang, gue masih nggak tau. Tapi kata Mama kita ke Sisilia dulu, mampir rumah Nonna sama Nonno gue."

     Meera mengernyit tak mengerti, "Nonna sama Nonno? Maksudnya?" Zani berdecak pelan. "Nenek sama Kakek gue. Mama sama Papanya Mama gue." Meera membalas dengan ber-oh ria sambil mengangguk. "Tapi Zan, apa gue nggak ganggu kalian? Maksud gue gini loh, kan ini liburan keluarga kalian. Terus masa gue sampe harus ikut ke rumah Nenek-Kakek lo. Dan bahkan kemarin di ajak ke acara Anniversary-nya temen Mama lo."

The Path Of DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang