The Path Of DESTINY | 42. Hari Bahagia

87 9 0
                                    

Playlist | The Weeknd - Earned It |

|
|
|

"Cause girl you're perfect, you always worth it, and you deserve it."

|
|
|

Kebahagiaanku begitu membuncah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kebahagiaanku begitu membuncah. Ditambah hadirnya kamu, segalanya terasa sempurna.

~ Nameera Gumilo Adhikusuma

•••

Drazanio's Corporation,
Manhattan, New York—USA.

Zayi menatap dalam kaca besar yang menampilkan berbagai banyak gedung juga jalanan padat yang mengisi Manhattan sore ini. Di keadaan perusahaannya di Roma sudah membaik, Zayi segera kembali menuju Manhattan—pusat perusahaannya berada. Sekitar lima jam yang lalu, perbincangan antara dirinya dan Nameera Adhikusuma cukup mengambil perhatian Zayi untuk selalu ia pikirkan. Balasan Meera tentang janji yang ia katakan tiba-tiba sedikit membuatnya banyak merenung—tentang Meera yang tidak bisa berjanji kepadanya atau tentang dia yang membenci seorang penghianat.

Meera mengatakannya tanpa ragu. Meera mengutarakannya dengan serius dan penuh keyakinan. Dan di sini yang menjadi alasan pokok Zayi tidak bisa mengalihkan pikirannya adalah bagaimana jadinya jika Meera pergi dari hidupnya. Meera pergi dari sisinya karena ia berbuat kesalahan—yang salah satunya adalah berkhianat.

Damn. Enough. Zayi tidak akan mungkin melakukannya. Zayi tidak akan membiarkan kesalahan terbodoh di sepanjang hidupnya merenggut Meera secara paksa dari dirinya. Meera adalah miliknya. Apapun yang telah terjadi nantinya, Zayi sama sekali tidak pernah melepaskan Meera untuk orang lain. Atau melepaskan Meera pergi.

Tentang berkhianat, Zayi yakin dia sedikitpun tidak memiliki niat melakukannya. Meera paling pantas dan tiada banding dengan wanita manapun untuk berada di sampingnya. Di sisinya. Sebagai pendamping hidup satu dan selamanya. Nameera Gumilo Adhikusuma adalah takdir yang telah ditetapkan Tuhan untuk Zayi. Dia sangat yakin pada satu kalimat itu.

"Maaf Mr. Drazanio, anda punya seorang tamu,"

Zayi membalikkan tubuh tegap sempurnanya yang terbalut jas berwarna hitam. "Siapa?"

Belum sempat Liam menjawab kepada Zayi, suara yang seperti Zayi pernah dengar memenuhi ruangan kerjanya.

"Me, and hello! We meet again, Mr. Drazanio."

The Path Of DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang